SEORANG GADIS KECIL
DAN
SEEKOR ANAK KUCING YANG LUCU
Oleh : Nurkhasanah (06101413041)
Ani adalah seorang gadis kecil yang
duduk dibangku kelas 3 SDN 1 Palembang, dia tinggal di Jl. Srijaya lorong
wijaya, No. 876. Dia merupakan gadis yang sangat menyanyangi binatang. Pada
suatu hari, ani bermain ke taman dekat dengan rumahnya,tiba –tiba ani mendengar
sebuah suara ngeongan kucing. Ani pun mencari-cari sumber suara tersebut,
setelah beberapa saat kemudian ani melihat seekor anak kucing yang lucu sedang
mengeong-ngeong.
Kucing itu berwarna hitam
bercorak keputihan. Ani pun mendekati kucing tersebut dan mengelus kepala kucing itu dengan penuh
kasih sayang. Ketika ani mau pulang, anak kucing itu mengikuti ani dari belakang.
Dengan rasa iba, ani membawa pulang kucing itu kerumah, dan sesampainya
dirumah, ani ditanya oleh ibunya
“ Dari mana kamu dapat kucing itu, ani?”
“ Dari taman bu, sepertinya dia
kebingungan”
Sementara ibunya sedang menyirami
bunga, ani mengamati anak kucing itu. Anak kucing itu pun balas memandang ani
dengan mata sedih. Ani menunduk dan berbisik kepada kucing itu.
“ jangan sedih, aku akan menjaga
dan merawatmu dengan baik, sekarang kamu akan saya beri nama lucky. Ani berkata
kepada ibunya,
“ bu,,, bolehkah ani memelihara kucing
ini?”dengan muka mengiba
“Baiklah, ibu mengizinkan kamu
memelihara kucing ini, tapi kamu harus merawatnya dengan baik” kata ibunya.
Ani pun serasa ingin berteriak
kegirangan, “ baiklah ibu, ani akan penuhi pesan ibu,,,”
Ani bertanya lagi kepada ibunya, “
Bolehkah ani memberi ia makan?”
Ibunya tersenyum, tentu saja
boleh,,,
Ani dan ibunya meletakkan lucky di
ruangan belakang. Kemudian ibu bicara kepada ayah agar lucky dibuatkan tempat
untuk ia tinggal. Ayahnya pun tersenyum dan
mengiyakan, setelah tempat itu jadi, ayah memberikannya kepada ani,
“ini tempatnya sayang, tapi kamu
harus rajin membersihkannya, supaya lucky terus sehat”
“iya ayah, terimakasih ya ayah ”
kata ani.
Setiap sore, ani selalu memandikan
lucky, agar bulu lucky selalu bersih. Lama kelamaan, ani dan lucky mulai
berteman baik. Lucky semakin mengeemaskan dan lucu. Tapi ayah dan ibu ani
sangat melarang ani membawa lucky bermain ke halaman rumah.
Suatu hari, kedua orangtua ani
meninggalkan ani dirumah sendiri karena sedang menjenguk keponakannya dirumah
sakit. Ingin sekali ani bermain dengan lucky, tapi kucing yang mungil itu
mendekati pintu menuju kehalaman dan mengeong.
“
apakah kamu ingin keluar?”Tanya ani
Kucing itu pun mengeong-ngeong.
“kalau iya, kamu harus menunggu
ayah dan ibu pulang!”
Lucky semakin keras
mengeong-ngeong. Ani pun berfikir bahwa ia bisa mengeluarkan lucky, sebentar
saja,jika lucky bersamanya , lucky pasti aman.
Dengan pelan-pelan ani membukan
pintu dan lucky pun langsung berlari keluar sangat kencang, tanpa terkendali.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan sebuah sepeda yang dikendarai sangat
kencang, lucky pun dengan gesit menghindar, tapi belum sampai ia ditepi sepeda
itu sudah menyerempetnya. Ani pun berteriak,,, “Lucky!!!apakah kamu tak apa-apa?” lucky pun tertunduk lemas,kakinya
terluka. Ani pun bergegas kearahnya dan menggendong lucky kedalam rumah.
Ketika ayah dan ibu pulang, mereka
bertanya, “apakah semua baik-baik saja?”.
Ani menjawab dengan ragu dan
bingung…. “Ehm… lucky tadi keluar, bu,,,
maafkan aku, aku tak bermaksud untuk melanggar perintahmu, tapi tadi lucky
benar-benar ingin keluar”ujar ani dengan rasa bersalah.
“terus?apa yang terjadi dengan
lucky?”Tanya ibunya
“Lucky tadi terserempet sepeda bu,
dan orangnya kabur, kaki lucky terluka
”jawab ani dengan menangis.
“ya
sudah nanti kita bawa lucky kedokter hewan ya,,” ujar ibunya dengan
penuh pengertian.
Ani pun mengangguk, sambil
memandang kearah lucky dengan sedih,,,
Setelah sampai di tempat dokter
hewan, “ apa yang terjadi dengan kucingmu? Tanya dokter itu sambil mengamati
lucky dengan hati-hati.
“kakinya terluka, terserempet
sepeda, dok” jawab ani
“o…tidak parah kok” sambil
memeriksa kaki lucky, “jangan cemas”kata dokter itu lagi.
Ani pun mengangguk serasa
mengiyakan. Dokter itu pun kembali berkata
“baiklah, saya kan mengobati kucing
mungil ini,. Ani, apakah kamu ingin melihat saya mengobatinya?”
“iya, dok” jawab ani sambil melihat
kearah kedua orang tuanya seraya meminta izin, kedua orang tunya pun
mengangguk. Kemudian ani mengikuti dokter itu masuk kedalam ruangan tempat
lucky akan diobati. Dokter itu pun mengambil alat suntik dan mensterilkan luka
lucky dengan hati-hati. “Nah selesai” kata dokter itu dengan tersenyum. Dengan
perasaan senang ani dan kedua orang tuanya membawa lucky kembali kerumah.
Beberapa hari kemudian kaki lucky
pun sembuh. Mereka pun kembali asyik bermain, mereka semakin akrab, Suatu hari
keponakan ani bermain kerumahnya, ia bernama ita. Ita bermain kerumah ani
dengan kedua orang tuanya, ita masih kelas satu SD, ani sangat sayang pada ita,
ia pun mengenalkan lucky kepada ita,
“adek ita kenalkan ini lucky,aku
menemukanya ditaman,lucu kan, kita main bareng yok?”ujar ani
Ita hanya mengangguk, kemudian
mereka bertiga bermain bersama-sama . Setelah beberapa jam bermain, ita ingin
pulang tapi ita tiba-tiba merengek-rengek kepada orang tuanya ingin membawa
lucky. Kemudian orang tuanya mencoba untuk memberikan penjelasan kepada ita
tapi ita tetap merengek-rengek ingin membawa lucky. Ani pun bingung, ia
mendekati ibunya,
“ bu, adek ita, ingin membawa lucky
pulang,” ujar ani dengan raut muka sedih
“biar adek ita bawa dulu ya
sayang,,, adek ita kan masih kecil, nanti kalau dia bosen pasti dikembalikan”
ibunya mencoba memberi pengertian agar ani memberikan kucingnya kepada ita.
Dan ahkrinya ani pun memberikan
lucky kepada ita, dengan menangis ani menyerahkan lucky kepada ita, pesan ani
kepada ita, agar ita menjaga dan merawat si lucky. Setelah lucky dibawa ita
pulang, ani kesepian, ani jadi malas makan,belajar dan bermain. “ani ayo makan,
saying” ajak ibunya
“nggak mau, ani mau makan kalau ada
lucky” jawab ani..Ibu dan ayah ani yang melihat hal itu pun merasa sedih. Tanpa
sepengetahuan ani, ternyata lucky dikembalikan oleh pamanya, “ayah ita”.
Ayahnya membawa lucky kekamar,
“ sayang, coba lihat apa yang ayah
bawa?”
Ani pun menoleh kearah ayahnya “
lucky……” teriak ani dengan riang ,
Dengan senang dan bahagia, ani
memeluk lucky untuk melepas rasa rindu, lucky pun mengeong bahagia.
“Terimakasih ayah, ibu” kata ani”, Ayah dan ibunya pun tersenyum, “iya
sayang” dengan bahagia kedua orangtua ani memeluk ani.
“ Sekarang ani harus makan ya,, dan
jangan malas lagi” kata ibunya dengan tersenyum.“iya,bu” jawab ani.
Setelah lucky kembali, ani pun mau makan, dan
rajin belajar seperti biasa.. Tanpa disadari, lucky sudah enam bulan ikut
dengan ani, tubuh lucky gemuk,besar dan ditumbuhi banyak bulu, ani semakin
rajin membersihkan lucky dan semakin menyayangi lucky.
Si Lala dan Angga
Oleh : Susanti (06101413042)
Pada suatu hari
Angga sedang bermain dirumah Nopi. Nopi itu adalah tetangga baru nya yang baru
pindah dari Bandung. Angga melihat seekor kucing yang berwarna kuning dan putih
dirumah Nopi. Nopi bertanya pada Angga tentang kucing itu. Ternyata kucing itu
adalah kucing Nopi, dan oleh Nopi dinamai Lala. Ia tinggal di rumah keluarga
Nopi. Lala selalu
memburu dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur Nopi. Lala
memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau dan
kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang bila
tubuhnya dibelai. Namun, tidak seorang pun di keluarga Nopi suka membelai Lala.
Nopi pun juga
demikian, dia tidak suka dengan kucing itu. Kedua orang tua Nopi kurang menyukai binatang, bahkan
Ibunya Nopi sering membentak Molly jika
ia mengeong waktu nyonya sedang memasak
ikan. Lala pun kurang perhatian di rumah Nopi. Sedangkan Angga senang sekali
dengan Lala, Angga adalah seorang anak yang penyayang binatang,terutama kucing.
Hampir setiap hari dia kerumah Nopi Cuma untuk bermain –main dan memberi makan
Lala. Ingin sekali dia membawa pulang Molly kerumahnya. Tapi dia tidak berani
ngomong. Suatu hari
Nopi berpamitan sama Angga, bahwa dia dan keluarganya akan liburan keluar kota cukup lama sekitar
sebulanan. Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Nopi
berangkat. “Lala pasti diajak juga,” ucap Angga dalam hati. Namun ia keliru. Ia sangat terkejut saat
melihat Lala masih ada di halaman rumah keluarga Nopi. Angga lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi tugas untuk
merawat dan memberi makan Lala setiap hari,” kata ibu Angga. Setelah
beberapa hari Angga sedang berjalan –jalan disekitar rumahnya. Dan dari luar
dia melihat Lala yang sangat lemah dan kurus. Angga pun terkejut.
”Mengapa Lala menjadi kurus???? Apakah tidak ada
yang diperintahkan Nopi untuk merawat dan memberi makan Lala???” itu lah
pikiran Lala.
Tanpa pikir panjang lagi langsung Angga menyuruh
Lala untuk keluar dari pagar. Lalu pun menuruti
apa kata Angga dan dia langsung keluar pagar. Seakan Lala mengerti apa yang
diperintahkan Angga. Lala dengan lemahnya dia mendekati Angga. Angga pun
langsung mengangkat Lala dan langsung membawanya ke rumah nya. Setelah sampai
di rumahnya Lala langsung dikasihnya makan dan susu. Lala makannya dengan lahap sekali. Seperti sudah
sebulan tidak makan. Maklum lah memang Lala sudah tiga hari tidak makan, dan
biasanya juga Lala kalau makan juga banyak –banyak. Angga pun melihatnya dengan
sedih dan rasa terharu,
”kenapa Lala bisa seperti ini,
malang sekali nasib Lala”ucap Angga.
”mengapa Nopi tidak menyuruh orang untuk merawat
dan memberi makan Lala?, apakah Nopi lupa?” ucap ibunya Angga.
Angga dan ibunya pun terus
memandangi Lala yang sedang makan dengan lahap, Lala pun tak merasa kalau Angga
dan ibunya sedang memandanginya, karena Lala sudah sangat lapar. Jadi tidak
memperhatikan sekitarnya. Setelah
makan Angga memandikan Lala, karena Lala memang keliatan sangat kumel sekali. Setelah makan dan mandi Lala pun tidur
dengan nyenyak. Pada malam harinya Lala terbangun dan melihat banyak sekali
tikus –tikus di dapur rumah Angga. Dia pun menanggapnya, karena dia akan
berbalas budi pada keluarga Angga. Angga dan ibunya pun terkejut pada pagi hari
nya melihat begitu banyaknya tikus yang telah ditangkap Lala. Angga pun semakin sayang sama Lala. Sebulan kemudian, Nopi dan keluarganya pulang dari
berlibur. Dengan berat hati Angga mengantar Lala pulang ke rumah keluarga Nopi. Tapi,
setiap diantar pulang, Lala selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Angga.
Lala tahu bahwa Angga dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga
Nopi yang tega menelantarkannya, meninggalkannya sampai sebulan tidak
dikasihnya makan. Angga pun sadar bahwa selama ini dia menelantarkan Lala dan
kurang memberi perhatian sama Lala, walaupun kalau soal makanan Lala itu tidak
pernah telat ataupun kelaparan saat dirumah Nopi, tapi kurangnya perhatian sama
belaian lah Lala di rumah Nopi.
” Lala memang sangat akrab pada Angga,
dan Angga pun sangat menyayanginya” ucap Nopi dalam hati, setelah Angga pulang
dari rumahnya untuk mengantar Lala.
Pada suatu
hari,Angga ulang tahun. Dan Nopi pun memberikan hadiah untuk dia.
” inilah waktu yang tepat untuk saya
membahagiakan teman saya” ucap Nopi di dalam kamarnya saat dia akan ke rumahnya
Angga untuk menghadiri pesta ulang tahun Angga. Karena dia tau betul bagaimana
bahagianya Angga saat bersama –sama dengan Lala, begitu pun Lala.
Pesta pun dimulai,
dan saatnya Nopi memberikan kado buat Angga. Melihat Nopi membawa Lala dan Nopi
memberikannya kepada Angga, Angga pun terkejut bahagia. Dia sangat senang
sekali. Karena Angga memberi kado Lala. Seekor kucing yang lucu yang selama ini
di sayanginya, walaupun bukan milik dia. Tapi itu semua dulu, sekarang Lala
adalah miliknya seutuhnya. Dia sangat berterima kasih sekali sama Nopi dan
orang tua Nopi yang telah memberikannya seekor kucing miliknya. Karena kucing
seperti Lala lah yang Angga inginkan. Lala pun kelihatan senang sekali bisa terus bersama –sama
sama Angga,bisa bermain –main berdua. Akhirnya sekarang Lala pun milik Angga sepenuhnya. Setiap
hari mereka selalu bermain bersama –sama. Angga pun sayang sekali sama Lala
begitu juga dengan ibunya Angga. Sewaktu Angga sekolah, ibuny lah yang mengurus
Lala untuk makan dan sedikit bermain. Maka dari itu, Angga sudah tidak sabar
lagi untuk pulang kerumah ketemu Lala. Oleh sebab itu, sepulangnya sekolah dia
cepat –cepat langsung pulang dan biasanya dia pulang juga dengan membawa
makanan untuk Lala. Jadi setiap hari sepulang Angga pulang sekolah selalu
disambut Lala di depan rumah nya. Begitulah
kehidupan Lala dan Angga setiap harinya. Sekarang badan Lala sangat gemuk dan
lucu. Karena apapun makanan kesukaan Lala selalu dibelinya oleh Angga. Begitu
juga susu,setiap harinya dikasih susu sama Angga. Kemana pun Angga pergi selalu
dibawanya Lala, terkecuali waktu sekolah. Karena memang peraturan di sekolahkan
tidak boleh membawa binatang dalam bentuk apapun sekalipun itu hewan
peliharaan. Kalaupun diperbolehkan sudah dari dulu Angga membawa Lala di
sekolahnya. Karena Lala pun tidak pernah mengganggu saat Angga belajar. Jadi,
Lala pun tahu saat dia bisa brmain –main sama Angga ataupun saat Angga lagi
belajar. Sewaktu Angga sedang belajar Lala pun di sebelah Angga. Dia selalu
menemani Angga belajar tapi dengan tidak mengganggu Angga. Ketika Angga sudah
selesai belajar keduanya langsung bermain –main.
”Lala sini dulu ya, Angga mau belajar
dulu, Lala maianan ini sama pena” ucap Angga pada Lala sambil memberikan pena
untuk Lala. Karena Lala senang sekali bermain –main dengan pena.
”meong....” itulah jawaban Lala. Itu mengisyaratkan bahwa dia
mau dan menerima permainan pena itu. Setelah Angga selesai belajar baru mereka
bermain bersama.
Angga dan Lala
juga sering bermain di rumah Nopi. Begitu juga dengan Nopi, dia juga sering kerumah Angga.
Hampir setiap hari mereka bermain, sehingga menimbulkan rasa sayang Nopi kepada
binatang. Tapi dengan sayang nya Nopi sekarang sama kucing bukan berarti dia
akan meminta kembali Lala dari Angga. ”itu tidak akan terjadi” ucap Nopi dalam
hati. Maka dari itu ketika Angga lagi jalan –jalan sama kedua orangtuanya dia
membeli seekor kucing. Dia berjanji tidak akan menelantarkan lagi,tidak akan
membenci kucing lagi, seperti apa yang dilakukannya sama Lala. Angga
pun senang melihat perubahan temannya itu. Dan Lala pun juga ikut merasa
senang, karena sekarang dia banyak kawan. Selain Angga sama Nopi, Lala juga
mempunyai teman baru juga kucing, yaitu kucingnya Nopi. Kucing Angga dan kucing
nya Nopi kelihatan akrab sekali.
Kucing Yang Malang
Oleh : Nur Ansyoria Yulisa (06101413043)
Di sebuah perumahan,
hiduplah seekor kucing berwarna putih. Nama kucing itu lola. Ia tinggal di
rumah keluarga aming. Lola selalu
memburu dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga
aming.
Lola adalah kucing yang
sangat lucu. Banyak orang suka padanya. Lola sering berlarian karena mengejar
tikus. Lola amat senang memaqngsa tikus. Kerap kali ada bunyi yang sangat
berisik di dapur dan ternyata suara tersebut di sebabkan lola yang sedang
berlari mengejar tikus di dapur. Lola memiliki mata yang hijau dan kumis
panjang berwarna hitam.
Namun dalam keluarga
aming tak seorangpun senang terhadap lola. Terutama ibuku. Ibuku kerap
membentak lola karena lola sering mencuri ikan ibu ketika ibu sedang memasak di
dapur. Di tambah dengan ke tiga anak yang ada pada keluarga aming kurang
menyenangi binatang.
Di depan rumah keluarga
aming ada seorang anak bernama lilo. Lilo adalah anak dari keluarga terpandang
di kotanya. Ayahnya adalah walikota di sana.
Keluarga samiri namanya. Lilo adalah anak yang baik dan menyenangi binatang.
Suatu hari lilo melihat lola sedang di kejar oleh anjing tetangganya. Nama
anjing itu adalah erna. Lilo pun merasa kasihan pada lola. Lilo pun langsung
beranjak mengejar lola. Setelah itu di bawanya lola ke rumah. Lilo merasa
sangat senang melihat lola. Karena lola terlihat amat menggemasakan dengan
tingkah lucunya. Lilo memberinya makan dan membelainya. Semenjak dari kejadian
itu setiap sore lola melompat dari pagar rumah keluarga aming untuk pergi ke
keluarga samiri dan minta di belai oleh lilo.dalam hati lilo berkata “ alangkah
senangnya bila lola ini adalah kucing peliharaanku “. Lilo sangat ingin
memelihara lola. Akan tetapi ibu lilo tidak akan mengizinkan ada hewan di
rumahnya. Karena ibu juga tidak begitu menyukai binatang. Terpaksa aku hanya
bertemu dengan lola setiap sore saja.
Suatu hari lola tidak
datang ke rumah seperti biasanya. Akupun menjadi kawatir, apakah gerangan yang
terjadi pada lola. Hatiku bertanya – Tanya mengapa lola tak datang ke rumah
seperti biasa??. Dan aku baru ingat bahwa semalam keluarga aming datang untuk
berpamitan, mereka akan pergi ke jogja.katanya hanya sekadar berlibur sekaligus
berkunjung ke rumah nenek mereka. Dan ku piker lola pergi karena di ajak oleh
mereka ke jogja. Aku pun merasa rindu kepada lola. Karena setiap hari biasanya
aku bermain bersama lola si kucing putih yang sangat lucu itu. Dan tiba – tiba
ibu memanggilku. Aku lekas berlari ke belakang menemui ibuku. Ibuku memintaku
untuk membeli garam untuk memasak. Akupun menuruti perintah ibuku. Di saat
perjalananku menuju ke warung yang letaknya di samping rumah keluarga aming.
Aku mendengar suara “ ngeong…ngeong..” di belakang rumah keluarga pak aming.
Lalu intip dari sela – sela pagar rumah pak aming. Betapa terkejutnya aku
melihat kucing itu sendirian terkurung di halaman belakang rumah pak aming.
Loal terlihat sangat kesepian di sana.
Dalam hati pasti lola bertanya – Tanya kemanakah tuannya pergi. Lola
berkeliling beraharap ada jendela yang terbuka agar ia bisa masuk. Namun
ternyata semua jendela di sana
terkunci rapat.
Lola sangat merasa kesepian
dan hanya bisa berharap tuannya akan segera pulang. Lola pergi ke semak –
semak. Ku lihat dari kejauhan lola terlihat kedinginan dan kelaparan. Aku
merasa kasihan padanya tapi aku tidak tahu bagaimana cara membantunya. Lalu aku
lekas pergi ke warung untuk membeli garam dan memberikannya pada ibu. Aku
menceritakan kejadian yang ku lihat tentang lola kepada ibuku.” Oh, biar saja
kata ibuku, tidak mungkin pak aming menelantarkannya pasti pak aming sudah
menyuru orang untuk merawatnya”. Ku pikir benar juga apa yang di katakan ibu.
Tidak mungkin pak aming sengaja menelantarkan lola . walaupun dia tidak begitu
senang terhadap lola tidak mungkin dia tega memperlakukan lola sekejam itu.
Tapi nyatanya, tak
seorang pun terlihat untuk merawat lola. Lola masih berada di semak – semak.
Walaupun lola terlindung panas tapi lola masih bsah karena kehujanan. Lola pun
mulai terlihat lemas. Lola memakan tulang – tulang kering dan memakan daun –
daun kering di halamna belakang rumah pak aming. Lama – kelamaan lola mulai
sakit dan semakin hari sakitnya semakin parah karena kelaparan. Lola menjadi
sangat kurus dan ia bersin – bersin.
Pada hari ke tiga lola
menjadi semakin kurus. Bahkan dia mulai tidak kuat untuk melangkahkan kakinya.
Dia hanya terus berharap ada yang akan memberinya makan dan merawatnya dengan
baik dan juga membelainya.
Lalu lola teringat pada
lilo yang selama ini sudah baik kepadanya dan satu – satunya orang yang mau
membelainya. segera ia menuju rumah lilo. Tapi lola bingung bagaimana ia bisa
pergi ke sana??
Badannya sangat lemas dan tidak bisa melompat pagar. Berkali – kali ia mencoba
melompati pagar tapi tetap saja dia tidak berhasil. Lola tak juga menyerah,
lola terus saja mencoba melompati pagar sampai akhirnya lola terjatuh. Sekali
lola hanya bisa berharap akan ada yang datang untuk menolongnya.
Tiba – tiba lilo lewat
dan melihat lola mengeong . “ oh inikah
lola??badanmu sangat kurus “. Lilo segera mengasung mengambil lola dan
langsung membawanya pulang ke rumah. Lilo memberinya makan dan membersihkannya.
Ibukupun jadi merasa kasihan melihat keadaan lola yang sangat kurus. Akhirnya
ibu mengizinkan lola tuk tinggal di dapur selagi keluarga pak aming masih di
luar kota. Aku
sangat senang mendengar kata – kata yang keluar dari mulut ibu. Akupun
memberinya sebuah kotak tempat lola tidur. Dan lola melihat saat malam dapur
ibu banyak tikusnya. Lalu lola pun menangkap tikus – tikus itu. Lalu ibupun
semakin menyukai lola karena telah membantu ibu membasmi tikus di dapur.
Setiap hari sepulang
sekolah aku selalu bermain bersama lola. Aku sering membelikan mainan untuk
kami mainkan bersama. Tidak lupa ku beri dia makan. Dan seiring dengan itu
kesehatan lola si kucing lucu itupun berangsur menjadi baik dan badannya
menjadi gemuk.semakin hari lola semakin lucu. Lola sangat senang bila aku
membelainya. tidak lupa setiap petang aku mengajaknya berjalan keliling
Setiap malam lola
menangkapi tikus – tikus yang ada di dapur ibu. Dia ingin membalas kebaikan ibu
lilo dan lilo.lola sangat senang bisa tinggal di rumah lilo . setiap hari lilo
dan ibunya membelai lola. Ibu lilo juga
sering menghadiahkan ikan kepada lola. Lola sangat menyukai ikan. Dia sangat
gembira ketika ibu memberinya ikan.
Suatu hari ketika aku
mengajak lola keliling komplek. Ada
seekor kucing berwarna putih,hitam dan kuning. Ku lihat dia seekor kucing yang
liar karena tidak ada yang memeliharanya. Kucing itu sendirian mengorek –
ngorek tanah dan memakani tulang kering. Kucing itu sangat kusam dan kurus.
Karena merasa kasihan
akupun mendekati kucing liar itu. Lalu lola pun juga bersikap ramah terhadap
kucing itu. Ku bawa kucing itu ke rumah dan ku beri makan. Kucing itu makan
dengan sangat lahap. Lalu ku bersihkan kucing itu. Dan ku beri nama si belang.
Akupun memutuskan untuk memlihara si belang untuk ku jadikan teman bermain lola
di saat aku sedang tidak ada di rumah.
Sebulan kemudian
keluarga pak aming pulang dari jogja. Dan dengan berat hati aku harus
mengembalikan lola kepada keluarga aming. Tapi setiap kali aku antar lola
pulang dia selalu kembali ke rumahku. Lola tahu bahwa keluarga aming sangat
jahat dan kejam karena sudah menelantarkannya. Dan lola mengetahui bahwa lilo
dan ibunya lah yang tulus menyayangi lola. Dan lola pun sudah punya teman di
rumah lilo yaitu si belang.
Akupun bingung harus berbuat
apa. Aku mau saja memelihara lola di rumahku dan selalu merawatnya tapi aku tak
tahu apakah keluarga pak aming mau memberikannya padaku. Aku pun mencoba
meminta izin pada pak aming untuk merawat lola.
Karena keluarga pak
aming tidak terlalu mau peduli pada lola, maka pak aming mengizinkan aku untuk
merawat lola. Akupun merasa sangat gembira mendengar pak aming berbicara
demikian.
Akhirnya lola telah
menjadi kucing peliharaanku. Di rumah aku membuatkannya kandang yang ku buat
dari kayu dan ku tata dengan indah. Kandang itu ku buatkan untuk si belang dan
lola. Lola dan si belang terlihat akrab. Setiap sore belang dan lola berjalan –
jalan keliling komplek bahkan sesekali berkeliling kota . aku paling suka mengajaknya ke taman kota. Di taman kota banyak orang yang suka mengajak hewan peliharaan
mereka ke sana.
Suatu hari tiba – tiba
lola perutnya terlihat buncit . kupikir dia sakit tapi ternyata berapa bulan
kemudian di dalam kandang itu ada tiga anak kucing yang lucu – lucu . “ oh.
Ternyata kucing – kucing mungil yang lucu inipun adalah anak dari lola dan si
belang. Aku merasa senang melihatnya. Dengan begini hewan peliharaankupun
menjadi bertambah banyak. Dan rumah lilo pun semakin bebas dari gangguan tikus.
Petualangan Kelinci di Hutan
Oleh : Tiurida Intika (06101413044)
Suatu hari kelinci sedang berjalan mondar – mandir di hutan karena tidak
mempunyai teman.Semua temannya pergi mencari makanan.“ Saya kira, saya
sebaiknya pulang dan tidur, “ kata Kelinci sedih.Dalam perjalanan pulang, kelinci
bertemu siput yang berjalan sangat pelan.“ Hai, pak Siput, ada apa denganmu ?
Mengapa kamu berjalan sangat lambat ?untungnya, saya tak selambat kamu, “ ujar
Kelinci. Tetapi siput diam tidak menjawab kelinci.
Setelah mengamati siput beberapa saat, si Kelinci bertanya lagi, “ Hay
pak Siput, kemana kamu akan pergi ? “Akhirnya, siput berpaling dan menjawab
kelinci.“Oh, kamu Pak Kelinci.Sebenarnya saya mau pulang.“Di mana kamu pulang,
Pak Siput ?Tanya kelinci. “Saya tinggal di seberang sungai di sana,“ jawab
siput sambil menunjuk kearah lembah di seberang sungai. “Ha! Di sana ? Jauh
seekali ! “kata kelinci terkejut dan mulai tertawa. “Hai, Pak Kelinci, mengapa
kamu tertawa ?“ Tanya siput. “Saya tertawa karena jawabanmu sangat bodoh.
Rumahmu jauh di sana dan kamu berjalan begitu lambat. Perlu waktu sepuluh tahun
untuk mencapai rumahmu. Tidakkah menurutmu itu bodoh ?“Tanya kelinci.
Siput merasa sakit hati dengan kata – kata kelinci memang sedang
menghinanya. “Jangan pernah meremehkanku, Pak Kelinci, “ Ujar siput marah.
“Saya tidak meremehkanmu, tetapi kamu memang berjalan lambat, lebih lambat dari
Pak Semut, “ bantah kelinci. “Sebetulnya saya bisa berjalan lebih cepat tetapi
saya tidak ingin pamer, “ jawab siput dengan bangga. “Apa maksudmu ?Saya tidak
mengerti, Pak Siput, “ujar kelinci terkejut. “ Sebenarnya saya bahkan mampu
berlari lebih cepat daripada kamu, pak Kelinci, “ jawab siput. “ Jangan bodoh,
kamu tidak mempunyai kaki sepertiku. Bagaimana kamu bisa berlari ?“ Tanya
kelinci.
“Baiklah, jika kamu tidak percaya. Mari kita adu lari, “ tantangan siput.
Kelinci tertawa tidak percaya.“ Jangan Cuma tertawa,ini adalah tantangan. Saya
akan membuktikan padamu bahwa saya dapat berlari lebih cepat, “ kata siput yang
yakin.
Akhirnya si kelinci setuju adu lagi dengan siput.Siput dan kelinci setuju
untuk bertemu di sebuah tempat seminggu lagi. Segera siput menemui semua
temannya dan menceritakan apa yang terjadi. “ Kita akan bekerjasama . “ kata
salah satu siput. Mereka berencana membuat sebuah barisan sepanjang jalur adu
lari dan mengakali kelinci agar percaya bahwa siput selalu memimpin adu lari
tersebut.Segera semua siput kembali pulang dan berjanji bertemu seminggu
kemudian.
Hari adu lari pun tiba.Kelinci siap – siap menunggu di garis awal.Siput
tiba dan adu lari dimulai.Kelinci berlari secepat mungkin.Seperti biasa, siput
merayap perlahan.Beberapa saat kemudian kelinci berhenti dan mencari – cari
siput di sekelilingnya. Tiba – tiba ia melihat siput sudah berada di depannya.
“ Saya memimpin perlombaan ! “ teriak siput di depan kelinci. Kelinci terkejut
melihat siput di depannya.
Kelinci melanjutkan berlari secepat mungkin. Beberapa saat kemudian ia
berhenti, mencari – cari siput. “ Saya masih di depan matamu, “ teriak salah
satu siput yang berada jauh di depan kelinci. Kelinci terkejut melihat siput di
depannya lagi.kelinci yang panik terus berlari secepatnya. Tetapi ketika ia
mencapai garis akhir, siput sudah menunggu di sana. kelinci merasa malu
dikalahkan oleh siput dan berjanji tidak akan menghina siput lagi.
Setelah kelinci marasa malu dengan teman – teman siput kelinci merasa
lelah dan berbaring di bawah pohon rindang untuk beristirahat.“ Tempat ini
sangat tenang dan nyaman. Saya akan tidur di sini “ Kata kelinci. “ Saya akan
menjadikan tempat ini tempat peristirahatanku. Saya akan merahasiakannya. Kapan
pun saat saya lelah saya dapat dating kesini untuk tidur, “ lanjut kelinci
sambil menutup mata untuk tidur.
Kelinci hampir tidur, tetapi ia mendengar suara mendesing. Ia melihat ke
atas dan ke bawah tetapi tidak menemukan apa pun, “Siapa yang membuat bunyi
berisik ini ? “ Tanya kelinci.Beberapa saat, kelinci memperhatikan seekor
kumbang terbang di sekitar kepalannya. “Jadi kamu yang membuat suara mendesing
itu, “ kata kelinci marah. “ Hai kamu, Pak kumbang, kemarilah sebentar, “
panggil kelinci.
Kemudian kumbang mendekati kelinci.“ Mengapa kamu memanggilku, pak
kelinci ? “ Tanya kumbang.“ Sayaheran karena serangga sekecil kamu dapat
membuat bunyi mendesing keras, “ jawab kelinci. “ He…..he…..he….sebetulnya
suara itu dating dari perutku yang besar, “ jawab kumbang. “ Lihatlah perutku,
tidakkah lebih besar untukku ?“ Tanya kumbang. “ Kenapa dengan perutmu ?“ Tanya
kelinci terheran, “ Sebenarnya saya tak sengaja menabrak gajah kemarin. Itulah
mengapa perutk membengkak, jawab kumbang.“ Duri tajam sepanjang jari yang ada
di tubuh gajah menusuk perutku. “ kata kumbang. “ Mengapa kamu tidak mencabut
saja duri itu ? “ Tanya kelinci.“ Saya tidak bisa. Duri itu terlalu dalam
menusuk perutku, “ jawab kumbang.
“ Lucu sekali, saya tidak mempercayaimu. Tubuhmu sangat kecil.Bagaimana
duri sepanjang jari menusuk perutmu. Jangan berbihong padaku !“ jawab kelinci
marah – marah. “ Berani – beraninya kamju membohongiku.Katakana padaku
sebenarnya.Kamu telah mengganggu tidurkuhanya untuk menceritakan
kebohongan.Menjengkelkan !“ lanjut kelinci marah. “ saya tidak membohongimu “
saya tidak membohongimu pak kelinci, Saya mengatakan duri sepanjang jariku,
bukan jarimu !” kata kumbang dengan tenang. Kelinci menyadari bahwa kumbang
mengatakan sebenarnya.“ Lain kali jangan menganggap mahluk lain tak sepandai
kamu, ‘ ujar kumbang. Sambil tertawa, Kelinci merasa agak malu dengan kata –
kata kumbang itu.“ Selama ini, saya kira sayalah yang paling pandai. Tetapi
sekarang saya tahu ada mahluk lain yang lebih pandai dariku, “ kata kelinci
sedih.
Segera kelinci meninggalkan tempat itu dengan malu.Ia berjanji pada
dirinya sendiri tidak akan menghina mahluk lain. “ Mulai saat ini saya akan
belajar menghargai mahluk lain, “ kata kelinci. Lalu kelinci pulang dengan
perasaan bersalah kepada kumbang.
Setelah kelinci dari tadi merasakan perasaan yang bersalah, kelinci
berniat untuk pulang, tiba – tiba saat itu kelinci melihat kura – kura
berjalan. Karena kelinci dan kura – kura hidup bersahabat di hutan, jadi antara
kelinci dan kura – kura sudah mengerti sifat masing – masing.
Kelinci memiliki sifat sombong tetapi kura – kura rendah hati dan
bijaksana. Suatu hari, kelinci yang angkuh itu berkata pada kura – kura saat di
jalan, “ Tahu tidak, aku kan bisa berlari kencang dari pada kamu, “ Benar “,
kata kura – kura setuju. Kalinci pun menuruskan, “ Bagaimana kalau kita
bertanding ? Dengan begitu kamu akan tahu betapa cepatnya aku. “
Meskipun kura – kura itu tahu ia bukan lawan tanding yang sebanding
dengan kelinci, ia tahu keangkuhan kelinci. Ia pun setuju untuk bertanding.
Pertandingan dimulai, saat berlomba kelinci berlari sangat cepat dan berada di
depankura – kura sedangkan kura – kura berada di belakang kelinci yang jaraknya
sangat jauh dari kelinci. Saat kelinci berlari, kalinci menemui sebuah pohon
yang rindang, kelinci berpikir “ pasti kelinci masih lama sampai kesini” kata
kelinci. Karena pohon itu rindang, kelinci berbaring di bawah pohon yang
rindang itu.“ Aku ingin tidur sejenak di bawah pohon sebelum mulai lari lagi. “
Beberapa menit kemudian kura – kura melihat kelinci sedang tidur di bawah
pohon yang rindang, kura – kura pun berjalan perlahan – lahan melewati kelinci
yang sedang tertidur lalu tiba di dekat garis akhir, kelinci pun tiba – tiba
terbangun dan ia tersadar dari tidur yang sangat lama. Ia melihat kura – kura
sudah dekat dengan garis akhir, jadi kelinci berlari secepat – cepatnya tetapi kura
– kura sudah lebih dahulu menyentuh garis akhir. Kelinci merasa malu dengan apa
yang telah ia katakana kepada kura – kura tadi sebelum mengejek kura – kura.
Karena itu, kelinci mulai sadar dan mendapat pelajaran dari kesalahannya.
Setelah kelinci berpetualang, kelinci berjalan untuk pulang, sambil di
jalan ia sadar kalau perbuatannya seharian tadi sangat tidak bagus, terutama
pada teman – temannya yang sudah ia ejek.Kelinci pun mulai tersadar akan
kelakuannya pada hari ini, ia pun menyesali atas perbuatannya dan ia berjanji
tidak akan mengejek dan meremehkan orang lain.
Senangnya Merawat Kiko
Oleh : Putri Aulia (06101413045)
Hari sabtu pagi, Luki dan adiknya Mimi seperti biasa bangun pukul 05.00
pagi karena mereka hendak bersiap-siap pergi ke sekolah dan mereka juga tak
ingin terlambat tiba di sekolahnya, karena tepat pukul 07.00 bel tanda masuk
telah dibunyikan. Luki dan Mimi adalah
anak dari pasangan Pak Hendra dan Ibu Ratna.
Kini Luki berusia 11 tahun, sekarang ia duduk di kelas 5 SD Harapan Kita.
Sedangkan adiknya Mimi masih duduk di kelas 1 SD, yang mana sekolah Mimi sama
seperti kakaknya Luki, dan Mimi kini berusia 6 tahun.
Pagi itu, Luki dan Mimi bergiliran untuk mandi, sedangkan Ayahnya sudah
selesai lebih dulu karena Ayahnya bangun lebih awal dibandingkan mereka berdua.
Ibu Ratna pun kelihatan sibuk didapur memasak sarapan untuk suami dan kedua
anaknya itu. Pak Hendra, Ayahnya Luki dan Mimi ini berprofesi sebagai seorang
guru SD Harapan Kita yang mana SD tersebut merupakan tempat kedua anaknya
bersekolah. Sehingga, Luki dan Mimi pun selalu berangkat ke sekolah bersama
Ayahnya.
“Luki…!!! Mimi…!!!” Teriak Ibu dari ruang makan. “Ayo cepat sarapan,
nanti bisa terlambat ke sekolahnya.” Sambung Ibu lagi.
“Iya Bu sebentar..” jawab Luki. Luki dan Mimi pun segera keluar dari
kamar mereka dan bergegas menuju ruang makan dan keduanya segera mengambil
posisi duduk. Di sana sudah nampak Ayah duduk bersebelahan dengan Ibu. Pak
Hendra pun sudah tampak rapi dengan baju batik dan celana hitam panjang yang dikenakannya.
Sedangkan Luki dan adiknya Mimi juga tak kalah rapinya dengan seragam pramuka
yang keduanya pakai pada saat itu. Karena hari tersebut adalah hari sabtu, maka
peraturan yang sudah ditetapkan di sekolahnya bahwa seluruh siswa dianjurkan
untuk memakai seragam pramuka, sedangkan semua guru dan staf yang lain juga
dianjurkan memakai seragam batik.
“kok lama sekali siap-siapnya Kak ?” Tanya Ibu pada Luki. “Ini Bu, tadi
Luki lagi beres-beres….” Jawab Luki yang masih belum selesai ia ucapkan tetapi
Ayah langsung memotong ucapan Luki.
“Ayah kan sudah bilang berkali-kali Luk.., kalau perlengkapan sekolah itu
sudah harus disiapkan dari malam. Jadi kalau sudah pagi seperti ini kita sudah
siap dan tinggal mengecek ulang perlengkapan yang akan dibawa.” Ayah menasihati.
“kalau sudah dirapikan tadi malam, paginya tidak bakal terburu-buru, kalau
terburu-buru ada-ada saja nantinya barang yang ketinggalan.” Sambung Ayah lagi.
“Iya Ayah, Luki sudah tau itu. Luki sudah kok membereskan perlengkapan
dari tadi malam. Tadi Luki lagi merapikan tempat tidur Luki aja”. Jawab Luki
pada Ayahnya.
“Oh, syukurlah kalau Kakak masih ingat itu..” jawab Ayah singkat sambil
mengangguk-anggukan kepalanya. Luki pun tersenyum simpul.
“Ya sudah jangan banyak bicara dulu, cepat habiskan sarapannya!” tegur
Ibu pada Luki.
Mimi yang duduk bersebelahan dengan Luki kelihatan diam dan tidak
menghiraukan pembicaraan kakak dan ayahnya itu. Ia nampak menikmati sarapannya
itu dengan tenang. Mimi memang sosok
anak yang agak pendiam, ia tidak mau mencampuri urusan yang tidak menyangkut
tentang dirinya. Tidak hanya pendiam, Mimi juga anak yang patuh dan mandiri.
Luki dan keluarganya pun menyelesaikan sarapan mereka pagi itu. Setelah
sarapan selesai Ayah meminta Luki dan Mimi untuk segera bersiap-siap, karena
setiap hari sekolah mereka selalu berangkat bersama-sama bukan karena Luki dan
Mimi yang satu sekolah tetapi karena Ayah juga salah satu guru yang mengajar
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolahnya. Setelah semuanya
siap, Luki, Mimi, dan Ayahnya berpamitan kepada Ibu.
“Bu, saya dan anak-anak pergi dulu ya ! Assalamuallaikum !” pamit Ayah
pada Ibu, Ibu pun mencium tangan Ayah, sedangkan Luki dan Mimi pun tak lupa
mencium tangan Ibunya. “Hati-hati dijalan ya, Luki dan Mimi belajarnya yang serius jangan banyak
mainnya.” Pesan Ibu kepada Luki dan Mimi.
Luki dan Mimi segera masuk ke dalam mobil mereka, di mana Ayah sudah
lebih dulu masuk dan siap untuk berangkat. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30,
karena jarak sekolah dan rumah mereka yang agak sedikit jauh sehingga
membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit untuk sampai ke sekolah. Ibunya yang
hanya sebagai Ibu rumah tangga seperti biasa, setelah suami dan kedua anaknya
pergi ke sekolah, ia bersiap pergi ke pasar membeli bahan makanan pokok dan
perlengkapan yang lain untuk kebutuhan sehari-hari.
Keesokan harinya yakni tepatnya
hari minggu, seperti hari-hari biasanya meskipun hari libur karena mereka tidak
harus pergi ke sekolah. Luki dan Mimi tetap bangun pukul 05.00. Bangun tidur
mereka tak lupa membereskan tempat tidurnya dan bergegas untuk mandi. Kemudian
sarapan pagi yang telah disiapkan Ibu. Setelah sarapan Luki membantu Ayahnya
menggunting rumput-rumput di halaman rumah, dan Mimi membantu Ibunya
membersikan bagian dalam rumah.
Semua pekerjaan pada hari itu telah selesai dikerjakan. Jam telah
menunjukkan pukul 09.35 , Luki dan Mimi tampak asik menonton film kartun.
Sedangkan Pak hendra dan Ibu Ratna duduk-duduk di teras depan rumah untuk
mberistirahat sejenak. Sebelum melanjutkan aktivitas yang lain. Hari itu Pak
Hendra berencana mengajak keluarganya jalan-jalan.
“ Bu, bagaimana kalau kita hari ini ajak anak-anak pergi jalan-jalan
sekalian nanti kita makan siang di luar saja?” Tanya Ayah pada Ibu. Mendengar
ucapan suaminya Bu Ratna tampak diam dan berpikir. “Boleh juga kayaknya, Yah”.
Jawab Bu Ratna.
“Kalau begitu sekarang Ibu bilang ke Luki dan Mimi, Ayah mau siap-siap.”
Perintah Pak Hendra pada istrinya. Ibu Ratna pun meng-iyakan peerintah suaminya
tersebut.
“Luki..Mimi, ayo cepat kalian siap-siap! Hari ini Ayah mau mengajak kita
jalan-jalan.” Seruan Ibu Ratna pada kedua anaknya tersebut.
Mendengar ucapan Ibunya itu, Luki dan Mimi meloncat kegirangan.
“Hore…hore...hore… asik mau jalan-jalan.” Mimi pun bersorak riang.
Luki dan Mimi pun mulai bersiap-siap. Setelah semuanya siap, pak Hendra
dan keluarganya pun pergi.
“Ayah mau ajak kita jalan-jalan kemana?” Tanya Luki.
“Ayah akan ajak kalian melihat pameran yang digelar di lapangan di dekat
toko-toko buah itu loh, Ayah kan sudah sering ajak kamu beli-beli buah di
sana.” Jawab Ayah sambil tersenyum.
“Oh…di sana ada pameran apa aja, Yah?” Tanya Luki lagi.
“Pamerannya sih kata teman Ayah bilang bermacam-macam.” Jawab Ayah
singkat. “Ya sudah, nanti kita lihat di sana ada pameran apa saja.” Sambung Ibu
agar Luki berhenti bertanya-tanya terus.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit mereka sudah sampai. Sudah
banyak sekali orang yang beramai-ramai memadati area tempat pameran itu
digelar. Luki, Mimi serta kedua orang tuanya pun segera mendekat dan
melihat-lihat pameran-pameran yang ada.
Setelah mereka puas melihat semua pameran itu. Pak Hendra mengajak istri
dan kedua anaknya itu untuk makan siang, dan mereka makan di sebuah rumah makan
yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat pameran itu cukup di tempuh dengan
berjalan kaki saja sudah bisa sampai. Setelah makan siang selesai, Pak Hendra
masih ingin mengajak keluarganya ke sesuatu tempat dan mereka pun segera
meninggalkan rumah makan tersebut. Beberapa langkah dari rumah makan itu tak
sengaja Luki melihat sebuah toko yang menjual berbagai jenis hewan peliharaan.
“Ayah, coba kita melihat toko itu sebentar!” ajak Luki sambil menunjuk
toko yang di maksud. “Oh toko itu, iya boleh-boleh.” Jawab Ayahnya.
Mereka pun segera menuju toko yang menjual berbagai jenis hewan
peliharaan yang Luki maksud, yang letaknya bersebrangan dari rumah makan tempat
mereka makan siang tadi. Tibanya di toko itu, Luki dan Mimi sangat antusias dan
senang sekali, karena di toko tersebut mereka dapat melihat banyak jenis hewan
peliharaan, mulai dari kucing, anjing, kelinci, ikan-ikan hias, berbagai jenis
burung, dan masih banyak lagi yang lainnya. Nampaknya Luki tengah asik
memperhatikan berbagai macam ikan hias yang ada dalam akuarium besar yang di
letakkan pada posisi paling depan dari pintu masuk toko itu.
“Ini jenis ikan apa pak?” Tanya Luki pada salah satu penjaga toko itu.
“Kalau yang ini jenis ikan hias yang dinamai ikan guppy.” Jawab penjaga
toko. “Ikan guppy ini cukup banyak digemari orang, ikan ini mempunyai ekor yang
indah bukan?” sambung penjaga toko itu sambil tersenyum pada Luki.
Kelihatan dari raut wajahnya Luki tertarik untuk memiliki ikan guppy
tersebut. Ketertarikan itu muncul karena kecantikan ikan guppy menyamai
kecantikan burung merak. Bentu ekornya yang bermacam-macam ada yang seperti
pedang dan ada juga yang seperti kipas. Tak lama dari itu, Luki segera
menghampiri Ayah dan Ibunya yang sedang melihat jenis-jenis kucing bersama
adiknya Mimi.
“Ayah…!! Panggil Luki. Karena suara yang didengar tak asing lagi, Ayahnya
pun menoleh ke arah sumber suara. Nampak Luki yang bergegas menghampiri.
“Ada apa Luki?” Tanya Ayah. “Maukah Ayah membelikan ku ikan guppy yang di
depan sana?” Pinta Luki pada Ayahnya dan menarik tangan Ayahnya untuk mengajak
melihat ikan guppy yang ia maksud. Ayahnya pun mengikuti langkah kaki Luki yang
begitu cepat dan tak sabar untuk menunjukkan ikan yang diinginkannya itu.
“yang Luki maksud ikan guppy ini, Yah. Begitu cantik bukan?” Jelas Luki
dan tersenyum lebar pada Ayahnya. “maukah Ayah membelikannya untukku?” Tanya
Luki lagi.
“Berapa harga per ekornya mas?” Tanya Ayah pada penjaga toko itu.
“Kalau masalah harga tergantung besar kecil ikannya pak, dan juga dilihat
dari keindahan ekornya.” Jelas penjaga toko tersebut.
“Kalau yang ini berapa?” Tanya Ayah lagi, sambil menunjukan salah satu
ikan guppy berwarna kuning kemerahan di dalam akuarium.
“yang ini harganya 75.000 saja.” Jawab penjaga toko.
“Mahal sekali, tidak bisa dikurangi lagi sedikit?” Tampak Ayah
bernegosiasi dengan penjaga toko.
“Maaf tidak bisa pak, ini sudah harga pas.” Jelasnya lagi.
“Baiklah, kalau begitu kita ambil yang ini satu ekor saja ya.” Pinta Ayah
pada penjaga toko.
Luki pun kelihatan sangat senang sekali karena keinginannya untuk
memiliki ikan guppy telah terpenuhi. Meskipun ikan guppy yang ia miliki baru
satu ekor saja, tetapi hal itu tidak membuatnya sedih. Karena dengan satu ekor
saja sudah cukup baginya. Setelah seharian jalan-jalan bersama keluarganya.
Ayahnya memutuskan untuk pulang.
Sesampainya dirumah, kelihatannya Luki, Mimi, dan Ibunya nampak
kelelahan. Tetapi rasa lelah itu tak dihiraukan bagi Luki karena seekor ikan
guppy yang membuat hatinya sangat senang hari itu. Luki memutuskan untuk
menamai ikannya tersebut dengan nama Kiko, nama yang pas menurutnya untuk
seekor ikan guppy yang lucu dan indah itu. Kiko adalah seekor ikan guppy
jantan. Luki berharap Ayahnya segera membelikan lagi ikan guppy betina,
sehingga Kiko tidak merasa kesepian berada di akuarium yang ukurannya sedang
itu. Kesehariannya, tak pernah Luki lupa akan kehadirian si Kiko. Ia selalu
memberi makanan secara teratur yang bergizi untuk Kiko. Seminggu sekali, Luki
selalu mengganti air dan membersihkan akuarium, agar Kiko dapat bertahan hidup.
Hari demi hari berlalu, tak pernah sedikitpun Luki mengeluh dalam merawat Kiko,
malah dengan merawat Kiko setiap hari sangat membuat Luki gembira, karena Luki
tidak merasa kesepian, dan ia merasa seolah-olah mempunyai seorang sahabat yang
bisa di ajak bermain, bercanda, dan berbagi cerita. Itulah yang membuat Luki
sangat bahagia bisa memiliki Kiko.
Dita dan Hewan Peliharaannya
Oleh : Trisna Handayani (06101413046)
Namaku Dita. Besok, umurku tepat 12
tahun. Aku adalah anak tunggal. Dirumah, aku seringkali aku hanya ditemani
nenek karena ayah dan ibuku sibuk bekerja. Pada ulang tahunku esok hari, aku
tak ingin dirayakan. Aku hanya ingin dibelikan seekor hewan peliharaan untuk
menemaniku bermain. Keesokan paginya, aku telah melihat seekor anjing pudel
yang lucu dihalaman belakang rumah. Ibu dan ayah membelikannya sebagai hadiah
ulang tahunku kali ini.
“Anjingnya dirawat ya. Jangan ditelantarkan. Kalau ingin mempunyai hewan
peliharaan, harus benar-benar dijaga.” Pesan ibu padaku.
“Baiklah, Bu. Aku akan merawatnya dengan baik.” Kataku.
“Anjing ini belum diberi nama. Dita ingin memberinya nama apa? “Tanya
ayah.
“Bagaimana kalau namanya ‘pucan’? artinya pudel cantik.” Jawabku dengan
antusias.
“Ya, itu nama yang bagus Dita.” Seru ayah.
”Ya, aku akan mengajaknya bermain sekarang.” Kataku.
Lalu, aku pun mengajak Pucan bermain bola. Aku mengajarinya menangkap
bola. Untuk pertama kalinya aku bermain dengan Pucan. Ia anjing yang pintar,
lucu, dan lincah. Ketika aku melempar bola, Pucan langsung menangkapnya dengan
cepat. Ia langsung berlari menuju arah bola yang ku lempar. Pucan menangkap
bola dengan kakinya. Aku melakukannya berulang-ulang. Ia pun terlihat
kelelahan. Namun, Pucan masih semangat untuk mengajakku bermain. Tiba-tiba
terdengar suara nenek memanggilku. Nenek menghampiriku untuk mengajakku
berbelanja.
“Dita, apakah kamu mau ikut nenek berbelanja? Mungkin ada yang ingin kamu
beli untuk Pucan.” Kata nenek.
“Iya, Nek. Aku ingin membeli makanan anjing untuk Pucan.” Kataku.
Aku pun segera memasukkan Pucan ke kandangnya. Lalu, aku berganti baju
dan segera naik ke mobil. Kami pergi ke sebuah minimarket dekat rumah.
Sesampainya disana, aku dan nenek langsung turun dari mobil dan aku pun
langsung menuju ke tempat makanan anjing. Aku membeli snack anjing dan susu
untuk Pucan. Aku juga membeli vitamin, handuk, dan shampoo anjing untuk Pucan
agar ia menjadi anjing yang terawat dan sehat. Sementara nenek ada di tempat
sayur dan buah. Nenek membeli sayur dan buah. Nenek juga membeli perlengkapan
mandi yang akan habis.
Setelah selesai berbelanja, aku dan nenek pulang. Sesampainya di rumah,
aku langsung melihat Pucan dan langsung memberinya makan. Ia makan dengan
lahapnya. Selesai makan, aku langsung memandikan Pucan di bantu dengan nenek.
Pucan terlihat lebih segar. Tak lupa aku memberikan Pucan vitamin. Malam
harinya, setelah makan aku mengerjakan PR dan mempersiapkan perlengkapan
sekolah untuk esok hari. Pucan sudah terlelap di kandangnya. Aku pun tertidur
juga karena kelelahan.
“Ditaaaaaaa. Ayo bangun. Sudah pagi.” Ibu membangunkanku.
Suara ibu terdengar samar-samar. Aku yang masih mengantuk jadi malas
untuk bangun. Namun, karena terdengar suara Pucan, aku pun langsung terbangun
dan segera menghampiri Pucan yang masih berada di kandangnya. Sepertinya Pucan
ingin mengajakku bermain. Tapi, aku harus segera mandi agar tidak terlambat
pergi ke sekolah. Sambil tersenyum, ibu berkata padaku,
“Nanti siangkan bisa main lagi sama Pucan. Sekarang Dita mandi dulu. ”
“Iya, Bu.” Kataku.
Aku segera mengambil handuk dan mandi. Setelah mandi, aku pun langsung
sarapan dan setelah itu aku pergi ke sekolah. Seperti biasa, di sekolah aku
mengikuti pelajaran dan bermain dengan teman-teman. Aku menceritakan tentang
Pucan. Teman-temanku juga menceritakan tentang hewan peligaraan mereka. Sashi
memelihara kucing, Indi memelihara ikan, Riris memelihara kelinci, dan Pia sama
sepertiku yang memelihara anjing pudel.
Sepulang sekolah, aku langsung mengganti baju dan makan siang. Setelah
itu, aku langsung menuju ke kandang Pucan untuk mengajaknya bermain. Pucan yang
sedang makan berhenti sejenak melihat kedatanganku. Lalu, ia kembali melanjutkan
makan siangnya hingga ia merasa kenyang.
“Guk..guk….guk…” Pucan mendekatiku.
Ia ingin mengajakku bermain. Aku segera mengeluarkan Pucan dari
kandangnya. Aku ingin mengajak Pucan bermain di taman dekat rumah. Untuk
pertama kalinya aku mengajak Pucan bermain di taman. Aku dan Pucan berjalan
menuju taman.
Namun, ketika Pucan melihat ada
anjing lain, Pucan segera berlari menghampiri anjing itu sehingga tali pengikat
Pucan yang aku pegang terlepas dari genggamanku. Dari kejauhan terlihat sebuah
mobil yang melaju kencang. Mobil itu menabrak Pucan. Aku panik karena Pucan
mengeluarkan darah banyak sekali. Pengemudi pun melihat keadaan Pucan dan
pengemudi itu mengatakan bahwa Pucan telah mati. Aku menangis karena aku tak
menyangka Pucan meninggalkanku begitu cepat. Pengemudi itu langsung membawa
Pucan untuk dikuburkan didekat taman. Aku hanya mengikutinya dari belakang.
Aku pulang dengan perasaan yang sedih karena aku pulang tanpa Pucan. Ibu
menghampiriku dan bertanya, “Ada apa Dita? Pucan mana?”
“Pucan ditabrak mobil didekat taman.” Jawabku dengan mata yang
berkaca-kaca.
Ibu langsung memelukku.
“Nanti sore kita beli hewan lain yang bisa kamu pelihara. Jangan menangis
lagi ya.” Kata ibu menghiburku.
Aku masih sedih mengingat Pucan yang berdarah dan langsung mati karena
ditabrak oleh pengemudi tadi. Sore hari ketika ayah pulang, ibu menceritakan
semuanya pada ayah. Ayah yang melihat aku yang masih sedih pun langsung
mengajakku pergi ke toko hewan peliharaan.
“kita beli hewan peliharaan lagi ya. Dita masih maukan memiliki hewan
peliharaan? Disana ada banyak jenis hewan yang bisa Dita pilih.” Kata ayah.
Aku hanya tersenyum dan langsung mengikuti ayah naik ke mobil.
Sesampainya di toko hewan peliharaan, aku mulai memilih-milih hewan yang akan
aku jadikan hewan peliharaanku sebagau pengganti Pucan. Ada kelinci, ikan, hamster, kucing, dan masih
banyak hewan lainnya yang dapat dipelihara. Aku memilih ikan. Karena ikan tidak
akan tertabrak mobil karena ia tidak bisa jalan-jalan. Jika ikan itu mati, itu
mungkin karena ia sakit. Semua hewan akan mati. Begitu juga dengan manusia. Aku
tidak ingin hewan peliharaaku mati mengenaskan seperti tadi siang.
“Bagaimana Dita? Kamu ingin hewan apa? Apakah anjing lagi?” Tanya ayah.
“Aku ingin ikan itu, Yah. Aku ingin hewan peliharaanku diam di rumah
tanpa harus ditabrak mobil karena lari-lari seperti Pucan. Ikan tidak bisa
berlari. Ia hanya bisa berenang.” Kataku.
Ayah dan pelayan toko tertawa mendengar perkataanku. “Kamu benar Dita.
Kita beli ikan ini. Dita jangan sedih lagi ya.” Hibur ayah.
Setelah membeli ikan, kami langsung pulang ke rumah. Tak lupa kami juga
membeli makanan dan akuarium kecil untuk ikanku.
Ikan itu ku beri nama Dodot. Tak tau mengapa aku suka nama itu. Nama yang
lucu untuk seekor ikan mas koki yang mungil ini. Dodot ku rawat dengan baik.
Aku selau mengganti air di akuariumnya dengan air yang bersih dua hari sekali
dan selalu memberinya makan tepat waktu. Aku membelikan hiasan untuk
akuariumnya yang kecil itu. Mainan putri duyung dan kincir air menemani Dodot
dalam kesendiriannya di akuarium mini miliknya.
Setiap hari aku mengamati pertumbuhan Dodot. Ia ikan yang lincah.
Seringkali aku sedih mengingat kejadian yang menimpa Pucan. Namun, aku dapat
tersenyum kembali melihat Dodot dengan lincah bermain di akuariumnya. Pernah di
suatu siang, Dodot hampir dimakan seekor kucing. Namun, aku yang melihatnya
segera mengusir kucing itu dan langsung memindahkan Dodot ke tempat yang lebih
tinggi.
Aku sangat menjaga Dodot. Waktu itu aku sempat berpikir untuk menaruh
Dodot didalam kolam dibelakang rumah. Namun, aku takut Dodot dimakan kucing
atau mati kedinginan. Aku lebih suka Dodot berada didalam akuarium karena Dodot
terlihat lebih indah. Ayah dan ibu juga perhatian pada Dodot. Aku sangat
menyayangi Dodot. Kata ayah, jika kita ingin memelihara hewan kita harus
menyayanginya dan memeliharanya dengan baik.
Aku berjanji akan selalu menjaga Dodot dan merawatnya dengan baik.
Pucik
Oleh : Dwi Kartina (06101413047)
Namaku Dwi, aku terlahir bungsu dari dua bersaudara,di rumahku ibu sangat
suka memelihara kucing, dan di rumahku kami mempunyai seekor kucing lucu yang
diberi nama Pucik.Pucik merupakan kucing liar yang di buang oleh majikannya
tepat di depan rumahku. Karena Pucik merupakan kucing yang aktif, maka kakakku sanga
tmenyukainya dan memutuskan untuk memelihara Pucik sebagai hewan peliharaanku. Pucik
mempunyai warna hitam dan putih di badannya, Tetapi yang membedakan Pucik dengan
hewan lainnya adalah warna bulunya yang putih di setiap kakinya, sehingga membuat
Pucik terlihat lebih cantik.
Selain Pucik adalagiseekorkucing yang dibuang oleh majikannya di depan rumahku,
kucingnya berwarna hitam pekat dan mempunyai sifat pemalas. Kucing yang satu ini
selalu tidur dan tidur setiap waktu. Sangat berbeda sekali dengan Pucik yang
hiperaktif dan selalu membuat keluargaku gemas dan senang.
Nama Pucik merupakan singkatan dari “push kecil“ nama yang aku berikan kepadanya
dan ternyata keluargaku setuju dengan nama itu Pucik kami pelihara dari umur ± 2 bulan, tubuhnya saja masih rentan dengan benda-benda
aneh. Dari kecil Pucik sudah terbiasa makan nasi, kata Ibuku kucing jangan diberi
makan ikan terus menerus, nanti akan kebiasaan sampai besar. Pucik sangat suka memainkan
telapak meja hingga terjatuh dan jika Kami perbaiki, maka Pucik akan mengulangi
perbuatan yang sama.
Selain telapak meja, Pucik juga senang berlari-lari mengejar benda yang
bergerak, seperti tali dan hordeng. Padahal kedua benda itu bergerak karena tertiup angin yang sedang bertiup.
Halini yang membuat keluargaku senang terhadap Pucik termasuk Ayahku, padahal selama
ini Ayah tidak menyukai kucing. Karena menurutnya kucing sering mencurikan yang
terletak di atas meja makan, tetapi Pucik tidak suka mencuri seperti kucing-kucing
yang lainnya. Ia hanya meng’eong jika lapar.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, dan Pucik pun sudah tumbuh
besar menjadi kucing yang besar seperti kucing-kucing yang
lain.Padasaatituakudankeluargkupindahrumah, iamasihtidurdirumahlamaku,
danpadasaatnyarumahku yang lama dibongkardan rata
dengantanah,tetapiPucikmasihsajatidur di rumahku yang rata dengantanah.Iatidur
di dekatkandangayam yang
terletakdisampingrumahku,akudankakakkusudahberusahauntukmembujukPucik agar
maupindahkerumah kami yang baru, danbeberapaharikemudianPucikmaupindahkerumah
kami, akusangatsnangbegitujugadengankakakku.
SetelahduabulanPucikpindah,ternyataPucikhamil.Perutnyaterlihatlebihbesardaribiasanya.KakakkumenyatkanPuciksebentarlagiakanmelahirkan,
karenaperutnyasudahterlihatsemakinmembesar,
akupuntelahmenyiapkansebuahkardusuntukPucikmelahirkan,
tetapipadakenyataannyaPuciktidakmelahirkan di rumahku, iamelahirkan di
rumahtetangga yang
tidakjauhdarirumahku.AkubingungkarenaPuciktidakpulang-pulangkerumah.
BeberapaharikemudianPucikpulangkerumahsambilmeng’eong-ngeong, yang
berartiperutnyasedabgkelaparandanceapt-cepatkumengambilkannyanasidanikan goring
kesukaannya.DenganlahapPucikmemakanmakanannyaitibersuara “ngeong-ngeong”,
akusangatsenangkarenaakutahukalauitusifatPucikdarikecil.Pucikselalumeng’eongpadasaatiamakan.Dansetelahiaselesaimakan,
Pucikkembalilagiketempatiamelahirkananaknya.Laluiamembawaduaekoranakkucingkembarkerumah.Akusangatgemasdengankeduaanakkucingtersebut.KakakkumengatakanjikaanakPucikkembar,
yang satubetinadan yang
satunyalagijantan.Puciksangatmenyayangikeduaanaknyasamasepertimanusia.SetiapmalamPucikselalutidurbersamaku.
Tetangga di depanrumahkumengatakanjikaakutidakbolehtidurbersamakucing,
karenaakanterkenapenyakitsitoplasma.Akujugatelahmengetahuijikamanusiatidakbolehtidurbersamakucing,
karenabulukucingmudahrontok, danjikakitatermakanatautercium,
makakitaakanterkenapenyakitsitolasma.Tetapiwalauakutelahmengetahuibahayanypenyakittersebut,
akumasihsajatidurdenganPucikdananaknya.
SuatuhariPuciktidurdenganEni, Eniadalahkakakperempuankusatu-satunya,
dantanpasengaja kaki EnimenimpaanakPucik yang jantan.SejakkejadianituanakPucik
yang jantantidak bias
berjalandanduaminggukemudiananakPucikmati.Akusangatsedihpadasaatkematiannya da
padasaatituakubelumsempatmemberinyanama.
KarenaanakPuciktinggalsatu, makaakumemberinyanama “Moci” yang berarti “
momongankecil”,MocijugasangataktifsepertiibunyadanMoci pun mempunyai cirri
khassamasepertiIbunyayaitusemuakakainyamempunyaibuliputihdanbersihsertaterdapattandalahir
di lehernya yang
menyerupaitandasegitigaseertikalung.TapiMocitidakberwarnahitamsepertiPucik,Mocimempunyaiwarnaputihbercampurabu-abukehitaman.Mocibanyakdisenangidengananak-anak
yang tinggal di dekatrumahku.Merekamerasa germ jikabermaindenganMoci.
PadasuatuhariMocibuang air kecildiatas sofa danAku yang
selalumembersihkansofanyasetiapharI,
dantib-tibaBapakkumengetahuihalitudankeluargakumemutuskanuntukmembuangPucikdanMoci.PadamalamharinyaakumembawPucikdanMocike
PT.SIG, yaitu PT kayu yang berada di
dekatrumahku.TanpaakusadariakusangatkangensekaliterhadapMocidanPucik,
berminggu-minggumerekatidakpulangkerumah.
Padasuatumalam, sekitapukul 12 malam, akumendengarsuarakucing
meng’eong-ngeong di depan pintu rumahku.Tetapi aku mengira itu hanyalah kucinng
liar lainnya.Dan pada malam itu Ibuku bangun untuk melihat keadaan di depan
rumahku.Ibuku sangat terkejut ketika melihat Pucik berada di depan rumah, Ibu
lalu memeluk Pucik dan mengatakan “kemana anakmu?” Pucik pun hanya bisa
menjawab dengan meng’eong saja, kemudian Ibuku langsung memberinya makan.
Aku bingung mengapa Pucik terpisah dengan Moci, padahal aku membuang
mereka bersama-sama di tempat yang sama.Tetapi beberapa hari kemudian, aku
sedang bermain-main di dekat PT.SIG, aku melihat seekor kucing kecil yang sama
seperti Moci.Aku melihat ada tanda segitiga di lehernya, dan tanpa ragu lagi
aku memanggilnya “Moci......Moci....Moci....” dan Moci pun mendekat kepadaku,
dan aku pun langsung memeluknya.
Pada saat itu aku langsung membawa Moci pulang ke rumah, dan
mempertemukannya dengan Pucik, Pucik pun langsung mendekati Moci sambil
menjilat-jilati badan Moci, yang berarti tanda kasih sayang seorang Ibu kepada
anaknya versi kucing.Saat ini Pucik dan Moci kami putuskan untuk tinggal dengan
orang lain, karena Moci telah melahirkan tiga anak kucing.
Hamster Paris untuk Deris
Oleh : Selly Ochtalita Fulantih
(06101413048)
Mentari belum menampakkan wajahnya, tapi kamar Deris seorang gadis mungil
sudah berhasil membuat se isi rumah menatapnaya , entah apa yang anak itu
perbuat.
“Deris…. “ mama deris berteriak kaget melihat kamar anaknya penuh dengan
barang ringsokan, bantal berserakan kesana-sini tetapi mama deris tidak melihat
deris di kamar itu, mama desis hanya menemukan sederet kain yang terikat di
sela jendela kamar anaknya.
“ haduh… apa lagi yang di buat anak ini” gerutu mama deris sembari
mencari anaknya.
Karena penasaran Papa deris pun menghampiri
mama deris sembari bertanya.
“ada apa ma? Mana deris waktunya sholat subuh nih….”
tanya papa deris
Papa deris pun terkejut melihat keadaan kamar deris
yang sangat berantakan, hujan pun turun, , semua cemas mencari di mana deris
dan memikirkan apa yang sedang di perbuat anak itu, seiring bunyi hujan,
terdengar suara kucing di bawah jendela kamar deris tapi tidak seorang pun
menghiraukan kucing-kucing itu.
Papa dan mama deris pun tak menghiraukan hujan yang
kini telah membasahi tubuh mereka, mereka pun mencari deris kemana saja , papa
dan mama deris pun mulai bingung mau mencari ke mana.
“ deris….. di mana kamu…” teriak teriak mama deris
dengan tetesan airmata.
Bik ima seorang pembantunya tampa sengaja menoleh pada
sekumpulan ayam, dari sekumpulan ayam terlihat anak kecil yang sedang
kedinginan.
“ ya Allah………” dengan nada kaget bik ima berhasil
membuat semua terdiam
“ ada apa bik? “ Tanya mama dan papa deris serentak.
Semua mata lau tertuju pada pandangan yung membuat bik
ima kaget tanpa piker panjang mereka mereka pun berlari menghampiri sekumpulan
ayam yang sedang berteduh di bawah sebuah atap rumah yang entah di mana
penghuninya.
“ ya ampun sedang apa dia di sini? “ ucap papa bima
Papa dan mama
bima tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, deris tertidur lelap diantara
sekumpulan ayam yang sedang berteduh, mereka tidak lagi menghiraukan hujan yang
sangat deras, papa deris pun menggendong deris ke dalam mobil dan pulang ke
rumah.
Akhirnya mereka tiba lagi ke rumah dengan perasaan
lega, deris pun di baringkan di kamarnya, tangan halus mama deris pun membelai
lembut ke kepala anaknya itu.
Dua jam berlalu deris pun turun dari kamarnya.
“papa, mama, laper,,,,” suara lembut itu membuat mama
dan papa deris menoleh ke arahnya, dan mama deris pun langsung berdiri sembari
mengambilkan sepotong roti lalu memberikanya kepada deris.
“Ma, ayam-ayamnya lucu sekali, boleh tidak aku
membawanya pulang” deris langsung berbicara padahal mulutnya masih penuh dengan
roti.
Desis terus saja memohon agar orang tuanya mau mengabulkan
permintaanya.
“deris memelihara ayam itu tidalk mudah, deris kan
harus belajar, tidaka ada waktu untuk merawatnya” jelas mama deris
Deris pun tertunduk kecewa mendengar mendengar
permintaanya tidak dikabulkan.
“mama, deris akan berjanji akan lebih giat lagi
belajarnya” deris terus saja memohon sembari menundukkan kepalanya.
“kenapa tadi pagi keluar lewat jendela dan kenapa kamar
mu berantakan, deris,” Tanya mama deris dengan wajah penasaran
Sambil tertawa malu-malu deris pun menjawabnya
“ mama, tadi ada ayam masuk kamar deris, kamar deris
jadi berantakan deh,,,” jawab deris dengan malu-malu
Mama deris pun hanya bisa tertawa mendengar cerita
anaknya, sudah satu minggu ini kamar deris selalu berantakan ternyata deris
bermain bersama ayam-ayam tetangganya itu.
Sore hari yang
setenang mentari papa bima pamit untuk pergi tugas ke prancis.
“papa, jangan lupa bawa oleh-oleh ya,,,” pinya deris
dengan senyum lebarnya
Tidak terasa sudah dua minggu papa deris di prancis,
tetapi kebiasaan deris bermain dengan ayamnya masih berlanjut, seperti biasa
pagi ini deris sudah menghilang dari kamarnya, pagi itu papa deris sudah tiba
di rumahnya dan mencari anak
kesayanganya itu.
“mana deris ma…” Tanya papa deris sembari duduk di
kursi ruang tamu.
“ biasa pa, deris sedang bermain dengan teman-teman
barunya, sebentar lagi juga pulang” jawab mama deris sembari terus tersenyum.
Tidak lama kemudian deris pun masuk rumah.
“papa….” Teriak deris dan langsung berlari menuju
papanya lalu memeluknya, deris pun langsung menagih oleh-oleh dari papanya,
deris berharap papanya akan membawakan
oleh-oleh yang istimewa .
“coba kamu lihat apa yang ayah bawa di dalam koper
itu..”
Deris pun langsung menoleh dan melihat koper itu deris
pun langsung membuka kopernya, deris
menemukan baju-baju baru berukuran badanya, deris pun kegirangan melihat
baju-baju baru untuk dirinya itu.
Malam pun tiba, deris tertidur dengan nyenyaknya,
sampai-sampai deris terbangun kesiangan, gadis mungil itupun kaget saat
terbangun dia menemukan sepasang Hamster sedang bermain di sebuah rumah-rumahan
kecil, deris pun berteriak melihat semua itu ada di atas meja belajarnya.
“ wow… lucu sekali, papa, mama,,,,,” teriak deris,
sehingga membuat papa dan mama deris berlari menuju kamarnya.
“deris senang…’ Tanya papanya sembari melangkah menuju
deris
“papa, lucu sekali, deris suka, makasih papa, deris
saying papa…’ deris pun langsung memeluk papanya.
Semenjak itu kebiasaan baru deris pun menghilang, dia
lebih semangat belajar, setiap pulang sekolah deris pun selaluu bermain dengan
Hamster lucu pemberian ayahnya dari perancis.
Anak Pipit, Kera, dan Kura-kura
Oleh : Tria
ismiarti (06101413049)
Suatu hari ada seekor kera yang tinggal sendiri di
atas pohon di dekat sebuah tepian. Kera itu ditinggalkan kawan-kawannya karena
ia
sombong dan
mementingkan diri sendiri. Dia menganggap pohon tempat tinggalnya itu miliknya
sehingga kera-kera lain tidak diizinkan tinggal di sana. Tepian mandi itu pun
dianggap miliknya.
Ada seekor itik yang selalu pergi ke tepian itu.
Dia senang mandi sepuas-puasnya di tepian itu setelah selesai mencari makan dan
kenyang perutnya.Pada mulanya, kera membiarkan itik itu mandi di tepian. Akan
tetapi, ketika dia melihat air di tepian menjadi keruh setiap itik itu selesai
dia pun marah.
“Cis tak tahu malu, mandi di tepian orang lain!”
maki kera kepada itik yang baru saja selesai mandi. “Bercerminlah dirimu yang
buruk rupa itu! Patukmu seperti sudu (paruh yang lebar). Matamu sipit seperti
pampijit (kutu busuk)! Sayapmu lebar seperti kajang sebidang (selembar atap
dari dawn nipah)! Jari-jarimu berselaput jadi satu! Enyahlah kau, itik jelek!”
Itik malu dan sakit hati dicemooh seperti itu.
Ingin sekali dia menantang kera untuk berkelahi. Akan tetapi, dia takut
dikalahkan kera besar itu. Dia pun menangis sepanjang jalan menumpahkan
kekesalan dan kejengkelannya.Seekor induk pipit yang sedang memberi makan
kepada anak-anaknya terkejut. Dia melongokkan kepala dari sarangnya yang tinggi
di atas pohon.
“Hai itik yang baik, mengapa engkau menangis
sepanjang jalan? Beri tahu kepadaku apa sebabnya. Mungkin aku dapat
menolongmu!”
“Kera besar di atas pohon di tepian itu menghinaku!” jawab itik. “Aku malu
sekali! Itu sebabnya aku menangis!” Itik itu menangis kembali seperti tadi.
“Ooo begitu! Apa saja yang dikatakannya?”
Itik menceritakan kembali semua caci maki yang
diucapkan kera. Mendengar penjelasan itik, induk pipit segera berkata,
“Berhentilah menangis, itik yang baik! Besok kembalilah ke sana dan mandilah
sepuasmu!”
“Aku takut! Aku malu dimaki kera itu lagi!” “Jangan takut, itik yang baik! Kalau
kera itu memakimu, balaslah! Sebutlah segala keburukannya!” Induk_pipit pun
mengajari itik membalas cemoohan kera.
“Terima
kasih, induk pipit yang baik! Besok aku
akan mandi lagi ke tepian dan nasihatmu akan kuturuti!” Dengan perasaan tenang,
itik kembali ke rumah. Kekesalannya agak terhibur dengan nasihat induk pipit.
“Esok, tahu rasa kau, hai kera yang sombong!” katanya dalam
hati sambil tersenyum seorang diri.
Keesokan harinya, itik itu mandi sepuas-puasnya di
tepian seperti biasa. Bukan main marahnya kera menyaksikan itik mengeruhkan air
di tepian itu lagi.
“Hei, berhenti! Apakah engkau tetap tak punya rasa malu?” jeritnya dari atas
dahan. Itik pura-pura tidak
mendengar jeritan itu. Dia terus mandi dan mengepak-ngepakkan sayapnya. Setelah
puas, barulah dia naik ke tebing dan slap pulang ke rumah.
Seperti kemarin, kera kembali mencaci maki
sepuas-puasnya. Dengan tenang itik mendengarkan. Setelah kera puas
mengungkapkan keburukan dan kejelekannya, itik pun membalas, “Apakah engkau
merasa cantik? Berkacalah di muka air di tepian itu! Tubuhmu ditumbuhi
bulu-bulu kasar! Kepalamu seperti buah tandui (sejenis kuini/mempelam yang tumbuh
di
hutan) dilumu
(dimasukkan ke mulut sambil diambil sarinya hingga tersisa biji dan ampasnya).
Telapak tanganmu hitam kotor! Kuku-kukumu ….”
Belum selesai itik membalas caciannya, kera itu
segera memotong, “Lancang sekali mulutmu! Tentu ada binatang lain yang memberi
tahu kepada kamu!”
“Tentu saja, hai kera angkuh! Tidak jauh dari sini
seekor induk pipit membuat sarang. Dialah yang mengajariku!”
“Kurang ajar! Aku akan datang ke sarangnya!”
Itik bergegas pulang ke Tumahnya. Dia memberitahu
induk pipit tentang niat busuk kera sombong itu. “Alangkah bodohnya engkau!”
kata induk pipit dengan kesai. “Seharusnya tidak kau sebutkan siapa yang
mengajarimu! Rupamu bukan hanya jelek, tetapi engkau pun tolol!”
Belum sempat induk pipit bersiap-siap mengungsi,
kera sudah mendatangi sarangnya dan langsung menerkamnya. Akan tetapi, dengan
sigap induk pipit itu terbang. Sayang, anak pipit tidak sempat dibawa untuk
menyelamatkan diri.
Dengan kejengkelan luar biasa kera memasukkan anak
pipit itu ke dalam mulutnya. Sarang pipit diacak-acaknya. Kemudian, dia duduk
di atas pohon itu menanti induk pipit kembali ke sarang untuk menjemput
anaknya. Pada saat itulah, induk pipit akan diterkamnya.
Anak pipit sedih berada dalam kegelapan karena kera
selalu mengatupkan mulutnya. Kera takut anak pipit itu terbang. Dalam keadaan
itu, anak pipit mengeluh seorang diri. Setiap keluhannya dijawab kera dengan
gumaman.
“Apakah Ibuku sudah datang?”
“Mmm-mmm …!”
“Apakah Ibuku sudah mandi?”
“Mmrn-mmm …!”
“Apakah Bapak dan Ibu sudah tidur?”
“Ha-ha-ha-ha-ha …!”
Kera tidak dapat menahan geli. Dia tertawa mengakak
hingga mulutnya terbuka lebar. Anak pipit tidak melewatkan kesempatan
baik itu. Dia terbang mencari induknya.“Kurang ajar!” kera menyumpah
sejadi-jadinya.
Dia merasa tertipu. Apalagi anak pipit itu
meninggalkan sesuatu di dalam mulutnya. Di daun lidahnya ada kotoran anak
pipit. Kera benar-benar merasa kalah. Bukan saja karena ditinggalkan
anak-beranak itu, melainkan karena mendapat kotoran anak pipit.
Kera marah bukan main. Akal sehatnya hilang. Dia
mencari sembilu yang tajam dan kotoran anak pipit itu bukan dikaisnya dengan
sembilu, melainkan lidahnya yang dipotong. Darah pun tak henti-hentinya
mengalir dari Iidahnya. Dia menggelepar-gelepar kesakitan, lalu jatuh dari
dahan dan mati seketika. Tamatlah riwayat kera besar yang sombong itu, pipit
telah merasa bangga karena sudah mengalahkan kera yang angkuh itu hingga mati di
tempat.
“Rasakan mangkanya
jangan jadi orang sombong!” celetuk anak pipit sambil menghampiri anak-anaknya
yang jatuh kesakitan. Pipit merasa paling hebat karena sudah mengalahkan kera
yang sombong itu, setelah kejadian itu dia merasa paling berkuasa sendiri
seperti kera yang angkuh dulu.
Pada suatu sore
pipit sedang berada disangkarnya ada seekor kura-kura yang sedang berjalan
menuju tempat pemandian itu tapi pipit melarangnya setiap ia mandii airnya
menjadi kotor. “Hei kura-kura yang lamban!” pekik seorang pipit lantang pada
kura-kura.
Kura-kura
terkejut waktu mendengar jeritan pipit tapi kura-kura tetap mandi dan tidak
mendengarkan jeritan pipit setelah itu pipit memanggil kura-kura lagi tetapi
kura-kura tetep saja tidak perduli. Keesokan paginya kura-kura kembali lagi
kesana seperti biasa .tetapi pipit sudah menunggu ditepi sungai tempat
pemandian itu dan pipit berkata jika kau mandi disini lagi kau harus berani
menerima tantangan dariku” kura-kura bertanya “memang apa tantangan mu untuk ku
?” lalu pipit berkata lagi lagi dengan tegas “tantangan dariku mudah , kita adu
lomba lari saja bagaimana ?” ucap si pipit lalu kura-kura berkata “tentu saja
aku tidak bisa karena lari ku lambat ucap kura-kura sedih pipit pun enjawab ia
terserah kalau kamu mau mandi disungai ini lagi kamu harus terima tantangan kuu
kalo kau tidak terima tantangan dariku kau tidak bole mandi disungai ini lagi’”
lalu kura-kura pun berpikir sejenak setelah agak lama ia berfikir lalu
kura-kura menjawab “ ia saya akan terima tantangan darimu kalah atau menangnya
saya akan terima itu . pipitpun menjawab lagi besok sore aku akan menunggumu di
disini .
Sepanjang
perjalanan kura-kura pun berfikir bagaimana ia bisa mengalahkan pipit sedangkan
saya berjalan saja lambat. Kura-kurapun mendapatkan ide disepanjang perjalanan
arena kurakura meletakkan padi gunanya untuk membuat pipit menjadi kalah.
Keesokan sore
harinya pipit sudah menunggu kura-kura untuk bertanding , setelah agak lama
pipit menunggu kura-kurapun akhirnya datang dengan santai seakan akan ia tidak
takut dengan tantangan diberi oleh pipit. “Akhirnya kamu datang juga kesini,
sudah siap menerima tantangan darri ku?” sindir pipit seola” meremehkan
kura-kura, tetapi kurakura hanya diam mendengar celotehan pipit
Pertandingan pun
dimulai, disana sudah ada pipit kura-kura dan itik , itik pun memulai
pertandingan lomba lari itu dengan cepat pipit pun berlari untuk mengalahkan
kura-kura tetapi kura-kura tetap santai disepanjang perjalanan anak pipit
memakan amburan yg diberikan kura-kura dan dia mulai mengantuk dia tetidur
lelap sedangkan kura-kura menyusulnya tidak lama kemudian kura-kura akhirnya
pun sampai duluan kestart kura-kura berhasil mengalahkan anak pipit.
Anak pipit
terbangun dan tersadar bahwa dia sedang mengadakan lomba akhirnya dian dengan
semangat berlari disepanjang perjalanan dia mengakatan sambil tertawa “Aku
pasti menang.“ Tapi ternyata sesampainya dia kegaris start kura-kura sudah
sampai duluan .
Anak Pipit tidak
terima kekalahannya, dia mengamuk kepada kura-kura . Kura-kura tidak terima,
dia terus mencengkram anak pipit disekitar badannya penuh darah menetes dan
tidak lama itu akhirnya dia meninggal menyusul kera yang angkuh dan sombong itu.
Ririn Si Anak Gembala
Oleh : Lia Putri Asnita (06101413051)
Ririn adalah seorang anak berusia 8 tahun, yang bersekolah di SD Negeri 1
Sungai Rotan. Sekarang ia duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Ririn adalah
anak yang yang murah senyum dan senang bergaul dengan siapa saja. Ririn tinggal
di Desa Sungai Rotan bersama ayah, ibu dan kedua kakaknya. Ririn sangat
menyukai binatang . Ririn memiliki banyak hewan piaraan. Hewan piaraannya
berupa hewan ternak, Karena ayahnya yang juga seorang peternak. Ririn menjadi
anak gembala. Diantara banyak hewan ternaknya. Ada seekor hewan yang sangat
disayanginya. Ia bersahabat dengan sapi berkulit putih. Sapi itu ia beri nama
Momo, si Momo adalah sapi betina.Momo telah Ririn rawat sejak Momo berusia 1
tahun. Hari-harinya ia habiskan untuk bermain bersama hewan-hewan ternaknya.
Sore itu, Ririn membawa Momo ke padang rumput di dekat sungai lematang.
Dalam perjalanan ke padang rumput, Ririn bersenda gurau dengan Momo. Setibanya
di padang rumput Ririn membiarkan Momo untuk memakan rumput sepuasnya. Sambil
menemani Momo makan rumput, Ririn bersenandung lagu Anak gembala yang
dipopulerkan oleh Tasya.
Aku adalah anak gembala.
Selalu riang serta gembira
Karena aku rajin bekerja
Tak pernah malas ataupun lelah
Lalalalalalala....Lalalalalalalalala.....
Setiap hari ku bawa ternak kepadang rumput di kaki bukit
Rumputnya hijau subur dan banyak
Ternakku makan tak pernah sedikit
Lalalalalalala....Lalalalalalalalala.....
Saat asyik bersenandung dan bermain-main bersam Momo. Tiba-tiba langit
yang tadinya cerah berubah menjadi mendung, suasana berubah menjadi senyap.
Sore itu akan turun hujan, Ririn mengajak Momo untuk pulang kerumah.
Diperjalanan pulang, hujan turun dengan sangat deras karena jarak padang rumput
dengan rumah Ririn cukup jauh kemudian Ririn mengajak Momo berteduh dibawah
rumah Rifan. Karena telah kehujanan badan Ririn basah kuyup. Ririn dan Momo
kedinginan “Mooo...MoooMooo” suara Momoi yang cukup keras terdengar oleh Ibu
Marni, Ibunya Rifan. Ibu Marni melihat keluar jendela dan melihat Ririn yang
kedinginan dengan wajah pucatvpasih. Ibu Marni mendekati Ririn dan Momo, Ibu
marni mengajak Ririn masuk kerumah dan membuatkan Ririn teh panas.
Sejam kemudian hujan akhirnya redah. Menjelang maghrib Ririn bersama Momo
pamit pulang, Bu marni dan Rifan mengantar sampai ke depan pintu. Ririn dan Momo
pulang dengan langkah gontai. Sesampainya di rumah, Ibu dan Ayah menyambut
Ririn dengan senyuman. Ibu menyuruh Ririn lekas mandi dan saat adzan
berkumandang, mereka sekeluargapun sholat berjamaah. Hari itu hari yang sangat
melelahkan bagi Ririn dan Momo, namun dirinya merasa senang dengan
petualangannya hari itu. Hari-hari Ririn terasa begitu bermakna, sejak Momo
hadir dalam hidupnya.
Keesokan harinya selepas dari petualangannya saat Ririn dan Ayah membuka
kandang. Momo terlihat begitu lemas. Momo hanya terbaring sambil mengemo denga
n nada pelan. Ririn merasa ada yang aneh dengan Momo, Ayah ririn pun merasa
demikian, Ririn menyuruh ayahnya agar memeriksakan Momo ke dokterhewan. Namun, sayangnya tidak
ada dokterhewan di daerah sungai rotan. Jika ada dokter hewan, merekapun harus
menjemput dokter ke kota.
Semakin hari kondisi Momo semakin parah, Ririn sangatsedih, sahabatnya
sakit. Ririn berusaha membuat Momo kembali sehat seperti semula. Ririn
memberikan rumput yang banyak, namun tidak ada
sepotong rumputpun yang dimakan Momo. Ayah juga telah memberi Momo,
vaksin hewan. Namun taka da perubahan. Ririn takut Momo mati, Ririn menjadi
murung. Nafsu makannya pun hilang. Ibu kesusahan membujuknya makan.
Sesuap nasipun tak ia makan. Ibu dan Ayah membulatkan tekad membawa Momo
ke pusat pembiakan sapi di kota, karena disana Momo akan mendapat perawatan
oleh Dokter hewan. Mendengar rencana Ayah dan Ibunya, Ririn mulai bisa
tersenyum kembali, keoptimisan Ririn akan kesembuahan Momo sangat luar biasa.
Setelah dibawa ke dokter hewan, Momo akhirnya bisa sehat kembali. Ririn
berjanji kepada Momo, dia tidak akan membawa Momo bermain, jika hari akan
hujan. Ayah dan Ibu hanya tersenyum mendengar janji Ririn kepada Momo. Meskipun
usia Ririn yang masih 8 tahun, namun jika jiwa penggembala yang di wariskan
oleh ayahnya sangat kuat, nalurinya terhadap hewanpun sangat tajam. Keesokan
harinya, Ayah Ririn membawa Momo ke kota. Ririnpun ikut bersama Ayahnya dan
Momo ke kota.
Setelah kurang lebih 2 jam, merekapun tiba di pusat pembiakan hewan
ternak seperti sapi. Setelah diperiksa oleh dokter hewan ternyata Momo hanya
demam biasa, dan diberi injeksi atau suntikian dari dokter hewan. Ririn yang baru pertama kali
mengunjungi kota, yang menjadi ibu kota provinsi SUMSEL. Sangat terkagum-kagum
melihat gedungg-gedung, jembatan, taman yang sangat Inadah dan megah. Ririn
meminta kepada Ayahnya, agar setiap bulan Ririn ingin mengunjungio kota
metropolitan tersebut. Ayahnyapun menyetujui permintaan Ririn tersebut. Setelah
sampai dirumahnya, Ririn langsung membukakan kandang dan menggiring Momo ke
kandang. Ririn sangat bahagia sekali karena hari itu adalah hari yang sangat
menyenangkan dan tak terlupakan, karena Momo telah sehat sepperti sedia kala
dan juga ia bisa melihat indahnya kota besar.
Keesokan paginya, Ririn diantar Ayahnya pergi kesekolah, Ririn
menceritakan pengalamannya pada teman dekatnya Rifan. Mendengar cerita Ririn
yang sangat menyenangkan Rifanpun ingin pergi kekota Palembang. Kota yang
disebut-sebut Ririn sebagai Kota yang megah, indah, bersih, dan sehat. Ririnpun
mengatakan pada Rifan bahwa Ayahnya telah berjanji agar mengajaknya setiap
bulan ke kota Palembang. Rifanpun meminta Ririn agar mengajaknya pergi bersam
ke kota Palembang.
Ayah Ririn selalu menepati janjinya,
setiap bulan Ayahnya mengajak Ririn kekota bersam Rifan. Sekarang Momo sudah
berusia 7 tahun 2 bulan, dan bulan depan sudah memasuki lebaran haji/qurban.
Panitia qurban telah datangt kerumah warga-warga untuk mendata siapa asaja yang
ingin berqurban pada tahun ini. Ayah dan Ibu Ririn menceritakan hal itu klepada
Ririn, Mereka akan mengqurbankan Momo. Mendengar hal itu, Ririn amat terkejut
lalu ia langsung berlari ke kamar, dan langsung menangis. Ayah dan Ibunyapun
menyusun Ririn ke kamar. Ririn bertanya kepada orangtuanya “Kenapa harus Momo
Ayah?!, kenapa tidak hewan yang lain saja?”
Ayahnyapun tertawa kecil dan menjawab apertanyaan anak semata wayangnya
itu. “ Ririn, sapi-sapi yang klain kan belum cukup usianya, Nak..! Hewan untuk
qurban itu, syaratnya harus cukup umur seperti Momo.” Dengan tersendat-sendat
Ririn menjawab “ Tidak mau, pokoknya Ririn tidak mau!”. Teriaknya. Ibunyapun
menceritakan suatu kisah tentang nabi yang rela anaknya diQurbankan demi
perintah Allah SWT. Suara tangis Ririnpun langsung mereddah, Iapun meminta
Ibunya untuk menceritakan kisah itu. Ririnpun berbaring di tempat tidurnya dan
Ibunya bercerita dengan mengelus-elus kepala Ririn. Setelah mendengar cerita
Ibu, Riri merelakan Momo untuk diqurbankan.
Hari Idul Adha tiba selepas sholat Id. Semua warga berkumpul di lapangan
untuk menyaksikan penyembelihan hewan qurban. Ririn bersama keluarga menghadiri
penyembelihan hewan tersebut. Saat Momo disembelih, Ririn menangis haru karena
harus meralakan hewan kesayangannya itu. Namun diakhirat kelak Ririn dapat
berjumpa dengan Momo. Sejak hari itu, Ririn menjadi anak yang dewasa dan lebih
tegar menghadapi masalah.
\
Geso yang Setia
Oleh : Theresia
Damayanti (06101413152)
Seorang anak laki-laki berumur tujuh
tahun, tinggal bersama ibu di Desa Kuta. Namanya Rendi. Dia hanya ditemani seekor anjing
kesayangannya, Geso. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu sehingga
kemanapun pergi Geso selalu mengantar.
Setiap hari Rendi berangkat pergi ke sekolah selalu menggunakan kereta api.. Geso pun setiap hari setia menemani Akira sampai
stasiun. Di stasiun Shibu ini Geso
dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang anak
kembali. Dan ketika Akira kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu
mendapati Geso sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang
dilakukan Geso tanpa pernah bosan.
Musim dingin di desa tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara
yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga kebanyakan enggan ke
luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat perapian yang hangat.
Pagi itu, seperti biasa sang anak berangkat ke sekolah. Dia seorang anak
yang sangat rajin dan pintar. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas
untuk menempuh jarak yang jauh menuju ke sekolahnya tempat ia belajar. Ia yang semakin senja dan
tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal
di rumah. Begitu juga Geso, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak menyurutkan
kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan payung yang
terbuka, Rendi berangkat ke stasun Shibu bersama Geso.
Sekolah Rendi sebenarnya tidak
terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan
kebiasaan Rendi untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari sekolah.
Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang
seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang-orang yang sudah
menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan Rendi segera
berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun
pegawai kereta kenal dengan Rendi dan anjingnya yang setia itu, Geso. Karena
memang sudah sering dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu
bara itu.
Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua orang
sahabat karib, Rendi naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi. Geso memandangi
dari tepian balkon ke arah menghilangnya Rendi
dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,” saya akan menunggu tuan
kembali.”
“Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum
tuan kamu ini pulang!” teriak pegawai kereta setengah berkelakar.
Seakan mengerti
ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,”guukh!”
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta
segera berangkat. Geso pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia
seakan-akan bersiap melepas kepergian Rendi tuannya dengan gonggongan ringan.
Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak
keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit
berjatuhan.
Di sekolah, Rendi selain jadwal belajar, dia juga ada tugas menyelesaikan
keterampilannya . Karena itu begitu selesai belajar di kelas, dia segera
siap-siap memasuki ruang keterampilannya
untuk membuatnya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Rendi yang kebetulah
lewat koridor kampus.
Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang Guru pengajar
yang lain yang melihat Rendi limbung segera memapahnya ke UKS. Berawal dari hal
yang sederhana itu, tiba-tiba sekolah
jadi heboh karena Rendi pingsan.
Dokter yang memeriksanya menyatakan Rendi
menderita penyakit jantung, dan siang itu kambuh. Mereka berusaha menolong
dan menyadarkan kembali Rendi. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Rendi
meninggal dunia.
Segera ibunya Rendi dihubungi. Mereka datang ke sekolah dan memutuskan
membawa jenazah Rendi ke kampung halaman ayahnya, bukan kembali ke rumah Rendi
di Desa Kuta.
Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibu. Tapi Geso tetap
bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Rendi
tuannya sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon Geso
mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba
dengan kesetiaan anjing itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun
tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahannya.
Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Geso masih menunggu di situ.
Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu.
Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap
tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus
kecewa, karena Rendi tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemu
dian , dan berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Geso tetap
menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun
mulai menjadi kurus.
Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Geso dan penasaran kenapa Rendi
tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat
kabar bahwa Rendi telah meninggal dunia,
bahkan telah dimakamkan oleh ibunya.
Mereka pun berusaha memberi tahu Geso bahwa tuannya tak akan pernah
kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing
itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu
tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin
hari tubuhnya semakin kurus kering karena jarang makan.
Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus
menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak yang datang
ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian sempat menitikkan air
matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri seekor anjing yang sedang
meringkuk di dekat pintu masuk menunggu tuannya yang sebenarnya tidak pernah
akan kembali. Mereka yang simpati itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan
selimut agar tidak kedinginan.
Selama 9 tahun lebih, dia muncul di station setiap harinya pada pukul 3
sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu
adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu
pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai
keamanan. Sejenak kemu dian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh
seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu
sudah menjadi mayat. Geso sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun
terbawa sampai mati.
Warga yang mendengar kematian Geso segera berduyun-duyun ke stasiun
Shibu. Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka
ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti
kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.
Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu
mereka kemu dian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibu. Sampai sekarang
taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat untuk membuat janji
bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada kesetiaan seperti yang sudah
dicontohkan oleh Geso saat mereka harus menunggu maupun janji untuk datang.
Akhirnya patung Geso pun dijadikan simbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang
terbawa sampai mati.
Kucing Berbulu Perak dan Keluarga Monyet
Oleh :
Andry Buri (06101413053)
Dahulu kala di suatu tempat di pendalaman hutan yang dalam, hiduplah
seekor monyet bersama keluarganya.Keluarga itu tinggal di sebuah pondok.Pak
Monyet berbadan sangat besar, kemudian Mak Monyet yang berukuran sedang-sedang
saja, sedangkan anak Monyet mereka masih kecil.Anak Monyet yang masih kecil bernama
Uyung.
Masing-masing dari mereka mempunyai tempat tidur yang tentu saja tidak
sama besarnya, sesuai dengan ukuran badan mereka. Ranjang Pak Monyet besar
serta nyaman, ranjang Mak Monyet sedang dan ranjang anak Monyet, Uyung berukuran kecil dan terbuat
dari kayu mahoni.
Sama seperti tempat tidurnya, di dekat perapian, terdapat seubah kursi
ukir besar untuk Pak Monyet, sebuah kursi bulu biru halus untuk Mak Monyet dan
sebuah kursi kecil untuk Si Uyung Monyet.
Di dapur ada tiga mangkuk porselen yang tersusun rapi.Tiga mangkuk itu
berbeda pula ukurannya.Satu mangkuk untuk Pak Monyet, satu untuk Mak Monyet dan
satu untuk Uyung Monyet.
Pak Monyet sangat dihormati oleh para tetangga. Pak monyet itu sangat
peduli dengan tetangga lain, terhadap lingkungan sekitar, dan juga aktif dalam
kegiatan gotong royong. Setiap kali ia lewat, orang membungkuk penuh hormat.
Mak Monyet mempunyai banyak teman.Ia sering mengunjungi ke tempat para tetangga
dan temannya pada sore hari untuk mengobrol dan tukar-menukar resep kue. Selain
itu Mak monyet juga pandai memijat.. Tidak sama dengan kedua orangnya, Uyung Si
Monyet tidak punya banyak teman. Ia termasuk anak yang nakal, jahil, dan
pembuat onar.
Pada suatu hari, Mak Monyet membuat pudding untuk menu makan pada hari
itu.Mencoba pudding rasa susu cokelat. Sebuah resep dari tetangga Monyet itu,
yang mana pudding itu kesukaan dari Uyung Monyet itu.Setelah Mak Monyet selesai
memasaknya, membaginya ke mangkuk dan meletakkannya di meja makan, Mak Monyet
berkata kepada Pak Monyet: “pudding ini harus didinginkan kira-kira selama satu
jam lagi. Sambil kita menunggu, ayo ayah kita menengok ke rumah Mak Angsa yang
baru menetas. Mereka pasti senang kalau kita datang berkunjung.” Pak Monyet pun
menjawab: “baiklah kita ke sana juga sekarang.Kita ajak juga Uyung ke rumah
Angsa.Coba ibu bangunkan Uyungdan ajak Uyung untuk menjenguk ke rumah Angsa”
Setelah membangunkan Si Uyung dari tempat tidur.dari pembicaraan itu,
berangkatlah mereka bertiga melalui jalan setapak menuju sungai ke rumah Mak
Angsa dengan membawa buah-buahan yang telah di petik di halaman belakang.
Tidak lama sesudah itu.Kucing berbulu perak, teman jauh dari Uyung Monyet
di seberang hutan berkunjung ke rumah Uyung Monyet sekaligus mencari bunga.
Kucing berbulu perak ini sama seperti Uyung Monyet, ia kucing yang galak bahkan
lebih angkuh wataknya hampit sama dengan uyung Monyet. Sudah beberapa kali si
Uyung Monyet mengundang si Kucing itu bermain ke rumahnya, tetapi ia selalu
tidak mau dan menolak dengan keras. Tetapi sekarang ini, dia datang hanya
sekedar melihat halaman rumah dan rumahnya saja dari jauh.
Dia telah melihat rumah si Uyung dari perbukitan yang cukup tinggi. “Uhh,
jelek sekali rumah si Uyung.Berbeda jauh dengan rumah saya.”Kemudian si Kucing
berkata lagi “seperti apa bagian dalam rumahnya, pasti tidak seindah
rumahku!Tetapi, sudah lama saya ingin sekali melihat rumah Uyung Monyet.Dia
ingin sekali berkunjung ke rumahnya.”
Si Kucing pun menghampiri rumah Si Uyung.Kucing melihat di sekitar rumah
Uyung.Sepi dari luar dan tidak ada orang yang lewat di sekitar rumahnya. Tok,
tok, tok! Ia mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban… “Permisi ada orang di
rumah!” serunya sambil mengintip ke balik pintu namun tetap saja tidak ada
jawaban. Lalu ia menyelonong masuk ke rumah Uyung yang kosong itu dan Dia melihat ke ruang
depan rumah kemudian mulai memeriksa dapur.“He, ada pudding!” serunya sambil
mencolek dengan jarinya. “coba dulu ahh… kelihatnya enak juga!” pudding dalam
mangkuk yang paling kecil ia habiskan. Dalam sekejap, semua mangkuk di meja
sudah kosong dan mejanya menjadi kotor.Si Kucing Perak itu terus melihat-lihat.
“ini pasti kursi Pak Monyet besar sekali ayah Uyung ternyata… dan kursi
empuk ini pasti kursi Mak Monyet enak sekali rupanya, dan ini… ini jelas kursi
Uyung yang kecil. Ah, aku mau mencobanya.”Si Kucing Perak menjatuhkan tubuhnya
di kursi yang kecil.Kaki kursi itu patah. Si Kucing jatuh ke belakang, tetapi ia segera berdiri.
Tanpa peduli sedikitpun pada kursi yang ia patahkan itu, ia langsung naik ke
loteng.
Di ruang tidur, Si Kucing segera mengenali tempat tidur Uyung.“Mm,
lumayan juga,” katanya. Tidak seempuk ranjangku, tetapi hampir sama.” Setelah
cukup lama mencoba tempat tidur tadi, Si Kucing Perak mulai mengantuk dan
tidur. “rasanya saya ingin berbaring di sini sebentar saja… hanya mau mencoba.”Dan sebentar saja, Si
Kucing itu sudah tertidur pulas di tempat tidur Uyung Monyet.
Sementara itu, keluarga monyet telah pulang dari rumah Angsa dan sekarang
menuju ke rumah.Ayah Monyet telah melihat dari jauh bahwa pintu rumah terbuka.
“celaka, pasti ada yang masuk rumah kita.” Serunya, Pak Monyet lansung pergi ke
dapur dan dia melihat di dalam rumah telah berantakkan. “ah, tidak salah lagi,
ada yang melahap habis pudding kita,” gerutunya.
Monyet Uyung pun melihat kursi telah di rusak seseorang dan sambil
menangis ke arah orang tuanya.Mereka memeriksa semua barang yang ada di rumah,
tidak ada satupun barang yang hilang.Lalu mereka naik ke loteng dengan
perlahan-lahan.Mungkin saja ada orang di atas loteng dan ternyata benar, ada
seekor kucing berbulu perak yang sedang tertidur pulas di tempat tidur Monyet
Uyung.Betapa heran mereka melihat Kucing berbulu Perak itu tidur di rumah orang
dan malahan memakan makanan pudding di meja makan mereka serta merusak kursi.Monyet
Uyung menyentuh kaki Kucing berbulu perak itu. “Hei Uyung, bangun…”
Si Kucing terbangun dan melihat keluarga Uyung di depannya. “siapa
kalian? Di mana aku?” tanyanya dengan gugup.“apa yang kalian lihat?” Ayah Si
Uyung bingung kenapa Kucing berbalik bertanya pada mereka. “siapa kamu, dan apa
yang kamu lakukan di rumah kami?” Tanya Ayah Uyung. Si Monyet Uyung berkata
kepada Ayahnya bahwa Si Kucing berbulu Perak ini temannya.“Eeh..saya Cuma
datang berkunjung ke rumah Uyung. Waktu itu saya mengetuk pintu tapi tidak
seorangpun di rumah ini. Jadi saya langsung saja masuk ke rumah ini untuk
melihat apakah ada Uyung dan ternyata tidak ada.” Jawab Si Kucing itu dengan
rasa tidak enak. Lalu Ayah Uyung bertanya: “kenapa kamu habiskan semua makanan
di meja makan dan kamu rusak kursi Uyung?” “saya tidak sengaja melihat ada
pudding di meja makan itu, jadi saja coba dan saya makan karena enak rasanya
dan kursi itu saya tidak sengaja merusaknya, tadi saya hanya ingin mencoba
duduk di kursi itu tapi patah kaki kursinya.” Jawab si Kucing itu dengan jujur.
Setelah kejadian itu, Ayah Uyung menasehati kepada si Kucing berbulu
Perak itu bahwa saat kita berkunjung ke rumah orang harus sopan santun dan
tidak boleh langsung saja masuk ke rumah orang lain tanpa izin dulu kepada
pemilik rumah. Selain itu juga Ayah Uyung berkata “kamu tidak boleh mengambil
makanan orang, itu sama saja dengan mencuri barang orang. Selain itu
berhati-hatilah dengan sesuatu barang milik orang lain.”
Sejak peristiwa itu, Si Kucing Berbulu Perak itu berubah menjadi anak
yang baik, sopan dan menyenangkan.Si Kucing berbulu Perak juga sering dating
untuk bermain. Uyung Monyet ia undang ke rumahnya dan pada akhirnya mereka
menjadi sahabat karib.
Jago dan Ceri
Oleh : Esy Pratama Rakalpa (06101413054)
Ada sebuah keluarga yang hidup di pedesaan, namanya keluarga pak Budi,
pak Budi memiliki istri yang bernama Aisyah, dan mereka memiliki satu orang
anak yang bernama Andi. Keluarga pak Budi hidup sederhana dan tentram, keluarga
ini juga ditemani oleh hewan – hewan peliharaannya, keluarga pak Budi
memelihara ayam kampung yang bentuknya bagus – bagus. Setiap hari Andi selalu
kekandang ayam, dia membawa makanan untuk ayam – ayamnya, ayam Andi belum
terlalu banyak, baru ada dua ayam yang di ternaknya, satu ayam jantan dan satu
ayam betina, ayam – ayam andi selalu bersamaan kemanapun dia pergi. Ayam jantan
Andi diberinya nama Jago, sedangkan ayam betina diberinya nama Ceri.
Pada hari itu, keluarga pak Budi kekandang ayam secara bersamaan, Andi
sudah membawa makanan untuk ayamnya seperti biasa, setelah sampai pak Budi
menyuruh Andi memberikan makanan yang yang telah dibawa, Andi pun memberikan
makanan itu kepada Jago dan Ceri. Jago dengan cepat mendekati makanan itu, Ceri
pun tak mau kalah, dia langsung menyusul menuju makanan itu, mereka pun makan
bersamaan. Pak Budi, istrinya, dan Andi hanya tersenyum melihat ayam – ayamnya.
Selesai makan, ayam – ayam Andi keluar dari kandang, Jago dan Ceri bermain dan
mencari makan di luar, mereka pun bergabung dengan ayam – ayam yang ada
disekitar rumah keluarga pak Budi.
Jago dan ceri serta teman – teman lainnya mulai memakani rumput – rumput
dan mencakar – cakar tanah mencari makanan, mereka lari – larian dan saling
kejar – kejaran. Ada ayam jantan milik tetangga yang ikut bergabung, tetapi
ayam jantan dan Jago belum berteman, ayam jantan itupun mengajak Jago
untuk berkelahi. Tidak lama kemudian,
Jago ternyata kalah berkelahi dengan ayam jantan itu, dia berlari menghindar
dari ayam jantan itu, tetapi ayam jantan masih terus mengejar Jago, dan
akhirnya Andi pun melihat kejadian ini, dengan
segera Andi yang melihat jago butuh pertolongan langsung menolong Jago
dan membawa Jago menjauh dari ayam jantan yang lain. Sedangkan Ceri tadi masih
bersama ayam – ayam yang lain untuk mencari makan dan bermain.
Hari sudah mulai sore, Andi mencari Jago dan Ceri untuk dibawa pulang ke
kandang. Andi juga sudah menyiapkan makanan untuk ayam – ayamnya, Andi
memanggil – manggil Jago dan Ceri seperti biasa. Tak lama kemudian, Jago dan
Ceri akhirnya pulang, Jago dan Ceri langsung mendekati makanan yang selalu
diberikan kepadanya, istri pak Budi pun mendekati anaknya, dia tersenyum
melihat ayam – ayam yang sedang berebut mematok makanan tadi. Setelah makan
Andi menangkap Jago dan Ceri, dia membersihkan badan Jago dan Ceri serta
mengajak ayam – ayamnya untuk bermain. Jago dan Ceri sangat penurut dengan
Andi, Andi pun asyik bermain bersama ayam – ayamnya. Magrib pun datang, Andi
memasukkan ayamnya kedalam kandang , Jago dan Ceri pun masuk dan langsung jongkok
diatas kayu yang tersedia, dan Andi pun kembali kerumah.
Keesokan harinya, terdengar suara Jago berkokok nyaring menyambut pagi
hari yang cerah, keluarga Andi pun ikut terbangun mendengar kokokan Jago. Hari
pun sudah siang, Jago dan Ceri pun keluar dari kandang untuk melakukan kegiatan
mereka sehari – hari. Jago dan Ceri bersamaan pergi kearah barat didekat
pembuangan sampah, di sanalah mereka mulai mencakar – mencakar mencari makan.
Setelah pulang sekolah, Andi mencari capung untuk makanan ayam – ayamnya, dia
mendapatkan lumayan banyak makanan yang akan diberikan kepada Jago dan Ceri.
Andi pun memanggil kedua ayamnya, Jago
dan Ceri langsung datang menuju Andi, setelah datang Andi member capung kepada
ayamnya sambil diajak bermain. Andi memberi makan ayam – ayamnya dengan cara
membuat ayamnya untuk melompat, dia berdiri dengan memegang capung tadi, ayam
Andi pun melompat – lompat untuk mendapatkan makanan itu, Andi pun tersenyum
melihat tingkah ayam – ayamnya.
Hari pun terus berlalu, pertumbuhan dari ayam – ayam Andi pun bertambah.
Pada hari itu Ceri sudah mulai menunjukkan ciri – ciri bahwa dia ingin
bertelur, melihat itu, keluarga pak Budi langsung membuatkan tempat
bertelur untuk Ceri didalam kandang
ayamnya. Andi sangat senang mengetahui hal ini, dia sangat bersemangat membuat
tempat bertelur Ceri bersama pak Budi.
Berselang beberapa hari Ceri pun bertelur, Ceri bertelur ditempat yang telah di
siapkan oleh keluarga pak Budi. Telur pertama Ceri agak kecil, putih dan bagus.
Hari demi hari Ceri terus bertelur sampai akhirnya dia berhenti bertelur dan
ingin mengerami telurnya. Ceri masih tetap bersama Jago untuk mencari makan,
istri pak Budi telur dari Ceri, ternyata Ceri sudah memiliki telur sebanyak 12
buah yang akan di perami Ceri. Sebelum di perami istri pak Budi mengambil 5
buah telur Ceri yang ada. Keesokan harinya Ceri sudah mulai perami telur –
telurnya sebanyak 7 buah telur.
Andi selalu rajin menyiapkan makanan untuk ayam – ayamnya. Selama Ceri
perami telur, Jago selalu sendiri keluar dari kandang, tetapi dia selalu
bergabung dengan ayam – ayam yang lain. Ceri setiap sore keluar dari kandang,
Andi pun selalu memberi makanan agar Ceri tidak kelaparan, hari – hari pun
berlalu, telur – telur Ceri sudah ingin mulai menetas. Hari itu Andi melihat keadaan
kandang ayam – ayamnya, dia tidak sengaja mendengar suara anak ayam yang
berasal dari kandang tersebut, setelah dilihat, telur – telur Ceri sudah
menetas 5 buah, tinggal 2 buah lagi yang belum. Andi pun sangat gembira .
Keesokan harinya Ceri sudah mulai ingin mengajak anak – anaknya keluar,
istri pak Budi pun menurunkan anak – anak ayamnya, Ceri memiliki 6 ekor anak,
hanya 1 telur yang tidak menetas, Andi pun bergegas mengambil beras untuk Ceri
dan anak – anaknya. Hari hari berikutnya telah berlalu, pertumbuhan anak ayam
dari Ceri sudah mulai tumbuh, ada 1 ekor anaknya yang mati. Andi pun masih
selalu memberi ayam – ayamnya makanan setiap hari. Ayam – ayam andi pun sudah
mulai besar – besar, ayam – ayamnya bagus – bagus, keluarga pak Budi sangat
gembira melihat ayamnya bertambah. Sekarang ayam peliharaan Andi sudah ada 7
ekor, mereka selalu dirawat oleh keluarga pak Budi.
Si Semut, Kepompong, dan Belalang
Oleh: Rofiqoh (06101413055)
Disuatu hutan yang lebat hidup berbagai hewan buas dan jinak. Ada
kelinci, kura-kura, kupu-kupu, semut, belalang, dll. Pada suatu hari hutan
dilanda badai, angin bertiup kencang, daun-daun dan batang runtuh. Banyak hewan
yang tidak bisa menyelamatkan diri, kecuali si semut yang berlindung didalam
tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Dari da;am tanah tiba-tiba
muncul seekor semut yang sombong. Ketika sedang jalan-jalan dihutan, ia melihat
seekor kepompong yang tegeletak didahan daun yang patah. Si semut mengejek
kepompong,
“hm..mm..
alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa berjalan
kemana-mana. Coba lihat aku yang ada kaki sehingga bisa berjalan dihutan sesuka
hati ku”.
Semut terus
mengejek hewan yang berhasil ditemuinya saat jalan-jalan dihutan. Suatu saat,
si ssemut berjalan-jalan, dijalan yang berlumpur, ia tidak menyadari bahwa yang
ia injak adalah lumpur hisap. Semut pun berteriak minta tolong.
“tolong.....!!!! tolong...
” wah, seperti
nya kamu sedang kesulitan ya?”
Ia melihat
sekeliling mencari sumber suara dan dilihatnya lah seekor kupu-kupu yang cantik
mendekatinya.
“hai, semut aku
adalah kepompong yang dulu kau ejek ketika badai beberapa hari yang lalu.
Sekarang aku sudah berubah, aku bisa pergi kemana saja dengan sayap ku yang
indah. Sekarang kau lihat, aku tidak bisa berjalan dilumpur hisap itu kan?”
“yah, aku sadar
bahwa perkataan ku dulu telah mnyakiti mu. Maukan kamu memaafkan ku dan
memolong aku” ssemjut memohon.
Kupu-kupu yang
baik hati pun menolong si semut yang tterjebak didalam lumpur hisap, tidak
berapa lama semut terbebas dari lumpur tersebut. Setelah bebas semut
mengucapkan terima kasih kepada kupu-kupu.
“ya sudah tidak
apa-apa, memang sudah kewajibnya kita sebagai makhluk hidup untuk saling
tolong-menolong. Mulai sekarang kamu jangan lagi mengejek hewan-hewan dihutan
yang lain, nah ikut aku dan minta lah
maaf pada hewan yang pernah kau ejek”.
Karena setiap
makhluk hidup memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing oleh sang
pencipta.
Sejak saat itu kepompong dan semut menjadi sahabat karib. Namun ada seekor
belalang yang tidak suka dengan persahabatan mereka. Belalang dengan niat
jahatnya dia pun menyusun taktik agar persahabatan semut dan kupu-kupu
terpecah. Semut pun dijebak oleh belalang, si semut diajak belalang untuk
membuat pesta ultah sahabat karibnya itu.
“semut ayo kita
buat pesta untuk merayakan pesta ulang tahun kepompong”.Belalang membujuk
dengan halus.
“oh ya, aku
hampir lupa bahwa besok adalah hari ulang tahun kupu-kupu, ok hari ini kita
buat pesta untuk kupu-kupu”.Jawab semut dengan senang. Belalang tersenyum
karena semut berhasil masuk dalam jebakannya.
Belalang dan semut memulai membuat
pesta ulang tahun kupu-kupu. Hari-hari yang ditunggu pun datang. Saat kupu-kupu
pulang dari ladang bungan untuk menghisap nektar-nektar bunga, ia terkejut
melihat rumahnya ramai.
“ada apa ini”
tanya kupu-kupu
“kejutan”
hewan-hewan dihutan
Satu persatu
mereka mengucapkan selamat dan memberikan kado kepada kupu-kupu. Namun semut
tidak sadar bahwa kado yang ia berikan kepada kupu-kupu tadi telah ditukar belalang
saat semut sedang bergurau tadi. Setalah beberapa menit acara tukar kado pun
dimulai, saat kupu-kupu membuka kado dari semut, tiba-tiba keluar rayap-rayap
rakus dari kado semut. Serontak para hewan-hewan berhamburan keluar dari rumah
kupu-kupu. Rayap-rayap tersebut memakan kayu-kayu dirumah kupu-kupu termasuk
benda kesayangan kupu-kupu yaitu dahan daun yang dulu tempat dimana ia melekat
saat terjadi badai dahulu. Kupu-kupu yang tidak terima dengan kejadian itu,
langsung memutuskan persahabatan dengan semut.
“mengapa kau
lalukan ini pada ku semut” kupu-kupu bertanya dengan suara lantang
“saa..ya. tidak
tahu, kenapa isi kado saya berubah menjadi rayap” jawab semut
“bohong”
kupu-kupu sambil menangis
“sudah semut
kamu tidak usah mengelak lagi, kan tadi sudah ada bukti nya” sambung belalang
“mulai sekarang
kita tidak usah lagi berteman. Aku tidak mau berteman dengan orang jahat”
kupu-kupu sambil terbang keluar rumah.
Mendengar
perkataan kupu-kupu, belalang tersenyum bahagia melihat perpecahan persahabatan
semut dan kupu-kupu.
Semut pun mulai dijahui oleh
hewan-hewan penghuni hutan. Dengan hati sedih semut pulang kerumah dan
merenungi kejadian tadi. Dalam hati semut bertanya-tanya siapa yang tega
melakukan semua ini. Semut yang merasa difitnah pun mencoba mencari tahu siapa
yang menyebabkan kekacauan dipesta ulang tahun kupu-kupu dan menukar kado ku.
Semut kembali kerumah kupu-kupu untuk mencari bukti bahwa ia tidak bersalah,
namun pencarian itu belum membuahkan hasil. Sesaat semut mengingat kejadian itu
lagi, semut pun ingat bahwa yang duduk disamping ny adalah belalang.
“bukan kan yang
duduk disampingku adalah belalang, apakah mungkin belalang yang melakukan itu
semua dan memfitnah aku?”
Keesokan hari
nya semut berjalan menuju rumah belalang. Setelah sampai di rumah belalang
semut pun langsung menyakan nya kepada belalang.
“belalang, aku
ingin bertanya”
“iya mau tanya
apa” jawab belalang dengan tenang tanpa ada salah
“belalang apakah
mungkin kamu yang telah menukar kado aku saat pesta ulang tahun kupu-kupu, dan
apakah kamu yang telah memfitnah aku”.
Jawab belalang
dengan nada keras “kau mau menuduh aku yang telah menukar kado mu,semut?”
“bukan begitu
belalang tapi bukan kah kamu yang duduk dismping ku saat pesta ulang tahun itu”
“sudah ku bilang
bahwa bukan aku yang menukarnya, sudah lah semut lebih baik keluar dari rumah
ku sebelum aku marah” jawab belalang
dengan gugup
Semut pun keluar
rumah belalang dengan rasa curiga kepadda belalang. Tanpa putus asa semut terus
mencari tahu dan menyelidiki gerak-gerik belalang. Namun belum menemukan hasil
juga. Suatu hari tanpa sengaja saat semut sedang mencari makan didekat rumah
belalang, tanpa sengaja semut mendengar percakapan antara belalang dan capung.
“kekacauan
dipesta ulang tahun kupu-kupu, aku lah yang membuatnya” menceritakan dengan
santai
Capung sangat
kaget mendengarkan perkataan belalang “apa, yang bener belalang”
“iya memang
benar aku yang menyebabkan semua kekacaun itu,karena aku tidak suka dengan
persahabatan mereka yang begitu akrab. Pertama aku membujuk semut untuk membuat
pesta ulang tahun kupu-kupu, dan saat pemberian kado aku menukar kado semut
dengan kado yang telah aku persiapkan, dan itu semua berhasil dan berjalan
dengan mulus. Mereka pun bertengkar bahkan kupu-kupu memutuskan persahabatannya
dengan si semut yang bodoh itu” cerita belalang kepada kupu-kupu.
Capung yang
tidak habis pikir hanya diam saja. Semut yang juga terkejut langsung bergegas
mencari kupu-kupu untuk memberitahukan
siapa dalang dari kekacauan dipesta ulang tahun nya. Semut mencari-cari
kupu-kupu di padang bunga bunga di tempat dimana ia suka menghisap
nektar-nektar bunga. Saat semut melihat kupu-kupu semut langsung berteriak
memanggil kupu-kupu.
“kupu-kupu”
teriak semut
“kamu lagi, ada
apa?” sambil menghisapi nektar bunga
“kekacauan itu bukan aku yang melakukan nya,
tapi”
“tapi siapa”
sambar kupu-kupu
“yang melakukan
itu semua adalah belalang”
“kau bohong, kau
timpakan masalah mu kebelalang” kupu-kupu menjawab
“benar
kupu-kupu, dia yang telah melakukan nya karena dia tidak suka persahabatan
kita, yang telah menukar kado nya, kalau kamu tidak percaya ayo ikut aku. Aku
akan membuktikannya”
Kupu-kupu
terdiam dan berfikir...”ya, baiklah aku ikut dengan mu”
Sepanjang jalan
semut menceritakan apa yang telah ia dengar tadi. Sesampai nya dirumah belalang
mereka mendengarkan percakapan mereka.
“ini kado si
semut bodoh yang telah ku tukar kado” cerita belalang kepada capung
Kupu-kupu
kaget mendengar perkataan belalang, ia merasa kesal, ia pun langsung menyerobot
masuk kerumah belalang
“oh,
bagus ternyata kamu yang telah menukar kado semut dengan kado yang telah kamu
persiapkan.”
“bu....bukan
aku yang melakukan itu, semut kau mau memfitnah aku dengan bercerita yang
bukan-bukan kepada kupu-kupu” jawab belalang dengan sangat kaget dan gugup
“sudahlah
belalang, aku sudah tau sebenarnya, dan aku juga telah mendengar percakapan mu
dengan capung” sambil kesal
“mana
buktinya, jangan sembarangan menuduh” jawab belalang gugup
“kado
yang disamping capung itu buktinya, itu kado semut yang telah kau tukarkan”
“kalau
iya kenapa?” belalang menjawab sambil terbang
Sejak
terbuktinya bahwa semut tidak bersalah mereka pun bersahabat lagi.
“maaf
kan aku semut,karena aku telah menuduh mu”
“iya,
tidak apa-apa”
“sekarang
kita berteman lagi kan?”
“hm..mm...bagaimana
ya..?? ok dech kita bersahabat lagi”
Sejak
itu juga belalang tidak pernah lagi terlihat dihutan...
Tiara dan Kelincinya
Oleh : Tian setiyati (06101413056)
Tiara seorang murid kelas 3 SDN 191 Palembang,
ia berumur 8 tahun bertempat tinggal di jalan kap.A rivai palembang. Tiara sangat senang sekali terhadap hewan kelinci, ia menyukai kelinci
karena menurut ia kelinci itu sangat lucu. Liburan pun telah tiba tiara pergi
berlibur bersama kedua oarng tuanya dan kedua adik laki-lakinya ke kampung
halaman orang tuanya. Sesampainya disana tiara singgah ke rumah paman yang ada
di kampung itu, sesampai d rumah paman ia melihat beberapa ekor kelinci yang
sangat lucu-lucu sekali yang berada di lingkungan sekitar halaman rumah
pamannya. Lalu tiara pun bertanya kepada pamannya ” paman kelinci-kelinci yang
ada di halaman rumah itu punya siapa? Ucap tiara ” paman pun menjawab ” semua
kelinci-kelinci itu punya paman ”. Lalu tiara pun berjalan mendekati
kelinci-kelinci tersebut dan paman pun menyusul langkah tiara untuk mendekati kelinci-kelinci itu. Selama
liburan di kampung tiara selalu bermain bersama kelinci-kelinci pamannya. Tak
terasa liburan pun telah berakhir tiara bersama kedua orang tuanya dan kedua
adik laki-lakinya pun pulang ke palembang. Sebelum tiara pulang ke palembang
paman pun bertanya kepada tiara ” apakah kamu suka dengan kelinci?tanya paman”
tiara pun menjawab ” iya paman saya
sangat suka sekali pada kelinci-kelinci itu ”. Setelah mendengar jawaban dari
tiara, paman pun berkata bahwa ia akan memberikan dua ekor kelinci yaitu yang
terdiri dari satu ekor kelinci betina dan satu ekor kelinci jantan. Setelah
mendengar perkataan pamannya itu tiara pun tersenyum merasa bangga karena ia
telah diberi hewan kesukaannya oleh paman. Sesampainnya di rumah tiara pun
dengan di bantu oleh ayah dan kedua adik laki-lakinya membuat kandang di
halaman belakang rumahnya untuk kelincinya tersebut. Ia dengan semangatnya membuat kandang kelinci
itu dengan sebaik dan serapi mungkin. dan kandangnnya pun diberi cat bewarna
hijau. Setelah selesai membuat kandang kedua kelincinya itu di letakkannya di
dalam kandang tersebut. Lalu tiara pun memberikan nama kepada kedua kelincinya
itu, untuk kelinci jantan diberinya nama jojo sedangkan untuk kelincinya yang
betina diberinya nama jejen. Setiap hari dengan penuh semangatnya tiara selalu
memberikan makanan yaitu wortel untuk kedua kelincinya itu, dan setiap pagi dan
sore pun tiara dengan rajinnya selalu memandikan kelinci-kelincinya agar tidak
kotor dan tidak terkena kuman-kuman yang menyerang pada hewan, dan tak lupa
juga setiap dua hari sekali tiara selalu membersihkan kotoran-kotoran dan
sisa-sisa makanan kelinci yang ada di dalam kandang. tiara tidak pernah merasa
lelah, letih dan lesu untuk merawat kelinci-kelincinya itu.
Masuk
sekolah pun telah tiba, tiara pun bersama kedua adik laki-lakinya di antar oleh
ayahnya pergi ke sekolah, setibanya di sekolah ia pun berjalan menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas tiara pun bercerita kepada putri bahwa sewaktu ia liburan
ke kampung halaman orang tuanya ia di beri oleh pamannya dua ekor kelinci
betina dan jantan. Lalu putri pun becerita bahwa ia juga baru dibelikan oleh ayahnya
kelinci berwarna putih yang berjenis kelamin betina.
Setelah
mendengar cerita dari putri, tiara pun mempunyai ide mengajak putri bagaimana
kalau siang nanti sehabis pulang dari sekolah kita bermain dengan
kelinci-kelinci di rumahnya. Dan putri pun menyetujui tawaran bermain dari
tiara tetapi sehabis pulang dari sekolah ini putri pulang sebentar ke rumahnya
untuk mengambil kelincinya. Mereka berdua dengan asyiknya bermain bersama
kelinci-kelincinya itu sambil memberi makan wortel pada kelinci tersebut. Tak
terasa hari pun telah sore putri pamit untuk pulang. Selama di perjalanan
menuju rumah putri pun melihat poster yang mengiklankan lomba busana
kelinci dan putri pun berhenti sebentar
untuk membaca iklan tersebut. Ternyata lomba tersebut akan diadakannya pada hari
minggu tepatnya pada tanggal 22 mei 2011. setibanya ia di rumah putri pun
langsung menelpon tiara dan memberitahukan kepada tiara bahwa ia tadi membaca
iklan mengenai lomba busana kelinci setelah mendengar berita itu tiara sangat
senang sekali dan berminat untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dengan penuh
semangatnya tiara pun minta diantarkan kepada ibunya pergi ke pasar untuk membeli dasar pakaian
untuk membuat buasana kelincinya itu, ia pun menjahit busana itu dengan
tangannya sendiri tanpa menggunakan mesin jahit, dan dengan di berikannya
manik-manik dan hiasan lainnya pada busana tersebut agar kelihatan anggun dan
menarik di mata juri nantinya. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu dua hari
tiara pun telah menyelesaikan busana kelinci tersebut tanpa bantuan dari oarang
lain.
Hari
minggu pun telah tiba tiara dan putri pun dengan di antarkan oleh kedua orang
tua tiara pergi ke suatu mall tempat berlangsungnya lomba busana kelinci
tersebut. Sesampai disana tiara dan putri pun mengikut sertakan kelincinya
untuk berlomba. Tanpa di duga-duga akhirnya kedua kelinci tiara dan kelinci putri
pun menang mendapatkan juara berurutan yaitu 1, 2 dan 3.tiara dan putri pun merasa
sangat gembira sekali karena kelinci-kelinci mereka memenangkan lomba busana,
tiara dan putri pun tambah sangat menyanyangi kedua kelincinya itu.
Beberapa
hari kemudian setelah mengikuti perlombaan yang ada di mall kelinci tiara yang
berjenis kelamin betina itu jatuh sakit, kakinya yang sebelah kanan terluka
akibat gigitan kucing tetangga yang sangat nakal itu, tiara begitu marah pada
kucing itu karena telah mengigit kaki kelincinya dan tiara pun sangat cemas
sekali dengan keadaan kelincinya itu. Tiara memberikan obat merah pada kaki
kelincinya dan di perbankannya kaki kelinci tersebut. Tetapi sudah tiga hari
kaki kelinci tersebut tak kunjung sembuh dan akhirnya tiara pun memutuskan
untuk membawa kelincinya ke dokter hewan agar kaki kelincinya itu di beri obat
yang lebih baik oleh dokter agar lekas sembuh. Dokter mengatakan ” bahwa kaki
kelincinya itu terkena infeksi akibat gigitan kucing, tiara pun semakin
mencemaskan keadaan kelinci kesayangannya itu. Empat hari setelah dari dokter
pun telah di lalui kaki kelinci pun tak ada perubahan untuk sembuh dan akhirnya
kelinci itu mati tiara pun sangat sedih sekali karena hewan kesayangannya mati.
Tiara pun mengubur kelincinya itu halaman belakang rumahnya. Setelah kematian
kelincinya itu tiara tidak semangat untuk bersekolah dan ia pun tidak mempunyai
nafsu untuk makan hingga akhirnya tiara terjatuh sakit kedua orang tuanya pun
bingung bercampur cemas dengan keadaan tiara yang seperti itu. Dan akhirnya
ayah tiara pun mempunyai ide bahwa ia mempunyai rencana akan membelikan tiara
seekor kelinci betina untuk menggantikan kelincinya jejen yang mati itu.
Sepulang dari kantor besok ayah berkata pada ibunya bahwa ia akan membelikan
kelinci betina itu untuk tiara. Setelah di belinya kelinci tersebut lalu ayah
memberikan kelinci itu kepada tiara dan tiara pun merasa terkejut karena ia
telah dibelikan oleh ayahnya kelinci betina baru. Keadaan tiara pun mulai
membaik dan ia sudah kelihatan ceria dan senang karena kelincinya yang baru
itu. Tiara kembali bermain dengan kelinci-kelincinya itu ia begitu menjaga
kelincinya agar tidak terulang kembali kejadian seperti waktu kaki kelincinya
di gigit oleh kucing. Untuk sekali ini ia sungguh berhati-hati sekali dalam hal
pemeliharannya. Dengan keadaan tiara yang membaik itu kedua orang tua tiara
terlihat senang sekali karena anak perempuan satu-satunya keadaannya sudah
mulai ceria tidak seperti keadaan yang sebelumnnya tidak bersemangat. Dengan
adanya kelinci baru itu tiara kembali bermain kelinci dengan putri sambil
memperlihatkan kepada putri kelinci barunya itu.
Selang
beberapa hari dari putri bermain dirumah tiara, tiara kaget ketika melihat
kadang kelincinya ada kelinci kecil yang baru lahir. Dengan senang kegirangan tiara memanggil ibu.
Tiara tak sabar untuk memberitahu ibu bahwa kelinci yang dibeli tiara 2 bulan
kemarin sudah mempunyai tiga ekor kelinci yang lucu-lucu. Dengan tangan
mugilnya tiara mengangkat ketiga bayi kelinci itu untuk ditempatkan kekandang
yang baru. Sementara itu kandang yang lama dibersihkan terlebih dahulu. Tiara senang sekali karena kehadiran
kelinci-kelinci yang lucu-lucu itu. Anak kelinci yang pertama tiara beri nama
boni, kelinci yang kedua ia beri nama poni, kelinci ketiga ia beri nama momi.
Setelah selesai ibu membersihkan kandang, kelinci-kelinci itu dimasukkan lagi
kekandangnya. Ketiga kelinci itu mendekap erat dengan induknya. Senyum tiara
dapat ceria kembali karena kelinci
betina yang dibeli ayahnya itu menambah kelinci tiara lagi. Dengan warna bulu yang berbeda-beda
membuat kelinci tiara terlihat cantik-cantik dan menggemaskan. Putri juga betah
bermain bersama kelinci-kelinci tiara. Hal ini dikarenakan dua oarang sahabat ini
memang pencinta binatang peliharaan. Rasa kesal tiara akhirnya terobati dengan
kedatangan ketiga bayi lucu-lucu yang menggemaskan dari sepasang kelincinya.
Rani dan Kucing Putih Kesayangannya
Oleh
: Fitri Hapsari (06101413057)
Pada sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga, keluarga Pak Rustam
namanya. Pak Rustam mempunyai tiga orang anak, yaitu Rani, Reza, dan Rudi.
Semua putra pak Rustam sudah bersekolah. Rani kelas 5 SD, Reza kelas 4 SD, dan
Rudi kelas 1 SD. Ketiga anak pak Rustam tersebut memiliki sifat yang berbeda.
Rani seorang anak penyayang hewan. Sedangkan Reza adiknya tersebut pembenci
hewan Ia suka berbuat jahil. Ia mempunyai kebiasaan mengganggu hewan peliharaan
tetangga. Setiap kali ia lewat atau berjalan-jalan , dan menemukan hewan selalu
menggertak dan mengusirnya sedangkan Rudi sedikit senang hewan. Rani memelihara
seekor kucing putih yang ia beri nama Molly. Molly
memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau dan
kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang bila
tubuhnya dibelai. Rani rajin merawat Molly, tiap pagi ia memberi Molly makan
dan memandikannya. Ia sangat menyayangi kucing putihnya tersebut.
Suatu hari Rani dan Ibunya pergi
kerumah bibinya di desa seberang sedangkan kedua orang adiknya dan ayahnya
memutuskan untuk tinggal dirumah. Sebelum pergi Rani tak lupa membelai tubuh
kucing kesayangannya itu. Setelah itu Rani pun pergi bersama Ibunya. Rudi tak
keluar rumah, ia sibuk dengan menonton film – film kartun yang memang pada hari
mimggu banyak disiarkan di televisi. Sedangkan Reza bermain bola bersama teman
– temannya yaitu Andi, Santo, Dudud, Dolah, Amir, Agus dan Tono. Saat sedang bermain ia juga suka mengganggu
hewan-hewan seperti ayam dan bebek yang ada disekitar rumahnya.
Semua hewan di sekitar rumahnya takut
dengannya. Ketika sedang bermain, Molly kucing kesayangan kakaknya itupun
datang melintas di dekat mereka. Tanpa pikir panjang, bahwa kucing itu milik
kakanya Reza segera mengincarnya. Ia menendang bola dengan sekuat tenaga
diarahkan ke Molly si kucing putih lucu itu.
“Buuuuuukkkkk!” suara
bola sangat keras mengenai Molly kucing lucu
tersebut.
“Meeeeooooonnnnggg!
“Meeeeooooonnnnggg!” Molly pun menjerit karena terkena bola tendangan Reza.
Suaranya melengking kesakitan, dan jatuh terpental berguling di tanah. Tubuh
Molly putih bersih itupun berubah menjadi sangat kotor dan dipenuhi dengan
tanah bahkan kaki Mollypun pincang.
“Ha..ha..ha.haaaaaaaaa...!Hooooorrrreeeeee..!
Senangnyaaaa ” Reza tertawa merasa puas dengan yang dilakukannya. Bahkan ia pun
tertawa terbahak – bahak melihat Molly yang berubah penampilan itu. Molly yang
sudah tidak berdaya lagi itupun berusaha berlari dengan tersendat - sendat, dan
lagi – lagi Reza menendang bola dan tepat mengenai tubuh Molly. Mollypun
kembali berguling ditanah. Sekarang tanah telah menutupi semua tubuh Molly.
“Meeeeooooonnnnggg!
Meeeeooooonnnnggg! Meeeeooooonnnnggg!” Molly pun kembali menjerit kesakitan.
Suaranya melengking kesakitan perlahan mengecil.
Dari jauh pak Rustam
melihat kelakuan anaknya, menggeleng-gelengkan kepala, sambil mengelus – ngelus
dadanya. Bahkan suatu ketika tendangan bolanya mengenai gerobak penjual es yang
berakibat beberapa gelas pecah berantakan jatuh ke tanah. Reza dan
teman-temannya langsung lari tanpa memperdulikan teriakan penjual es tersebut.
Meskipun kedua orang tuanya selalu menasehati, tidak juga ia jera.
Ia selau mengganggu
semua hewan yang ia jumpai tak perduli bahwa hewan tersebut milik kakanya
sendiri. Hari itu Reza bermain sangat lama hampir menjelang maghrib ia baru
pulang. Sampai di rumah ia langsung mandi kemudian persiapan shalat maghrib.
Tak lama kemudian Rani dan Ibunya pun pulang.
“ Assalamualiakum” ucap Rani dan Ibunya. Rudi yang membuka pintu sambil
menjawab salam kakak dan ibunya tersebut. “Waalaikumsalam”.
Ibupun bergegas pergi
ke kamar mandi untuk mandi sedangkan Rani pergi untuk menemui Molly kucing
kesayangannya tersebut.
“Molly….Molly…..”
Pushh…Push…” Molly… tak seperti biasanya Molly tag mendekat. Bahkan tidak mengeong.
Rani terus mencari kucing kesayangannya itu di dapur, ruang tamu, kamar, teras
depan rumahnya bahkan di halaman rumahnya, namun Molly juga tidak ada. Rani pun
bingung, Ia masuk lagi kerumahnya dan bertanya kepada Ayahnya tetapi ayahnya
hanya menggelangkan kepala seolah menutupi sesuatu. Rani pun beralih pandangan
kedua orang adiknya itu yang sedang menonton televisi.
“Rudi lihat Molly tidak?” Tanya Rani. Tidak
kak, jawab Rudi. Kamu Reza lihat kucing kakak tidak ? Tanya Rani. Reza pun
hanya mengangkat pundaknya.
Rani pun terus mencari
Molly sampai ia berhenti dan duduk di teras depan rumah tetangganya. Tak lama
kemudian ia mendengar suara kucing mengeong.
“Meoong! Meong!” Rani
mendengar suara kucing dari kejauhan. Rani mencari suara kucing tersebut dan
berharap itu Molly. Rani terus mancari dan didapatinya Molly yang sangat kotor
dan berjalan pincang. Rani pun kaget melihat Molly kucing putih lucu itu telah
berubah. Tubuhnya sangat kotor dan kakinya pun pincang. Rani menangis melihat
keadaan kucingnya itu. Rani pun membawa Molly pulang kerumahnya. Sampai dirumah
Rani memandikan Molly dan memberi Molly makan serta merawat kaki Molly yang
patah tersebut. Rani sangat sedih melihat Molly. Reza yang melihat kakaknya
murung dan sedih itupun merasa bersalah atas apa yang sudah ia lakukan dengan
hewan peliharaan kakaknya. Tetapi ia takut untuk menjelaskan kejadian itu
dengan kakaknya.
Pak Rustam pun tak
berani memberi tahu Rani apa yang sudah terjadi dengan Molly dan memberi tahu
siapa pelaku yang membuat Molly menderita. Pak Rustam takut Rani akan marah
kepada Reza adiknya itu. Namun pak Rustampun tidak tega melihat Rani yang terus
sedih, dan pak Rustampun menasehati Reza. “Reza, ayah tadi siang melihat apa
yang kamu lakukan dengan kucing kesayangan kakakmu itu, seharusnya kamu tidak
boleh begitu baik dengan kakakmu atau siapapun, karena itu perbuatan buruk nak.
Sekarang kamu jelaskan dengan kakakmu apa yang sudah kamu lakukan dengan
kucingnya itu.” “Reza tidak melakukan apa – apa ayah, Reza tadi siang bermain
bola dengan teman – teman.” Jawab Reza. “sudahlah nak, kamu harus jujur.” Emm…
baiklah ayah, Reza merasa bersalah tapi Reza takut kak Rani marah dengan Reza.
Tapi reza akan jujur dengan kak Rani.
Reza pun mendekati Rani
yang lagi membelai tubuh Molly dengan lembut dan penuh kasih sayang. “kak,
maafin Reza, itu semua karena Reza kucing kakak jadi terluka. Tadi siang reza
main bola dengan teman – teman, kucing kakak lewat di depan reza, reza langsung
menendang bola dan tepat mengarah ke tubuh kucing kakak. Maafin Reza kak, Reza
mengaku salah”.
Rani pun terkejut
mendengar ucapan adiknya itu. Rani sangat marah dengan apa yang sudah dilakukan
adiknya itu kepada hewan peliharaanya itu dan pergi meningglkan Reza.
Semakin hari Molly
terlihat semakin sehat, Molly tidak berjalan pincang lagi, dan bulu – bulu
putihnya itu terlihat semakin lebat. Molly si kucing putih kesayangan Rani
telah kembali gagah dan terlihat sangat lucu serta menggemaskan. Rani pun
kembali ceria dan berjanji akan selalu menjaga Molly yang menggemaskan itu.
Kerbau si Gadis Kecil
Tiara yang Malang
Oleh : Kikin Nurfitri (06101413058)
“Mirah” begitulah orang-orang
memanggilnya setiap hari.Mirah adalah seorang gadis kecil yang baik hati.Pada
umur lima tahun orang tua Mirah meninggal dunia dan Mirah dititipkan kepada
bibi Mirah untuk merawatnya.Sebelum ibunya meninggal ibunya sempat berpesan
kepada bibi katanya,”Hanum,kutitipkan Mirah kepadamu.Juga semua harta milikku
termasuk rumah.Rawat dan besarkan Mirah,sebagaimana engkau merawat dan membesarkan
anak kandungmu.Bimbing dan didiklah Mirah, agar menjadi gadis yang cerdas dan
berbudi. Dan jangan lupa, limpahkanlah kasih sayangmu kepadanya, dengan setulus
hatimu.”
Bibi Hanum mengangguk, lalu berjanji akan mematuhi semua pesan ibu Mirah
itu. Tampak sekali, betapa tulus Bibi Hanum mengucapkan janji itu.
Kepada Mirah sendiri, ibunya sempat berpesan ketika akan menghembuskan
nafas terakhir. Katanya,”Mirah aku harus menyusul ayahmu di alam langgeng sana.
Bukan atas kehendakku, tapi semata-mata telah menjadi tulisan dari Dia Yang
Mahakuasa.Kuharap engkau dapat menerima kepergianku dengan hati yang tabah.
Jagalah dirimu baik-baik, dan patuhilah kata-kata Bibi Hanum. Sebab dialah yang
akan mengurus tugasku, merawat dan membesarkanmu. Kau harus menerima kehadiran
Bibi Hanum, sebagaimana menerima kehadiranku. Bersediakah?”
Mirah mendengarkan pesan terakhir ibunya itu dengan air mata bercucuran.
Hatinya pedih, bagai diiris-iris sembilu. Tetapi lalu mengangguk, mengiyakan
dengan tulus.
Pesan ibunya kepada dirinya, maupun kepada bibinya masih terngiang
jelas.seolah-olah baru kemarin didengarnya. Ia selalu mematuhinya, meskipun
karenanya ia harus berhadapan dengan kepedihan yang menyayat hatinya.
Hari-hari Mirah penuh dengan kesedihan semenjak ditinggal oleh kedua orang
tuanya. Terkadang setiap dia rindu dengan orang tuanya dia selalu mengingat
hal-hal yang pernah dilakukan bersama ketika Orang Tuanya masih ada. Dulu
sewaktu ayah dan Ibunya masih hidup Mirah dapat bermain dengan leluasa. Dapat
meminta apa saja yang diinginkan selalu dikabulkan.
Pakaiannya pun, selalu bagus-bagus dan rapi. Almarhum ibunya selain
pandai memasak, juga pintar membuat pakaian. Mirah sering sekali melihat ibunya
membuat pakaian, khusus untuknya. Betapa senangnya Mirah, bila pakaian itu
telah selesai, ia boleh memakainya dengan hati yang sangat senang.
Sekali-kali ibunya membuatkan makanan kesenangan Mirah. Bila telah
selesai, ibunya menyuruh Mirah memanggil teman-temannya. Kemudian diajak untuk
menikmati makanan itu. Teman-teman Mirah tampak senang sekali, mereka berebutan
dan minta tambah.
Dulu teman-teman Mirah banyak sekali. Hampir setiap hari berkumpul di
rumah Mirah, bermain apa saja yang mengasyikkan. Kadang-kadang bermain
rumah-rumahan, pasar-pasaran atau kucing-kucingan. Perkarangan rumah Mirah
kebelulan sangat luas, sehingga sangat leluasa untuk digunakan sebagai tempat
bermain. Semua teman Mirah baik-baik. Bila Mirah sakit, mereka datang
bergantian untuk menjenguk. Ada yang membawa buah-buahan, makanan kesukaan
Mirah, atau mainan.Bayak juga yang datang tanpa membawakan apa-apa, tetapi
hanya mendo’akan saja.
Mendiang ayah mirah adalah seorang pamor keadipatian. Cukup terpandang di
desanya, dihormati dan disegani. Pada saat-saat tertentu sering mengajak Mirah
berjalan-jalan. Melihat-lihat pemandangan dikaki gunung,dengan ,menggunakan
kereta. Atau kadang-kadang dengan menunggang kuda.Semua itu sangat mengesankan
bagi Mirah.
Tetapi semua itu kini tinggal kenangan. Hanya tinggal masa lalu, yang
rasanya tidak mungkin terulang kembali. Kini semua telah tiada, seperti halnya
ayah dan ibu Mirah.Kini semua telah berubah, menjadi kepedihan dan kesepian
yang mencekam. Entah sampai kapan, Mirah terbelenggu oleh kepahitan yang
seperti tiada akhirnya.
Sejak ayah dan ibunya meninggal Mirah tetap tinggal di rumah uyang lama.
Tetapi bersama bibi dan pamannya yang kasih dan sayangnya jauh berbeda dengan
mendiang kedua orang tuanya.
Mulanya mirah mengira, Bibi Hanum akan sebaik ibunya. Akan sesayang
ibunya.Sehingga akan mendapat pengganti ibunya.Tetapi tidak. Bibi Hanum sangat
cerewet memperlakukan Mirahtidak seperti kepada anak kandungnya. Tidak
menyayangi seperti yang dikehendaki mendiang ibu Mirah bahkan kadang-kadang
sangat kejam dan bengis.
Sehari-hari, hampir tidak ada waktu luang bagi Mirah.Selalu sarat dengan
berbagai tugas, yang selalu diada-adakan bibinya.Ia dibangunkan pagi-pagi
sekali, untuk menimba air sampai memenuhi bak. Kemudian menjerang air dan
jmembuat minuman pagi bagi bibi dan pamannya. Lalu memasak, menghangatkan nasi
dan lauk pauknya. Setelah itu membersihkan lantai, mengelap perabotan.Beres
mengerjakan pekerjaan rumah,lalu mencuci pakaian kotor di sungai.Pulangnya
memasak lagi buat makan sore. Lalu pada malam hari tidak boleh tidur sebelum
mendapat perintah.
Kerbau yang Baik Hati
Pada suatu hari
pada saat Mirah disuruh mencuci baju di sungai dia mendengar suara dari tengah
hutan dia pun bergegas untuk mencari suara tersebut. Terlihatlah oleh dia
seekor kerbau yang sedang terjerat ranting pohon, ia pun segera menolongnya dan
membawanya keluar dari hutan. Mirah mengajaknya ke sungai tempat dia mencuci
baju.kerbaupun segera meminum air sungai tersebut dan akhirnya sehat kembali.
Mirah mengajak kerbau itu pulang
kerumah. Kerbaupun menyuruh Mirah untuk naik diatas punggungnya sebagai tanda trimakasih.
Sesampainya dirumah Mirah meminta izin kepada bibinya untuk merawat kerbau itu.
Awalnya bibi tidak setuju tapi dengan bujukan Mirah bibipun akhirnya setuju dan
berkata,”baiklah kamu boleh memelihara kerbau itu tapi ingat kamu tidak boleh
lalai dengan pekerjaanmu setiap hari dan suruh kerbaumu diam agar tidak
mengganggu kehidupanku.”Mirahpun menyetujuinya dan dia membawa kerbau kekandang
belakang rumahnya.
Hari-harinya pun tampak sedikit
lebih baik dari yang kemarin karena dia memiliki teman sekaligus binatang
peliharaan yang baik hari. Setiap kali Mirah mau mencuci pakaian disungai,
kerbau selalu menghantarkannya dan menyuruh Mirah naik ke punggungnya agar
Mirah tidak capek. Setiap hari kerbau memakan rumput yang ada di halaman rumah
Mirah sehingga rumput selalu terlihat bersih dan Mirah tidak perlu lagi untuk
memotong rumput setiap hari.
Bibi Hanum mempunyai kebiasaan
bermain kartu bahkan sesungguhnya pecandu main kartu sejak nmasih muda sampai
akhirnya dia jatuh miskin karena kalah main judi.
Pada suatu hari Bibi kalah main judi
sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Demikianlah juga dengan
kekalahan yang diderita Bibi Hanum. Lama-lama kekalahannya membekit. Harta
kekayaan titipan mendiang orang tua Mirah, lama kelamaan menjadi menipis.Dipakai
untuk berjudi, dan akhirnya terbukti harta mendiang orang tua Mirah habis sama
sekali. Rumah dan tanah tergadaikan tanpa bisa ditebus sama sekali.
Bibi Hanum dan suaminya terpaksa
meninggalkan rumah, karena diusir oleh pemilik yang baru, Mirahpun tidak boleh
tinggal terpaksa harus pergi dengan hati yang hancur.”Pergilah kemana engkau
suka,Mirah. Maaf aku tidak bisa bersama-sama kau terus,”begitulah ucapan Bihbi
Hanum,sebagai ucapan selamat berpisahnya.
Bagi Mirah, perpisahannya dengan
bibi dan pamannya itu diterima dengan dua perasaan,perasaan lapang dan
hancur.merasa lapang karena kini mendapat kebebasan. Dan merasa hancur karena
tidak memiliki apa-apa lagikecuali kerbau kesayangannya tadi.Akhirnya Mirah dan
kerbau kesayangannya tadi pun pergi meninggalkan rumah.
Mirah kemudian berjalan dengan hati
yang tenang dan wajah berseri-seri. Ia melangkah tanpa tujuan hanya mengikuti
gerak kakinya. Menelusuri dataran subur yang menghijau,diantara pohon-pohon
yang berdaun rimbun.Hari ini adalah hari pembebasan bagi Mirah. Ia benar-benar
merasakannya dengan hati yang bersyukur.bibirnya selalu menyunggingkan
nsenyuman ketika terus berjalan tanpa tujuan itu.
Hari semakin siang nampaknya kerbau
sedikit kecapekan, ia pun mencari tempat untuk beristirahat lalu dia duduk
seraya mengeringkan keringat.Pada saat itu ada seorang penduduk yang
membutuhkan tenaga untuk memutar tempat penggilingan mesin tebu, diapun
menawari Mirah agar kerbaunya miliknya tadi bisa membantunya dengan upah yang
setimpal.
Kerbau tadipun langsung mengeluarkan
suara yang menandakan bahwa dia setuju. Kerbau berfikir “inilah salah satu cara
untuk aku menolong dan berterimakasih kepana Mirah karna dia telah merawatku
setiap hari.
Dari situlah kehidupan Mirah yang
baru dimulai, banyak orang yang membutuhkan tenaga dari kerbau tersebut. Untuk
mengolah ladang pertanian, pengangkut barang, dan lain-lain. Mirahpun ikut
bekerja,setiap hari dia selalu merawat kerbau dengan baik,memberi makannya
setiap hari,menyayanginya setulus hati. Sehingga dia dapat membeli sebuah gubuk
kecil dan kandang yang layak untuk kerbaunya.
Kucing yang Tertinggal
Oleh : Gusti Ayatullah (06101413059)
Di sebuah perumahan, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama kucing
itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu dan memakan
tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga Jones.
Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna
hijau dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang
bila tubuhnya dibelai. Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai
Molly. Kedua anak di keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya
Jones sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang memasak
ikan.
Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy.
Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang. Karena itu ia juga
sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari pagar keluarga Jones
untuk mencari Billy dan minta dibelai. “Alangkah senangnya aku jika Molly ini
kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku ingin memelihara kucing juga, bu!”
Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun
sebenarnya ia juga suka kepada Molly.
Pada suatu hari keluarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat,
anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak pergi
berlibur selama sebulan. Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi,
keluarga Jones berangkat. “Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia
keliru. Ia sangat terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah
keluarga Jones. Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang
yang diberi tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu
Billy.
Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia
menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan pintu. Tetapi
tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa kalau-kalau ada
jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata semua jendela
terkunci rapat.
Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore.
Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai merasa
kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun bersembunyi
di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan. Molly mulai sakit.
Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang
ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah. Penyakitnya
juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.
Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir
tidak bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak
yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan. Ia
lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir tidak
mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy terkejut. Ia
berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus, pasti kau kelaparan.
Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu makan?”
Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata
ibu Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.” Molly sangat senang. Setelah makan dengan
lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya
tempat tidur dari kotak kayu.. Billy juga membersihkan badannya yang kotor
karena beberapa hari tidur di semak-semak. Malamnya, Molly benar-benar
terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali tikusnya. Maka ia pun
menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin membalas kebaikan Billy dan ibunya.
Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus
yang telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi
semakin disayang di keluarga itu.
Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari
Billy mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar
pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly tahu
bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones yang
tega menelantarkannya.
Karena keluarga
Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun memberikan kucing
itu kepada Billy. Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia
sangat bahagia karena selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena
dapurnya menjadi bebas dari gangguan tikus.
Jalu dan Jala Sang Pahlawanku
Oleh : Endang Purnamasari (06101413060)
Pada suatu pagi bunda pulang dari pasar, dia membeli sebuah majalah.
Bunda menaruh majalah itu diatas meja, kami pun keluar dari kamar secara
bersamaan dan melihat majalah yang baru dibeli oleh bunda. Akupun cepat-cepat
mengambil majalah itu dan langsung membacanya. Akupun tanpa melihat wajah nana
yang begitu sangat kesal dan marah padaku.
Tanpa aku mempedulikan nana aku sangat asyik membacanya, tiba-tiba nana
langsung mengambil majalah itu dari tanganku. Akupun begitu terkejut langsung
menariknya dari tangan nana, dan akhirnya majalah yang dibeli oleh ibu tadi
pagi sobek. Ketika aku akan memukulnya, nana langsung berlari sambil berteriak
minta perlindungan pada bunda
Arel, ada apa sih? Tanya bunda yang
tiba-tiba muncul dari depanku. Nana langsung ngumpet dibelakang bunda. Ih bunda
pasti akan menyalahkan aku. Bunda memang selalu begitu.
Nana merobek majalah bunda, kataku
menjelaskan. Aku berharap bunda akan membelaku dan memarahi nana. Nggak bunda,
nana gak merobek majalah. Nana Cuma mau melihat gambarnya sebentar, tapi gak
boleh sama kak arel, jawab nana sambil membela diri. Ia masih berlindung di
belakang bunda.
Arel, kenapa kamu melarang nana
membaca majalah? Tanya bunda langsung menyalahkan aku. Tuh kan, bunda
menyalahkan arel lagi, kataku kesal. Bunda jahat, selalu nana yang dibela.
Arel, kok, arel bilang bunda jahat?
Bunda gak membela siapa-siapa. Bunda sayang kok sama kalian berdua. Bunda gak
mau kalian bertengkar. Kalian kan bersaudara sesama saudara tidak boleh
berantem, kata bunda mencoba menenangkan aku.
karena aku terlanjur kesal padannya. Hamid adalah teman sekolahku yang
berada duujung jalan. Mungkin dengan bermain kerumah hamid, aku gak kesal lagi
sama bunda.
Setelah aku sampai kerumah hamid aku
langsung diajaknya untuk melihat ayam-ayamnya. Nama mereka jalu dan jala.
Mereka kakak beradik, kata hamid memperkenalkan dua ekor ayam peliharaanya
padaku.
Hamid memang senang memelihara ayam.
Ia pandai membuat kandang ayam dari bambu. Akh, aku sangat kagum pada hamid.
Bagaimana kamu bisa membedakan antara jalu sama jala? Tanyaku penasaran. Aku
tidak melihat ada perbedaan diantara kedua ayam itu. Hamid tersenyum sambil
menaburkan makanan buat kedua ayam itu. Gampang, kok, membedakan mereka,rel!
jawab hamid sambil menangkap salah satu ayamnya. Aku tahu ini jalu, karena dia
sangat kuat. Kalau makan, ia selau ingin menang sendiri. Ia akan mematuk jala,
setiap kali aku member makan pada mereka. Ayam yang lebih tua pasti lebih kuat.
Nah jadi, dialah jalu, sikakak dan itu jala adiknya.
Oh…, aku manggut-manggut kagum. Aku
sering kasihan melihat jala, kata hamid. Dia jarang mendapat makanan, karena
dikuasai oleh jalu. Sewbagai kakak, jalu merasa dirinya lebih kuat. Padahal
seharusnya dia mengalah pada pada jala, adiknya.
Oh, iya seharusnya begitu, kataku menimpali.
Aku merasa seolah-olah hamid sedang menyindir aku. Padahal aku yakin hamid
tidak bermaksud begitu. Hamid kan tidak tau kalau aku sering bertengkar dengan
nana dan ingin selalu menang sendiri.
Mungkin benar kata hamid, sebagai
seorang kakak, seharusnya aku mengalah pada adikku. Aku juga ingat kejadian
dirumah tadi, saat aku dan nana berebutan
majalah yang telah dibeli oleh ibu. Aku ingin membaca buku terlebih
dahulu, tanpa mempedulikan nana yang ingin melihatnya juga.
Sebagai kakak, seharusnya aku
mengalah. Akh, tiba-tiba aku merasa bersalah dan aku ingin pulang untuk minta
maaf pada bunda. Tadi aku sudah membenci nana dan bunda. Ini bukan salah bunda,
juga nana. Ini salahku. Aku tidak mau jadi jalu, ayam hamid yang ingin menang
sendiri. Aku kemudian pamitan pulang pada hamid. Temanku itu heran melihat aku
yang cepat-cepat pulang. Padahal biasanya aku bisa berlama-lama main
dirumahnya.
Ada masalah yang harus aku
selesaikan, kataku pergi tanpa mempedulikan keheranan hamid hamid lagi. Aku
hanya ingin cepat-cepat sampai di rumah menemui bunda dan nana.
Sesampai dirumah aku langsung minta
maaf pada mereka. Merekapun hanya tersenyum memandang aku dan langsung
memaafkanya. Hari demi hari telah berlalu aku sekarang tidak menjadi orang
pemarah lagi, mala mini kami makan bersamma sekeluarga akupun menyampaikan usul
yang sudah ada dalam hatiku tapi aku tidak berani mengatakannya, dan malam itu
aku memberanikan diri untuk berbicara kepada mereka, ayah, bunda dan hana
bagaimana kalau dirumah kita memelihara ayam.
Tanpa aku berbicara panjang lebar
mereka langsung menyetujuinya, akupun sangat senang. Pagi ini ayah pergi
kepasar dan langsung membeli sepasang ayam, hatikupun sangat gembira, aku
memberi nama mereka sama seperti ayam punya hamid yaitu jalu dan jala. Kami
sekarang hidup rukun dan tidak ada pertengkaran lagi.
Sehabis pulang sekolah kami langsung
melihat ayam-ayam peliharaan kami, ayam yang bernama jalu itu punya ku dan ayam
yang bernama jala itu milik nana. Setiap hari aku memberi makan padanya dan
memandikannya. Suatu hari jala sangat bingung sekali dia berputar-putar
mengelilingi kandangnya, kamipun bingung apa yang terjadi pada jala.
Akhirnya jala masuk kedalam kandang
dan apa yang terjadi, rupanya jala sedang bertelur. Kami sekeluarga sangat bahagia
melihat ayam-ayam kami yang tumbuh begitu cepat dan berkembangbiak sangat cepat
juga.
Suatu malam tiba, malam ini kelihatan sangat hening sekali dan sangat
sepi. Rupanya disamping rumahku ada orang yang mengintai dan ingin masuk
kedalam, tapi kedua ayamku begitu baik padaku, mereka berdua memberi kode
kepadaku, dia berteriak sangat keras secara terus menerus akupun sangat
terkejut dan bangun dari tidurku.
Akhirnya aku memutuskan untuk melihat kedua ayamku dan apa yang terjadi
rupanya jendela kami sudah terbuka begitu lebar. Akupun sadar rupanya ayam-ayam
tadi telah memberitahu keluarga kami tentang bahaya yang akan terjadi pada
kami. Kami sekelurgapun sangat berterimakasih pada ayam-ayam kami dan akhirnya
kami memberi nama mereka jalu dan jala sang penyelamat atau sang pahlawan.
Setelah kejadian itu aku sangat sayang pada mereka.
Pertemanan di Tengah Perbedaan
Oleh :
M. Rino Raharjo (06101413061)
Saya
mempunyai dua ekor hewan peliharaan yang berbeda jenis .Yang satu seekor kucing
namanya Rubi .Dan yang satunya seekor
anjing namanya Angma .Walaupun berbeda jenis keduanya telah berteman sejak
lama. Dan selalu terlihat bersama.Dimanapun mereka berada.Keduanya mempunyai
satu kesamaan yaitu suka bernyanyi dengan suara merdunya . Meskipun demikian keduanya mempunyai sifat
yang berbeda .Rubi adalah seekor kucing betina yang rendah hati ,jujur dan suka
menolong .Sedangkan Angma adalah seekor anjing yang mempunyai sifat
sombong,serakah,angkuh tetapi setia .Disuatu ketika disaat malam mulai larut
.Terdengar suara gaduh dari arah dapur .Ternyata Angma mengetahui dan terlihat
sedang mengejar seorang maling. Walaupun telah berlari dengan kencang .Akhirnya
pencuri yang malang tersebut berhasil ditangkap .
Keesokan
harinya ,betapa terkejutnya pemilik rumah ketika Angma .Anjing kesayangannya
berhasil menangkap pencuri tersebut .Dan ( seketika itulah pemilik rumah langsung memberikan pujian kepada Angma ).
“Anjing pintar,”
kata majikan sambil mengelus kepala Angma .
Angma pun mulai bertingkah
sombong .Atas keberhasilannya menangkap pencuri .Ia selalu menghina Rubi .
“Dasar kucing bodoh .Apa yang bisa kau lakukan dirumah ini? Kucing yang tidak berguna”. Karna tidak tahan dengan
segala hinaan Angma .Akhirmya rubi pun memutuskan untuk pergi berkelana
meniggalkan rumah.setelah beegari-hari berjalan menyelusuri sungai dan jalan
setapak .Akhirnya tibalah Rubi di sebuah hutan yang cukup lebat . Karna
,berjalan dengan cukup jauh Rubi pun mulai merasakan lelah dan haus. Ia pun
mulai mencari sumber air yang ada didalam hutan .Setelah mencari kesana kemari
akhirnya .Rubi pun menemukan sumber mata
air di sebuah danau tengah hutan .Rubi pun langsung meminum air danau tersebut
hingga tenggorokannya terasa segar kembali .
(waktu pun mulai
berlalu, hingga tak terasa malam pun mulai larut)
(Dalam kesunyian
malam .terdengar suara raungan yang
sangat menakutkan)
“Tiba-tiba “
keluarlah seekor harimau besar dan buas
dari balik sebuah pohon .Yang siap menerkam Rubi .Rubi pun terkejut dan
seketika itulah ia berlari dengan kencangnya
untuk menghindari Harimau tersebut. Ketika sedang berlari sialnya kaki
Rubi tersandung pada sebuah akar pohon hingga ia terjatuh .dan Harimau tersebut
berhasil mengejarnya .
Sementara
itu,Angma yang sekian lama hanya tinggal
sendirian bersama majikannya .selalu teringat dan merasa sangat bersalah sekali
terhadap Rubi .pada suatu hari ia pun memutuskan untuk meminta izin kepada
majikannya dan bergegas mancari Rubi .Ia pun pergi berkelana hingga sampailah di sebuah perkampungan .Angma pun segera bertanya kepada salah
seorang panduduk sekitar.
( Maaf,pak .Apa
bapak melihat seekor kucing bernama Rubi.Yang mempunyai suara merdu? )
˖Oh,kucing
ya.beberapa hari yang lalu saya melihat seekor Kucing sedang berjalan kearah
hutan.
-Baiklah, kalau
begitu terima kasih pak.
(Akhirnya Angma
pun berjalan setapak menuju kearah hutan)
Dan setelah
bermil-mil jauhnya berjalan . sampailah ia disebuah pinggiran hutan.
(sementara itu
Rubi yang terjatuh .Akhirnya berteriak meminta tolong ).
“Tolong-tolong
”. (Rubi berteriak dengan suara yang sangat keras) .
Mendengar
teriakan Rubi. Angma pun dengan cepat bergegas menuju ke arah suara tersebut
.setelah berhasil menemukan Sumber suara Angma pun melihat seekor Harimau besar
.Siap menerkam Rubi .Tanpa pikir panjang seketika itulah Angma pun langsung
menolong Rubi .Keduanya terlihat berkelahi hingga tampak Harimau tersebut
terluka parah .
Rubi yang
ketakutan langsung mengambil sebuah
kayu untuk membantu mengusir Harimau
tersebut .
“ bluk “. (Rubi memukul Harimau tersebut
dengan kayu ).Setelah berjam–jam berkelahi akhirnya harimau tersebut menyerah
dan pergi meniggalkan keduanya
(Setelah keadaan
belangsung normal .Rubi pun segera menghampiri Angma untuk menanyakan keadaannya )
Angma bagaimana
keadaanmu ?Apakah kau terluka?.Tidak ,apa-apa.Aku hanya terluka sedikit
saja .(Sambil menangis ). Angma pun
memohon maaf atas segala kesalahannya dan memintanya untuk kembali pulang ke rumah .Rubi pun akhirnya mau memaafkan
kesalahan Angma ia juga menerima ajakan Angma untuk kembali ke rumah majikannya
. (Hari mulai senja )
Mereka pun mulai
bergegas pulang .Setelah sampai di rumah. Dengan segera Rubi mengambil
perban mengobati luka Angma. Rubi pun berkata, ini pasti sakit
.Tahan sebentar ya!
Auuwww, sakit
(teriak angma).
(Dengan menahan
rasa sakit) .angma pun berkata , aku telah jahat kepadamu .Kenapa kau mau
mengobati lukaku ?
Ah ,sudahlah
.kau telah menyelamatkan ku dari terkaman harimau .Anggap saja ini sebagai
balas budiku . Rubi pun merawat Angma hingga sembuh. Atas kejadian tersebut akhirnya mereka pun
berteman kembali .
(Beberapa bulan
berlalu semenjak kejadian itu terjadi ). Lembaran baru mulai kembali diurai .
Dihari-hari
biasanya mereka kembali terlihat
bersama. bermain-main, melompat dan berkejaran dihalaman tempat mereka tinggal .Dan hingga
pada suatu hari Rubi bertemu dengan seekor kucing jantan milik tetangga
.Namanya halmo ia sangat tampan . (Dalam hati Rubi)
Demikian juga
halmo berkata dalam hati. “ Wah,ia
kucing yang baik hatinya dan cantik rupa nya
.”Dimanakah ia tinggal ?
Jika sedang
bertemu mereka saling memberi senyum
.Ia pun bertekat memberanikan diri menemui nya .Hingga pada suatu hari
datanglah Halmo menghampiri Rubi .
-Hai,kucing
cantik .Bolehkah aku berkenalan dengan mu ? Ya , tentu (jawab Rubi) .
-Siapakah namamu
dan dimana kamu tinggal? (Tanya halmo)
-Namaku Rubi
.Aku tinggal bersama teman anjingku yaitu Angma. serta majikanku di rumah
sebelah. Oh,ya kamu sendiri siapa ?
-Namaku halmo
,aku juga baru tinggal beberapa hari disini bersama majikanku.senang bisa
berkenalan denganmu .
( Tak terasa matahari mulai tenggelam hingga waktu pun semakin
sore)
-Maaf, ya halmo aku harus segera pulang jika
terlambat nanti Angma akan khawatir dan mencariku.
( Rubi pun
bergegas pulang dan meninggalkan halmo)
Setelah pulang
.Ia pun bergegas masuk kedalam rumah dalam keadaan penuh riang dan senyum. Angma yang heran dengan tingkah Rubi lalu
bergegas mendatangi Rubi dan bertanya .
-Aku lihat kau
tampak aneh hari ini .Apa yang terjadi denganmu ?
-tidak apa-apa
Angma ,hari ini aku tampak senang sekali. Karena bisa berkenalan dengan kucing sebelah yang baik
hati .Ia ramah sekali kepadaku
-Ah,syukurlah
aku sangat senang mendengarnya. Jika kau bahagia aku turut bahagia .
Terima kasih,
Angma kau memang teman baik ku.
-Ya aku janji
Rubi. akan membantumu jika kau membutuhkan pertolonganku untuk menebus
kesalahan di masa lalu .
(Keesokan
harinya Rubi dan halmo kembali berjumpa ,hingga mereka semakin akrab).
(setelah
berkali-kali bertemu dan saling mengenal. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk
menikah) Beberapa bulan kemudian akhirnya mereka pun menikah dan melahirkan
seekor bayi kucing yang lucu dan diberi nama bobo . Rubi pun akhirnya dapat
hidup berbahagia keluarga dan sahabatnya Angma setelah berhasil menghadapi
serangkaiyan masalah dengan penuh ketabahan .
Moni, Monyet yang Licik
Oleh
: Liza Monika (06101413063)
Ada sepasang
anak yang bernama lili dan lulu,lili mempunyai hewan peliharaan monyet diberi
nama moni,dan lulu mempunyai hewan peliharaan katak,pada sore itu angin
berhembus sepoi-sepoi. Moni duduk di dahan sambil mengantuk. Tiba-tiba perutnya
berbunyi keroncongan dan terasa lapar. Ia membayangkan betapa enaknya bila
makan buah-buahan. Tetapi ia kemudian tersentak mengingat kata-kata temannya.
Ia dikatakan sebagai si Serakah, si Rakus, si Tukang Makan, dan sebagainya.
Bahkan ia terngiang kata-kata pak tani yang memarahinya. "Awas, kalau
mencuri lagi! Kubunuh, Kau! Kalau kau ingin makan buah-buahan tanamlah sendiri!
Bekerja dan berusahalah dengan baik!" kata petani dengan geram dan kesal.
Bulu kuduknya berdiri ketika ia teringat pernah dipukuli ketika mencuri pisang
dan mangga di kebun pak tani.
Moni kemudian berpikir bagaimana
cara mendapatkan makanan agar tidak dimarahi orang. "Ah, lebih baik saya
mencari sahabat karibku! Mudah-mudahan ia dapat membantuku," kata Moni
dalam hati. Ia kemudian turun dari pohon dan berjalan mencari katak sahabat
karibnya. Setibanya di pematang sawah, sambil bernyanyi ia memanggil sahabat
karibnya tersebut.
"Pung... ketipung ... pung!
He... he... he...! Katak sahabatku, mengapa engkau sudah lama tak muncul? Ini
sahabatmu datang! Saya rindu sekali padamu! Muncullah ... muncullah!"
Mendengar nyanyian tersebut katak muncul sambil bernyayi "Teot... teot!
Teot... teblung! Ini aku si Katak datang!" Aku juga rindu padamu.
Bagaimana aku muncul, bila kau sendiri tak muncul?" Kedua binatang
tersebut kemudian berbincang-bincang untuk melepaskan kerinduannya. Pada
kesempatan itu juga si Monyet menyampaikan maksudnya.
"Katak sahabatku, bagaimana
kalau kita bekerja sama untuk menanam buah-buahan," ajak monyet.
"Wah, saya setuju sekali. Tetapi buah apa ya yang paling enak dan paling
mudah ditanam?" jawab Katak. "Lebih baik kita menanam pisang saja!
Bibitnya mudah didapat dan cara menanamnyapun mudah, bagaimana?" kata
monyet sambil bertanya. "Baiklah, saya akan mencari bibitnya. Biasanya
banyak batang pohon pisang yang hanyut di sungai. Mari kita ke tepi
sungai!" jawab katak sambil mengajak monyet. Mereka kemudian ke tepi
sungai sambil berbincang-bincang dengan akrabnya. Sesampainya di tepi sungai ia
bermain-main sambil menunggu bila ada batang pisang yang hanyut. Benar juga!
Tak lama kemudian ada sebatang pohon pisang yang hanyut.
"Nah, itu dia!" Teriak
katak sambil menunjuk batang pisang yang hanyut. "Mari kita seret ke
tepi!" ajak moni. "Mari!" jawab katak. Mereka terjun ke sungai
dan menyeret batang pisang ke tepi sungai. Sesampainya di tepi, mereka angkat
batang pisang itu ke daratan. Mereka kemudian menunggu kalau ada batang pisang
yang hanyut lagi tetapi tak kunjung datang. "Menunggu itu
membosankan," kata monyet menggerutu. "Ya, kalau begitu besok kita ke
sini lagi! Kita tunggu bila ada batang pisang yang hanyut lagi! Yang ini
untukku," kata katak sambil memegang batang pisang. "Ah, jangan
curang! Ini milik kita berdua. Dari pada menunggu sampai besok sebaiknya kita
bagi saja batang pohon pisang ini sekarang," kata monyet.
"Baiklah, kita potong saja
batang pohon pisang ini menjadi dua. Kamu bagian bawah sedang saya yang bagian
atas" kata katak. "Ah, jangan curang! Yang dapat berbuah kan bagian
atas! Saya sangat memerlukan buah itu dari pada kamu. Nanti yang bagian bawah
juga dapat berbuah," kata monyet membujuk katak. "Baiklah, kita kan
bersahabat. Seorang sahabat haruslah saling mengerti dan saling menolong. Kita
tidak boleh bertengkar hanya karena perkara kecil. Bawalah yang bagian atas!
Saya cukup yang bagian bawah saja," kata katak penuh perhatian. Mereka
akhirnya membawa bagian masing-masing ke hutan. Moni membawa batang pisang
bagian atas dan katak bagian bawah untuk ditanam.
Setiap sebulan sekali monyet
mengunjungi katak. Mereka saling menanyakan tanamannya. "Bagaimana tanaman
pisangmu?" tanya moni. "Ha... ha..., lihat saja itu! Subur bukan?!
Tanamanku sangat subur. Daunnya begitu lebat." Jawab katak sambil
menunjukkan tanamannya. "Bagaimana dengan tanamanmu?" tanya katak
lebih lanjut. "Wah..., tanamanku juga demikian!" jawab moni
membohongi temannya. Ia bohong karena tanamannya sudah mati. Batang bagian atas
tak mungkin hidup bila ditanam. Bulan berikutnya moni datang lagi. Ia bertanya
kepada katak tentang tanamannya. "Bagaimana tanamanmu?" tanya moni.
"Wah, tanaman pisangku
sangat subur, dan sekarang sudah berbuah. Bagaimana pula tanamanmu?" jawab
katak sambil menanyakan tanaman si Moni. "Demikian juga tanamanku, sudah
berbuah. Bahkan buahnya besar-besar," jawab moni berbohong. Mereka kemudian
berbincang-bincang sambil bergurau. Setelah selesai, moni kembali ke hutan.
Pada kunjungan berikutnya ternyata buah pisangnya sudah masak tetapi katak
tidak dapat memetiknya karena tidak dapat memanjat pohon pisang tersebut.
Katakpun meminta bantuan kepada moni yang sedang berkunjung. "Moni, tolong
petikkan pisangku yang sudah masak itu!" pinta katak kepada moni.
"Wah, dengan senang hati,
mari kita ke sana!" jawab moni sambil mengajak katak. Monipun segera
memanjat pohon pisang dan sesampainya di atas ia segera memetik dan mencoba
memakannya. "Wah, ranum benar pisangmu!" teriak moni dari atas pohon
pisang. "Hai moni, jangan kau makan sendiri saja. Cepat petikkan sesisir
dulu untukku" teriak katak sambil memohon. "Ya, nanti dulu! Aku belum
selesai memakannya. " sahut moni. Satu, demi satu dimakannya pisang
tersebut oleh moni, setiap katak meminta ada saja jawaban si Moni. Katak tak
pernah diberi. Bahkan si Katak hanya dilempari kulitnya.
"Kamu lebih baik makan
kulitnya saja, Tak! Ini bagianmu, terimalah! kata moni. Katakpun berang
dilecehkan oleh moni. Ia pun berkata dalam hati untuk memberikan pelajaran
kepada moni yang serakah tersebut. "Baiklah, habiskan saja pisangku. Aku
sudah tak berminat lagi. Aku sudah kenyang makan nyamuk. Makanan utamaku kan
nyamuk, bukan pisang seperti makananmu." kata katak dengan kesal.
"Ha... ha... ha..., katak-katak..., salahmu sendiri kamu tak dapat
memanjat. Kamu hanya dapat meloncat-loncat saja. Coba perhatikan saya! Saya
dapat berjalan, meloncat dan memanjat. Makanankupun lebih banyak jenisnya
daripada kamu. Kamu lebih baik makan nyamuk saja. Pisang ini sebenarnya untukku
bukan untukmu," kata moni dengan congkak.
"Dasar moni serakah!
Sudahlah, jangan banyak bicara! Cepat habiskan saja pisangku! Sebentar lagi
batangnya akan saya tebang," kata katak dengan marah. Selesai berbicara
katakpun mulai menebang batang pohon pisangnya. Moni segera mempercepat
makannya. Tak terasa ia mulai kenyang dan mengantuk. Batang pohon pisang mulai
bergoyang dan akan roboh tetapi moni tak dapat menahan kantuknya. Lebih-lebih
goyangannya batang pohon pisang dianggapnya sebagai ayunan yang meninabobokkan.
Akhirnya ia jatuh. Perutnya terkena ujung pohon kayu kering yang runcing dan
badannya tertimpa batang pohon pisang,akhirnya si moni terluka,lalu katak
merasa bersalah ia segera mengobati perut si moni,akhirnya moni sadar karena
sudah serakah dan segera minta maaf kepada katak.
Kisah
Bunga
Sepatu, Bunga Mawar, dan Kupu-kupu
Oleh: Rani Yusnani
Malau (06101413064)
Dahulu kala di sebuah taman yang kecil, hiduplah sekumpulan, ulat dan beberapa bunga, yakni bunga
sepatu dan bunga mawar. Pada awalnya mereka semua bersahabat. Sampai suatu
hari, sekuntum bunga mawar bernama Okit dengan sombongnya berkata.
“Hei para ulat ! Jangan terus
memakani daun kami !”
“Ya benar ! Lihat..daun-daun kami
jadi rusak, pergi kalian dari taman ini !” sahut bunga mawar lainnya.
Ulat-ulat merasa sangat sedih.
Mereka memang memakani daun-daun bungadi taman itu. Tetapi jika mereka tidak
makan, tentu mereka akan mati kelaparan. Akhirnya dengan kerendahan hati mereka
berniat pergi dari taman itu. Namun sekuntum bunga sepatu mencegahnya.
“Hei, kalian jangan pergi,” kata
Rena si bunga sepatu kepada ulat, “kalian boleh memakan daun kami para bunga
sepatu di taman ini”.
“Benar, kami rela membagi daun kami
kepada kalian,” ucap bunga sepatu lainnya.
Ulat pun sangat
berterima kasih atas kebaikan bunga sepatu dan berkata.
“Terimakasih, kalian telah menolong
kami.”
“Sama-sama Hili. Sudah seharusnya
kita saling berbagi di hidup ini.”jawab Rena si Bunga sepatu dengan senyuman.
Akhirnya di taman itu bunga mawarlah
yang paling indah karena daun mereka utuh. Terkadang beberapa mawar mengejek
bunga sepatu yang daun-daunnya bolong akibat dimakani ulat. Tetapi para bunga
sepatu menghiraukan ejekan dan hinaan dari bunga mawar yang daunnya tidak
bolong-bolong. Bunga sepatu setiap hari membiarkan kesepuluh ulat tersebut
memakan daunnya. Mereka tidak merasa terganggu oleh gunjingan para bunga mawar.
Suatu ketika, seorang manusia
mendatangi taman itu.Dia mengitari taman itu. Melihat satu persatu bunga-bunga
itu mulai dari bunga sepatu sampai bunga mawar yang terlihat ketakutan.
Berdirilah ia tepat di kawanan bunga mawar sambil memperhatikan lebih dekat
lagi bunga itu. Dia berkata.
“Aku akan mengambil beberapa bunga
di sini. Oh tidak….bunga-bunga sepatu ini daunnya dimakani ulat. Aku ambil lima
bunga mawar ini saja, daun-daunnya masih bagus,”
Lalu manusia itu mencabut lima bunga
mawar dari taman itu dan pergi. Taman itu berduka, khususnya bunga mawar.
Mereka kehilangan lima anggota. Sekuntum bunga sepatu tiba-tiba berbisik kepada
ulat.
“Kami harus berterimakasih kepada
kalian. Kalau daun kami tidak dimakani kalian, mungkin kami juga diambil oleh
manusia seperti lima bunga mawar itu.”
Ulat pun hanya
membalas dengan senyuman. Tetapi ada kesedihan juga yang dirasakan para ulat
dan bunga sepatu. Melihat kejadian yang tengah ditimpa oleh kawanan bunga mawar
di taman itu.
Di taman itu kini hanya tersisa lima
bunga mawar. Mereka berlima takut akan diambil juga oleh manusia. Akhirnya
mereka menyadari kesombongannya dan berkata.
“Kalian para ulat , kami mohon
maafkalah kesombongan kami. Kalian sekarang boleh memakan daun kami. Kami takut
akan dicabut dari tanah seperti kelima saudara kami.”
“Tapi mawar, daun itu memang milik
kalian, hak kalian untuk memberikannya kepada kami atau tidak,” tukas Hili, si
ulat jantan.
“Tidak ulat, sungguh kami sangat
menyesal,” ucap Okit,”Sudah seharusnya kami memberikan daun-daun kami untuk
kalian makan. Bukankah sesame makhluk hidup kita harus saling tolong-memolong?”
Rena si bunga sepatu menjawab.
“Itu benar Kit. Bisa-bisa beberapa
waktu ke depan bunga-bunga di sini akan harus dicabuti oleh manusia.”
Setelah mendengar perkataan kedua
bunga itu ulat-ulat sangat terharu dan seekor ulat menjadi semangat untuk
berkata.
“Terimakasih para bunga, kalian
sangat baik kepada kami,” teriak Hili berkaca-kaca, “kelak kami akan membalas
jasa kalian!”
Beberapa hari berlalu, setelah ulat
memakan daun-daun bunga mawar dan bunga sepatu, mereka bersepuluh berubah
menjadi kepompong. Dalam beberapa minggu kepompong menetas dan ulat-ulat itu
berubah menjadi kupu-kupu yang sangat indah. Para bunga takjub melihat
perubahan itu, dan salah satu dari mereka berkata.
“Wah…kalian telah berubah wujud !
kalian kini bersayap dan indah sekali!”
“Terima kasih,” kata Hili yang kini
telah menjadi kupu-kupu, “sekarang kami
akan memenuhi janji kami, kami akan membalas jasa kalian.”
“Kami juga sangat berterima kasi
pada kalian, kalian begitu baik ingin membantu kami dalam menebarkan benih
kami.”lanjut Okit dengan berkaca-kaca
“Tidak perlu sungkan, sudah menjadi
kewajiban kami Okit, menolong kalian dalam menebarkan benih kalian di taman ini
supaya kalian tetap dapat mempertahankan kelestarian kalian” jawab Hili dengan
tersenyum manis.
Sepuluh kupu-kupu itu menolong bunga
menyebarkan benihnya. Mereka menggunakan kemampuan terbangnya untuk menyebarkan
benih-benih bunga mawar dan bunga sepatu secara merata di taman itu.
Bunga-bunga sangat berterima kasih kepada kupu-kupu. Kini kupu-kupu tidak lagi
mendapatkan daun dari dari bunga, tetapi madu yang sangat manis dan lebih enak
daripada daun.
Berkat pertolongan sepuluh
kupu-kupu, beberapa minggu kemudian jumlah bunga di taman itu bertambah. Kini
di taman itu terdapat ratusan bunga mawar dan bunga sepatu. Kehidupan di taman
itu menjadi penuh dengan kebahagiaan.
Namun di tengah kebahagiaan itu,
tiba-tiba seorang manusia kembali
dating. Seluruh penghuni taman itu pasrah jika ada bunga yang akan dicabut lagi
oleh manusia itu.
“Kenanglah taman ini meskupun kalian
dicabut olehnya !” teriak Okit kepada seluruh bunga.
Perkataan Okit itu menguatkan hati
para bunga untuk tetap kuat. Ketika mereka sudah siap menerima keadaan, manusia
itu justru berkata.
“Oh…Tuhan, taman ini sekarang indah
sekali ! Bunga-bunganya jauh lebih banyak dan sekarang ada kupu-kupu yang
mengitarinya. Aku akan menjaga bunga-bunga ini agar tetap tertanam dan
menyiraminya setiap hari.”
Manusia itu kemudian pergi tanpa mencabut
sekuntum bunga pun. Seluruh penghuni taman itu bersorak-sorai gembira karena
tidak ada yang berpisah.
Setiap hari
manusia itu datang dan merawat seisi bunga yang ada di taman itu. Mulai dari
menyirami dan member pupuk kepada bunga-bunga itu. Terlihat sekali bunga-bunga
di taman itu setiap hari bertambah dan mereka subur-subur berkat perawatan dari
manusia itu dan berkat bantuan para kupu-kupu dalam menebar benih di taman
itu.Seluruh bunga mawar, bunga sepatu, dan kupu-kupu kini hidup bahagia. Sampai
saat ini, itulah alasan mengapa kupu-kupu mau menyebarkan benih bunga, yaitu
untuk membalas jasa bunga yang telah memberi mereka daun.
Kerbau dan Putri Bambu
Oleh : Mia Trianza (06101413065)
Zaman dahulu hiduplah seekor kerbau
yang mempunyai tiga anak manusia. Semua anaknya perempuan. Anaknya yang pertama
bernama Putri Lebak, anaknya yang kedua Putri Penengah, dan anaknya yang bungsu
bernama Putri Rinduwati. Kerbau itu menitipkan anaknya ke masing-masing bambu
muda.
Seiring
bertambahnya waktu, bambu tersebut membesar dan anak-anak kerbau pun menjadi
dewasa. Mereka juga masing-masing mempunyai bambu.
Suatu
hari si kerbau mencari tiga anaknya untuk melepas kerinduannya. Si kerbau
mencari anaknya Putri Lebak. Ia bertanya dengan seorang petani yang sedang
bekerja di sawah.
“Wahai
petani, di mana anak pertamaku Putri Lebak?”
“Di sana, di bambu yang besar.
Di sana Putri Lebak tinggal
bersama suaminya,”jawab petani.
“Terima kasih,”jawab si
kerbau.
Segera kerbau menemui Putri
Lebak di dekat bambu yang besar.
“Putri Lebak, Putri Penengah,
Putri Rinduwati,”
bertutur kerbau dengan nada
sangat lembut sambil berjalan menuju tempat Putri Lebak.
Setelah sampai di bambu yang
besar tempat Putri Lebak. Si kerbau masuk ke rumah Putri Lebak.
“Anakku Putri Lebak, apa
kabarmu?”
“Siapa kau?”tanya Putri Lebak
sambil melotot.
“Aku ibumu, anakku. Aku sangat
rindu padamu.”
“Bohong!”teriak Putri Lebak
dengan kasar.
“Benar anakku, aku ibumu.”
“Tidak mungkin!
Tidak mungkin aku mempunyai
ibu yang jelek seperti kamu!”
“Demi Tuhan anakku, Ibu tidak
bohong.
Aku Ibumu. Ibu yang
melahirkanmu,”jawab si kerbau sambil menangis.
“Pergi kau dari hadapanku.
Aku tidak sudi punya ibu
seekor kerbau jelek sepertimu,”
hardik Putri Lebak.
Si kerbau mencoba bertahan di tempat Putri
Lebak. Melihat si kerbau tetap bertahan, Putri Lebak mengambil batu yang besar
dan langsung melemparkan batu besar tersebut ke kepala ibunya. Sambil merasakan
kepedihan yang dalam, kerbau pergi dari tempat anaknya.
Kerbau
pun melanjutkan perjalanannya mencari putri keduanya, yakni Putri Penengah.
Dalam perjalanannya, kerbau bertemu dengan seorang nelayan.
“Wahai nelayan.
Di mana anakku Putri
Penengah?”tanya si kerbau kepada nelayan tersebut.
“Putri Penengah ada di bambu
yang besar.
Di sana ia hidup dengan
suaminya,”jawab nelayan.
“Terima
kasih.”kata si kerbau.
Tanpa
membuang waktu kerbau langsung pergi menemui Putri Penengah. Sambil berjalan
menuju tempat Putri Penengah, kerbau kembali bertutur dengan nada sangat
lembut.
“Putri
Lebak, Putri Penengah, Putri Rinduwatiku.”
Setelah
lama berjalan, sampailah si kerbau di bambu yang besar tempat Putri Penengah
tinggal.
“Putri
Penengah anakku.
Bagaimana kabarmu?”
“Siapa
kau?”
“Aku
Ibumu, anakku.”
“Bohong!
Aku tidak punya ibu
sepertimu.”
“Benar
anakku, aku Ibumu.”
“Jangan
membual.
Enyahlah kau sekarang.
Aku
tidak punya ibu seekor kerbau, bau, dan jelek sepertimu!”
Teriak
Putri Penengah sambil melemparkan sebuah batu besar. Batu besar yang dilempar
Putri Penengah tepat mengenai kepala si kerbau. Darah segar langsung mengucur
deras dari kepala si kerbau.
Dengan
hati yang sedih dan sambil menahan sakit karena luka di kepalanya ia pun pergi
dari tempat anaknya Putri Penengah. Si kerbau merasakan luka di kepalanya
sangat sakit. Namun, sakitnya tidak seberapa dibandingkan sakit hatinya karena
perlakuan kedua anaknya.
“Alangkah malang nasibku ini,
kedua anakku sedikitpun tak mau mengakuiku sebagai ibunya.”ucap si kerbau
sambil menangis.
Si
kerbau pun melanjutkan perjalanan mencari anak ketiganya, Putri Rinduwati.
Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang yang sedang menjemur padi.
“Wahai
seorang penjemur padi.
Di manakah anakku Putri
Rinduwati?”
“Putri
Rinduwati ada di bambu yang besar di sana.
Ia
hidup dengan suaminya.”
“Terima
kasih,”ucap si kerbau senang.
“Ya,
sama-sama Ibu Kerbau.”
Si
kerbau pun langsung pergi menuju tempat Putri Rinduwati. Dalam perjalanannya,
kerbau kembali bertutur dengan lemah lembut.
“Putri Lebak, Putri Penengah, Putri
Rinduwatiku.”
Cukup
lama ia berjalan hingga sampailah ia setelah sampai di bambu yang besar tempat
putrinya., Putri Rinduwati. Mendengar ibunya menyebut namanya, Putri Rinduwati
pun mendekati si kerbau.
“Ibu,
aku sangat merindukan Ibu.”
“Anakku,
ibu bersyukur sekali karena telah menemukanmu.
Ibu
bahagia kau masih mengenali ibumu.”
“Sudah lama aku mencari ibu,
tapi tak satu pun orang yang tahu keberadaan ibu, termasuk kedua saudaraku.”
“Bukan maksud ibu untuk
meninggalkan kalian di dalam setiap bambu-bambu itu. Ibu tidak ingin kalian
menderita bila hidup bersama ibu.”
“Ibu jangan bicara seperti
itu!”
Segera dibersihkannya
darah-darah yang mengalir dari kepala si kerbau. Luka di kepala si kerbau
segera diobatinya. Putri Rinduwati sangat menyayangi si kerbau. Sikapnya sangat
berbeda dengan kedua saudaranya.
“Anakku, Rinduwati, kau
sungguh berhati mulia.
Ibu akan selalu mendo’akanmu
agar kau selalu bahagia.”kata kerbau.
“Ibu...!”ucap Putri Rinduwati.
“Anakku kau sangat berbeda
dari dua saudaramu. Hati mereka seperti
batu. Ibu sangat sakit sekali diperlakukan seperti itu.”ucap kerbau.
“Semoga Lebak dan Penengah
cepat menyadari atas perlakuannya terhadap ibu.”jelas Putri Rinduwati.
Ia tidak pernah bersikap
kurang ajar dengan ibunya. Beberapa bulan kemudian si kerbau, yakni ibunya
meninggal dunia. Semua orang yang tinggal di dekat bambu datang menghibur Putri
Rinduwati. Hanya yang tidak terlihat di rumahnya adalah kedua saudaranya. Putri
Rinduwati dan semua orang sangat kecewa dan marah atas perbuatan Putri Lebak
dan Putri Penengah terhadap ibunya.
Suatu
hari setiap orang lewat di depan bambu milik Putri Lebak, mereka mengisi bambu
besar tersebut dengan kotoran-kotoran hewan dan batu-batuan. Karena terlalu
banyak, bambu tersebut jatuh dan menimpa rumah Putri Lebak.
Demikian
juga ketika orang-orang lewat di depan bambu milik Putri Penengah. Orang-orang
menganggap bambu milik Putri Penengah sangat jelek hingga mereka mengisi bambu
tersebut dengan kotoran-kotoran hewan dan batu-batuan. Bambu tersebut pun jatuh
dan menimpa rumah Putri Penengah.
Sementara
itu, orang-orang pun lewat di depan bambu milik Putri Rinduwati. Mereka mengisi
emas dan uang ke bambu tersebut. Semua ini adalah balasan bagi Putri Rinduwati
yang berbakti pada ibunya. Sedangkan balasan yang jahat menimpa Putri Lebak dan
Putri Penengah yang durhaka pada ibunya.
***
Nyonya Jessi dan si Monyet
Oleh : Selvi Tri
Yunita (06101413066)
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang nenek yang biasa dipanggil Nyonya
Jessi.ia tinggal seorang diri di
sebuah pondok yang mungil dan sederhana. Nyonya Jessi hanya bekerja sebagai
pedagang sayur. Ia sangat ramah sekali kepada orang-orang di Desa. Pada suatu
hari, ketika ia sedang menyapu lantai ditemukannya sekeping koin perak dibawah
keset.
“ Sekeping koin perak !”katanya,
“Betapa beruntungnya! Dengan koin ini aku bisa membeli seekor monyet untuk
menemaniku di rumah. Jika aku bergegas, aku dapat ke pasar sekarang, setiba di
pasar Nyonya Jessi memilih monyet kecil yang sangat lucu,ia sempat
kebingungan.setelah cukup lama akhirnya Nyonya Jessi memilih monyet yang
berwarna coklat muda,bola matanya beerwarna kehitaman. Saat Nyonya Jessi
memegangnya si monyet langsung memeluk Nyonya Jessi, seolah-olah monyet sudah
mengenali Nyonya Jessi. Tak lama kemudian Nyonya Jessi langsung membawanya
pulang.di tengah perjalanan pulang Nyonya Jessi mengelus-elus kepala si Monyet.
Monyet pun sangat nyaman.
Setelah sampai dirumah ,ia member
makan untuk si monyet,sambil bercakap-cakap kalau Nyonya Jessi sangat senang
karna ada yang menemani ia tidur malem ini. Nyonya Jessi memberikan sebuah nama
untuk si monyet yaitu “Jack”.si monyet pun mengangguk-anggukan kepalanya kalau
si monyet setuju kalau itu namanya. Nyonya Jessi menyiapkan sebuah selimut
disebuah keranjang untuk si monyet tidur.monyet pun langsung menuruti semua
perkataan Nyonya Jessi.
Keesokan hari nya. Nyonya Jessi
meninggalkan si monyet dirumah sendirian,karna Nyonya Jessi ingin pergi ke
pasar untuk berdagang agar bisa mendapatkan uang untuk ia makan dan untuk
makanan monyet juga. Nyonya Jessi tidak tega melihat Jack sendirian dirumah.
Nyonya Jessi berkata kepada si monyet,”Jack,nenek tinggal sebentar saja kepasar
untuk berdagang sayur,supaya nenek bisa membelikan pisang untuk mu!” , jack
hanya diam saja sambil memandangi Nyonya Jessi,si monyet merasa sedih. Nyonya Jessi
menuju pintu sambil membawa semua bahan dagangannya. Si monyet hanya duduk
memandangi Nyonya Jessi diatas meja makan.
Pukul 09.00, Jack merasa kesepian,ia ingin bermain
sambil menjerit-jerit didalam rumah. Ketika ia melompat-lompat ia melihat
jendela yang terbuka,Jack langsung menaiki nya dan keluar. Dari jendela yang
terbuka itu langsung menuju taman belakang yang menuju kandang kambing milik
Bapak Darwin ,didekat kandang kambing banyak pohon-pohon kelapa,si Jack
langsung memanjat pohon kelapa tersebut sambil beteriak-teriak kegirangan.jack
lupa akan pesan Nyonya Jessi untuk menunggunya dirumah sampai pulang.
Hari sudah siang,Nyonya Jessi belum
juga pulang karena jualannya masih banyak dan sedikit membelinya. Nyonya Jessi
memikirkan Jack,” sedang apa si Jack dirumah” kata Nyonya Jessi sambil mengipas
karena cuaca siang itu sangat panas. Jack bersenang-senang diatas pohon. Hari
sudah sore, Nyonya Jessi berjalan menuju ke rumah sambil membawa sayur-sayur
yang masih banyak. Ia sangat lelah karena sudah tua. Tak lama kemudian Nyonya
Jessi sudah sampai dirumah dan langsung memanggil Jack,” JACK,dimana kamu!!”
kata Nyonya Jessi. Tak ada sahutan dari Jack.Nyonya Jessi terus memanggil Jack.
Nyonya Jessi lelah sekali
mengeliling rumahnya mencari Jack. Ia sudah lelah berdagang dan bingung mencari
Jack, Nyonya Jessi meneguk segelas air putih dan sambil duduk untuk
beristirahat sejenak. Ia sangat cemas karena Jack tidak ada didalam rumahnya.
Nyonya Jessi keluar rumah untuk menanyakan “apakah ada yang melihat jack? Satu
persatu Nyonya Jessi mengetuk pintu tetangganya, “Pak John,apakah anda melihat
monyet kecil ku ?” Tanya Nyonya Jessi sangat cemas. “Tidak,Nyonya Jessi,” kata
Pak John. “terimakasih,kata Nyonya Jessi”, lalu, Nyonya Jessi kerumah Ibu
Merry, “Ibu Merry,apakah anda tadi siang melihat monyet kecilku?” kata Nyonya
Jessi,lagi-lagi jawaban yang diberikan Ibu Merry sama seperti Pak John.hari
semakin gelap Nyonya Jessi pun sudah lelah sekali berkeliling kerumah
tetangganya.
Ketika Nyonya Jessi berjalan ada seekor
kambing, lalu Nyonya Jessi pun bertanya kepada kambing pak Darwin,”apakah kau
melihat monyetku? Kambing pun tak mau memberitahu Nyonya jessi karena si Jack
memberi pesan jangan dikasih tahu siapa-siapa.Nyonya Jessi menghampiri sang Anjing yang duduk dibawah
tiang,lalu Nyonya Jessi bertanya ,”apakah kamu melihat monyet kecil ku?”,apakah
kamu mau menolongku untuk mengejar kambing karena ia tak memberitahu dimana
monyet ku?”, si Anjing tidak mau menolong Nyonya Jessi.
lalu Nyonya Jessi melihat sebuah tongkat,”apakah
kau mau memukul si Anjing karena si anjing tidak mau mengejar kambing karena
kambing tak mau memberitahu dimana monyetku? “tongkat pun tak mau menolong
Nyonya Jessi”
Kemudian Nyonya Jessi menghampiri
sebuah api,dan berkata “api,apakah kamu mau membakar tongkat, karena tongkat
tak mau memukul anjing,karena anjing tak
mau mengejar kambing,kambing itu tidak mau memberitahu monyet ku dimana?
Tetapi,api itu tidak mau membakar tongkat.
Lalu Nyonya Jessi berkeliling
ketepian sungai dan melihat air,bertanya Nyonya Jessi kepada air,” apakah kamu
mau memadamkan api,karena api tidak ingin membakar tongkat,karena tongkat tak
mau memukul anjing,anjing pun tak mau mengejar kambing,karena kambing tidak
memberitahu dimana monyet ku,? Lagi-lagi si air tak mau membantu Nyonya Jessi.
Nyonya Jessi langsung kebelakang
rumah Pak Ahmad,untuk mendekati sapi-sapi nya,lagi-lagi Nyonya Jessi
bertanya”apakah kamu mau meminum air disana karena air tidak mau memadamkan
api,karena api tidak ingin membakar tongkat,karena tongkat tak mau memukul
anjing,anjing pun tak mau mengejar kambing,karena kambing tidak memberitahu
dimana monyet ku si Jack?” ,tetapi sapi itu tidak mau meminum air disana.
Tiba-tiba Nyonya Jessi mengetuk
pintu rumah Pak Robert si tukang Jagal,lalu bertanya, “ apakah engkau mau
memotong sapi itu,karena sapi itu tak
mau meminum air disana karena air tidak mau memadamkan api,karena api
tidak ingin membakar tongkat,karena tongkat tak mau memukul anjing,anjing pun
tak mau mengejar kambing,karena kambing tidak memberitahu dimana monyet ku
dimana?”tetapi tukang jagal itu menolak untuk memotong sapi itu.
Lalu Nyonya Jessi kebelakang rumah
dan melihat sebuah tali, dan bertanya “tali,apakah kau mau mengikat si tukang
jagal itu karena ia tak mau memotong sapi itu,karena sapi itu tak mau meminum air disana karena air tidak mau
memadamkan api,karena api tidak ingin membakar tongkat,karena tongkat tak mau
memukul anjing,anjing pun tak mau mengejar kambing,karena kambing tidak memberitahu
monyet kecilku?” karena aku sudah lelah berkeliling mencari Jack”,tali pun
tidak mau membantu Nyonya Jessi.
Nyonya Jessi terus berkeliling untuk
meminta bantuan,Nyonya Jessi melihat seekor tikus dan berkata “tikus maukah kau
menggigit tali itu karena tali tidak mau mengikat si tukang jagal itu karena ia
tak mau memotong sapi itu,karena sapi itu tak
mau meminum air disana karena air tidak mau memadamkan api,karena api
tidak ingin membakar tongkat,karena tongkat tak mau memukul anjing,anjing pun
tak mau mengejar kambing,karena kambing tidak memberitahu dimana monyet ku saat
ini?” aku sudah lelah berkeliling mencari Jack”,tetapi tikus tak mau menggigit
tali itu.
Nyonya Jessi melihat seekor kucing
yang sedang berjalan,dan Nyonya Jessi langsung berkata “kucing,apakah kau mau
memburu tikus karena tikus tidak mau menggigit tali itu karena tali tidak mau
mengikat si tukang jagal itu karena ia tak mau memotong sapi itu,karena sapi
itu tak mau meminum air disana karena
air tidak mau memadamkan api,karena api tidak ingin membakar tongkat,karena
tongkat tak mau memukul anjing,anjing pun tak mau mengejar kambing,karena
kambing tidak memberitahu dimana monyet ku saat ini?” aku sudah lelah
berkeliling mencari Jack”, kucing menatap Nyonya Jessi. Ia menguap dan
meregangkan tubuhnya diatas batu-batu jalanan. Dengan hati-hati dibersihkannya
seluruh tubuhnya dengan lidahnya,kemudian dia berkata : “ Aku sangat haus,
carikan aku sepiring besar penuh susu untuk aku minum,maka aku akan menuruti
permintaanmu.
Nyonya Jessi segera bergegas mencari
susu dan menuangkannya ke sebuah piring besar lalu memberikan kepada kucing.
Dengan sekali hirup meminum semua susu itu, dan segeralah susu nya habis.
Kucing mulai memburu tikus, tikus mulai menggigit tali, tali mulai mengikat
tukang jagal,tukang jagal,mulai memotong sapi, sapi mulai meminum air, air
mulai memadamkan api, api mulai membakar tongkat, tongkat mulai memukuli
anjing, anjing mulai mengejar kambing, kambing pun segera berlari kesebuah
pohon kelapa untuk memberitahu dimana Jack.
Setelah ditemukan si Jack,Nyonya
Jessi berterimakasih karena sudah menolongnya untuk mencari si monyet “Jack”.
Nyonya Jessi segera membawa Jack,dan memarahi Jack,karena Jack sudah
menyusahkan dirinya dan orang lain, Nyonya Jessi menasehati agar Jack tidak
mengulangi perbuatannya lagi. Nyonya Jessi sangat lelah dan beristirahat,untuk
menjual dagangannya besok.
Kelinci Lucu Untuk Lala si Anak
Pintar
Oleh : Umi Saadah (06101413067)
Lala adalah anak yang sangat rajin, tidak hanya rajin Lala juga sangat
pintar, setiap pembagian rapor Lala selau juara satu, sekarang Lala duduk di
bangku kelas III SD, sebentar lagi Lala akan menghadapi ujian kenaikan kelas.
Papa Lala berjanji jika Lala tahun ini peringkat satu lagi, maka papa akan
mengajak Lala berlibir ke desa paman Lala, Lala sangat senang sekali karena
sudah lama Lala ingin sekali berlibur ke desa pamanya, oleh karena itu Lalapun
giat belajar demi mendapatkan nilai yang bagus dan memperoleh juara satu. Lala
sangat senang sekali berlibur ke desa pamanya karena paman pernah bercerita
bahwa di desanya itu banyak sekali hewan peliharaan seperti kerbau, bebek,
ayam, sapi, kelinci, dan masih banyak lagi.
Akhirnya, waktu yang di tunggu-tunggu pun datang juga, hari ini adalah
hari pembagian rapor untuk kenaikan kelas, dengan di temani mamanya Lalapun
datang ke sekolah dengan berharap semoga mendapatkan peringkat satu seperti
yang di harapkanya, akhirnya Lala pun sangat gembira sekali karena hari itu
Lala berhasil mendapatkan peringkat satu lagi, sesampainya di rumah Lala langsung
menagih janji ayahnya.
“ Hore… papa, Lala juara satu….” Teriak Lala dengan bangganya.
“ Alhamdulillah, pintar sekali anak papa “ ucap papa sembari memeluk Lala
“ Papa katanya kalau Lala juara satu, papa mau mengajak Lala ke desa
paman “ Tanya Lala sembari menggerutkan keningnya.
“ Oh… iya Papa lupa, ya sudah besok kita liburan bersama-sama ke tempat
paman ya…” jawab papa sembari tersenyum.
“ Hore… besok kita liburan, Lala sudah tidak sabar lagi mau melihat
kerbau paman” teriak Lala
“ Oh… jadi Lala ingin melihat kerbau…” Tanya papa
“ Iya papa, kata paman di desanya itu banyak sekali kerbau, Lala ingin
sekali melihat kerbau “ jawab Lala
“ Ya sudah sekarang Lala ganti baju dulu terus makan, besok baru kita
liburan ke tempat paman “ ucap mama Lala sembari membawakan makanan.
“ Iya mama….” Jawab Lala
Malam harinya Lal tidak bias tidur karena sudah tidak sabar lagi untuk
menunggu pagi hari, Lala sudah tidak sabar lagi untuk melihat kerbau-kerbau
paman
Akhirnya pagi yang ditunggu-tunggu pun dating juga papa, mama, dan Lala
pun sudah bersiap-siap untuk berangkat ke tempat paman, di sepanjang perjalanan
tidak henti-hentinya Lala bernyayi, sesekali Lalapun bertanya tentang
kerbau-kerbau paman.
“ papa kerbau itu seperti apa sih… “ Tanya Lala dengan polosnya
“ Kerbau itu seperti sapi saying, berkaki empat dan mempunyai ekor…”
jawab papa sembari tersenyum.
“ terus kerbau makanya apa…” Tanya Lala lagi.
“ rumput, sama seperti sapi kerbau juga suka sekali mandi…” jawab papa
lagi.
“ papa, Lala sudah tidak sabar lagi untuk melihat kerbau paman “ ucap
Lala dengan wajah yang beseri-seri
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan akhirnya papa, ibu, dan Lala pun
sampai di rumah paman.
“ paman……..” teriak Lala sembari menghampiri pamanya yang sudah menunggu
di depan teras rumahnya.
“ Oh… ada keponakan paman rupanya, bagaimana kabar Lala “ Tanya paman
“ Lala baik paman” jawab Lala.
“ Lala dapat juara berapa kemarin…” Tanya paman lagi.
“Lala dapat peringkat satu paman
“ jawab Lala dengan wajah yang penuh kebanggaan.
“ Alhamdulillah,,, pintar sekali keponakan paman” puji paman sembari
tersenyum
“ Ayo paman, Lala mau melihat kerbau…” ajak Lala sembari menarik-narik
tangan pamanya
Papa dan mama Lala pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah pola anaknya.
Lala dan paman pun berjalan menuju sawah, di sepanjang perjalanan menuju
sawah, Lala banyak sekali melihat hewan peliharaan, seperti bebek, ayam, sapi,
kerbau, dan masih banyak lagi, Lala pun merasa sangat senang sekali. Di sawah
banyak sekali kerbau, ada yang sedang membajak sawah dan ada pula yang sedang
berendam di air.
“ paman kerbaunya sedang mandi…” teriak Lala sembari menunjukkan jari
telunjuknya kearah kerbau itu.
Sang paman hanya bias tersenyum melihat tingkah pola Lala yang
terheran-heran melihat kerbau.
“paman Lala boleh ya minta kerbaunya satu untuk di bawa ke kota…” pinta
Lala dengan polosnya
Paman Lala hanya bias tersenyum mendengar permintaan Lala sembari
menjawab
“ kalau kerbaunya di bawa ke kota terus kerbaunya mandi di mana? Di rumah
Lala kan tidak ada sawah…” Tanya paman
Lala lalu hanya bias tertunduk dengan wajah yang penuh kekecewaan,
melihat Lala sedih, paman pun menunjuk kea rah sesuatu .
“ bagaimana kalau kelinci saja…” Tanya paman sembari menunjuk kelinci
yang sedang berlari-lari. Lala pun melihatnya sembari menganggukkan kepalnya
dengan wajah yang sangat gembira
“iya paman Lala mau,,,,, “ jawab Lala
Kemudian paman berlari menangkap seeekor kelinci kecil lalu di masukkanya
ke dalam kandang kecil lalu memeberikanya kepada Lala, Lala sangat senang
sekali, setelah beberapa lama jajan-jalan di sawah, Lala dan paman pun pulang
kerumah paman sembari membawa kelinci tadi, sesampainya di rumah, Lalapun
berlari menuju papa dan mamanya yang sudah menunggunya di teras.
“ papa Lalapunya kelinci….” Teriak
Lala sembari menunjukkan kelinci yang di bawanya
“ wah,,, lucu sekali…” jawab papa
“ iya papa, kelincinya lucu sekali, Lala di kasih oleh paman…” ucap Lala
yang kegiranggan karena mendapat hadiah dari pamanya.
“ iya itu kelinci untuk Lala karena Lala berhasil memperoleh juara satu
di kelasnya…” ucap paman sembari tersenyum.
Setelah beberapa hari di rumah paman, akhirnya hari ini pun lala harus
pulang ke kota lagi, karena masa liburan telah habis, ini adala liburan yang
berkesan untuk Lala karena mendapatkan hadiah kelinci yang lucu sekali dan
kelinci itu pu Lala beri nama Lulu.
Putri dan Seekor Tikus
Oleh: Ayu Suci Lestari (06101413068)
Pada zaman dahulu kala tinggalah raja dengan
putrinya yang bernama Safia. Raja dan ratu sangat mencintai Safia. Suatu hari
ada tukang sihir yang datang ke istana dan meminta perlindungan. Dia
mengatakan bahwa dia adalah ilmuwan yang sedang dikejar-kejar musuh karena
menulis buku yang sangat penting dan tidak tahu harus meminta pertolongan
kepada siapa lagi ."Ilmuwan
yang baik" kata sang raja, "Kamu akan mendapatkan tempat sesuai
keinginanmu, selain itu kamu dapat menyelesaikan pekerjaanmu" kata sang
raja kemudian.Kemudian penyihir itu pergi dengan senangnya menuju kamarnya.
Dia berpura-pura melakukan bebagai macam percobaan. Setiap jum'at yang
merupakan hari istirahat bagi para pekerja, penyihir memberikan hormat kepada
kerjaaan, tapi dia memiliki niat tersembunyi untuk merebut tahta kerajaan.
Suatu hari dia merubah dirinya
menjadi wanita tua dan berjalan-jalan di taman kerjaaan, kemudian dia bertemu
Safia. "Tuan putri", kata
penyihir, "Biarkanlah saya menjadi pembantumu, Saya adalah pencuci linen
dan sutra terbaik di dunia, dan Saya akan mengerjakan semua pekerjaan jika
saya dapat melayani tuan puteri."Wanita yang baik," Kata Putri
safia, "Aku merasa bahwa kamu wanita yang malang dan menderita, ayo kita
ke tempat pribadiku dan aku akan memberimu beberapa linen untuk dicuci"
lanjut putri Safia.Kemudian Penyihir yang jahat itu mengikuti sang putri ke
istana, dan sebelum sang putri tahu apa yang sebenarnya terjadi, Dia
menyergap sang putri dan memasukkannya ke ke kantong cucian, kemudia penyihir
berlari sekuat tenaga membawa putri ke kamarnya. Selanjutnya dia mengucapkan
matra-matra sihir, dan penyihir membuat puteri menjadi sekecil boneka, dan
meletakkan sang putri di salah satu laci lemarinya.
Pada Jum'at berikutnya, penyihir
pergi ke balairung istana seperti biasanya, dan dia menemui semua orang
kebingungan mencari putri Safia. "Putri Safia telah menghilang, sang
Raja hampir kehabisan akal, dan semua penyihir istana berusaha menemukannya,
tetapi tidak ada satupun yang berhasil " Kata Perdana Menteri.Penyihir
yang licik itu hanya tersenyum, dia tahu bahwa mantranya sangat kuat tidak akan
ada yang dapat mengalahkan matra itu sampai dia meninggal.
Keesokan
harinya, ratu diculik oleh sang penyihir yang berpura-pura menjadi tukang
cuci, dia sekap sang ratu di kantong cuci, dan menyihirnya menjadi boneka.
"hahhhahhaa, Aku akan segera menjadi raja dan memerintah kerajaan",
kata sang penyihir
Hari
berikutnya, Dia menanti kesempatan untuk menculik sang raja, ditunggunya sang
raja sampai tertidur karena kecapekan memikirkan sang ratu yang tiba-tiba
menghilang, Dia berubah seperti tukang cuci dan menyihir sang raja menjadi
boneka.
Sekarang keluarga kerajaan telah
menghilang semua, semua punggawa kerajaan panik dan bingung, mereka
mendatangi kamar penyihir dan meminta nasihat dari penyihir.
"Anda adalah orang
pintar" kata perdana menteri, "anda tentunya menpunyai kepintaran
yang tinggi, berilah petunjuk apa yang harus kami lakukan??" lanjut
perdana menteri.
"Kita tunggu sampai
raja dan ratu kembali, sementara itu biarkanlah aku yang memerintah"
jawab sang penyihir, semua punggawa menyutujuinya.Penyihir yang keji itu
memerintah dengan sangat kejam, setiap orang diperintahkan untuk mengumpulkan
semua kekayaannya dan mengumpulkan semua emas yang ada di seluruh negeri.Dan
perpura-pura mencari raja dan ratu dengan mengirimkan pasukan pencari keseluruh
negeri. Tetapi tentu saja pencariaan itu tidak membuahkan hasil.
Suatu
hari ada seekor tikus menemukan jalan masuk ke lemari dimana putri Safia
disembunyikan, dan putri Safia yang dapat berbicara, meskipun telah menjadi
boneka berkata "Tikus, tikus lubangilah lemari ini agar aku dapat
melarikan diri dari penyihir jahat yang telah menyihirku atau aku akan
mati"
"Siapa engkau
??" tanya sang tikus
"Ayahku adalah
raja, beliau akan memberimu hadiah, kamu akan mendapatkan keju yang banyak
sekali dan tidak akan habis seumur hidup" jawab putri Safia
"Allah Maha
pengampun, sang raja telah hilang begitu juga dengan sang ratu dan penyihir
telah menduduki tahta sekarang" jawab sang tikus
"Oh tidak"
teriak sang putri "Apa yang terjadi dengan mereka?? apakah ayah dan
ibuku juga disihir??"."Tunggulah disini, dan aku akan melihat
bagian lain lemari ini. mungkin saja aku dapat menemukan raja dan ratu"
lanjut sang tikus. Tikus mencari ke bagian lain lemari dan ia menemukan raja
dan ratu menjadi boneka, tetapi mereka dalam kotak yang sangat kuat dan
mereka disihir menjadi boneka kayu, karena penyihir menggunakan mantra yang
berbeda saat itu.
Kemudian tikus kembali ke tempat
putri dan mengatakan kabar yang menyedihkan itu. "Alas,alas" tangis
sang putri, "Apa yang harus aku lakukan sekarang, meskipun aku bisa
kabur?"."Putri, aku akan menolongmu, aku akan pergi ke wanita
bijaksana yang tinggal di rongga pohon, dan malam ini aku akan kembali dan
memberi tahumu apa yang dia katakan" kata sang tikus sambil menenangkan sang
putri. Lalu sang putri sembunyi
kembali di lemari dan tikus pun pergi. Di dalam pohon yang besar yang telah
hidup berabad-abad hiduplah Wanita tua yang bijaksana, dan tikus meminta
nasihat kepadanya,
"Ibu,
katakan apa yang harus aku lakukan untuk menolong sang putri yang telah
diubah menjadi boneka oleh penyihir, Dia berharap bisa dapat meloloskan diri
dari lubang yang akan aku buat, tetapi pada saat itu juga aku menemukan raja
dan ratu yang disihir jadi boneka juga.
"Katakan
pada sang putri bahwa dia harus disini ketika bulan telah penuh dan aku akan
menolongnya" jawab wanita bijaksana. Sang
tikus kembali ketika malam telah turun dan melubangi lemari agar Safia dapat
keluar. Karena Safia sangat kecil dengan mudah Ia dapat melewati penjaga.
Ketika bulan telah penuh. Putri Safia pergi ke pohon yang ditunjuk oleh
tikus.
"Masuklah,
putri" kata Wanita bijaksana, "Aku akan menemukan jalan keluar
masalahmu dalam buku ajaib".
Sementara
itu sang tikus berjaga-jaga diluar pohon. Sambil menunggu Wanita bijaksana mencari-cari jawaban dibuku
ajaib. Safia melihat sekeliling isi rongga pohon itu. "Kamu harus berjalan sampai menemukan persimpangan, kamu
akan menemukan perkebunan, carilah kuda yang berwarna orange, naikilah dan
bisikkan ceritamu setelah kamu memberi makan dia dengan rumput ajaib
ini" kata wanita bijaksana.
"Darimana
aku akan mendapat rumput ajaib??" tanya sang putri "Aku akan
memberimu" jawab wanita bijaksana sambil mengambil rumput ajaib di laci.
"Putri,
ingatlah kamu harus membisikkan ke kuda oranye itu kata-kata ini " Kuda
bawalah aku ke tempat pohon pear tumbuh, kemudian bawalah aku ke dahan yang
paling tinggi untuk mengambil buah pear," pesan wanita bijaksana sambil meletakkan buku ajaib di rak
kembali.
"Dan kemudian
akankah aku kembali ke ukuranku semula??" tanya sang putri.
"Sebelum penyihir
itu mati, kamu tidak akan dapat kembali ke ukuran semula" jawab wanita
bijaksana.
"Kamu
harus menaiki kuda orange itu lagi dan pergi ke sumur yang didalamnya tinggal
raksasa hijau. Sesampainya engkau disana jatuhkan buah pear itu ke dasar
sumur. Jiwa penyihir jahat itu tersimpan di buah pear. Ketika buah pear itu
jatuh ke dalam sumur, raksasa hijau akan memakannya dan penyihir itu akan
mati" perintah wanita bijaksana kepada sang putri. "Setelah itu apa yang akan terjadi?"
tanya sang putri lagi
"Setelah
itu. semua ciptaan penyihir akan kembali ke bentuk semula". jawab sang
wanita bijaksana sambil menyerahkan rumput ajaib kepada sang putri. Kemudian sang putri berterima kasih
kepada wanita bijaksana, dan berpisah dengan tikus sambil berlari menuju ke
persimpangan jalan seperti yang diperintahkan sang wanita bijaksana.
Putri
melihat kuda jingga seperti
kata wanita bijaksana, kuda itu memiliki ekor yang cantik sekali dengan warna
emas, berdiri di perkebunan siap untuk dinaiki.
"Kuda orange!! kuda
orange!!" panggil Safia dengan suara yang pelan. "Ini makanlah
rumput ajaib, dan bawalah aku ke pohon pear" Lalu kuda orange itu menundukkan kepalanya ke Safia dan dia
memakan rumput ajaib, selanjutnya dia menunduk lagi agar Safia dapat menaiki
lehernya dan dapat duduk dipungung kuda itu. Setelah safia mencapai punggung
kuda, kuda orange meringkik dua kali dan berlari secepat angin.
Singkat
cerita, Sampailah Safia di taman yang cantik dimana tumbuh pohon cherry,
plum, murbei tapi disana cuma ada satu pohon pear. "Ini dia pohon itu" gumam Safia sambil berdiri di
punggung kuda sambil berusaha meraih ranting terdekat. Akhirnya Safia
berhasil memetik pear dari dahan yang paling tinggi dan menyimpannya
hati-hati di kantongnya.
"Bawalah aku ke
sumur raksasa hijau" bisik Safia ke telinga kuda orange. Kuda orange itu
meringkik kemudian berlari seperti angin, begitu cepatnya kuda berlari sampai
seperti tidak pernah menyentuh tanah. Akhirnya
diantara tiga pohon palem disitulah tempat dimana sumur tempat raksasa hijau
tinggal. Di bawah sinar bulan Safia menengok ke dalam sumur. Safia melihat
kepala raksasa sebesar labu dengan mata hijau yang besar dan mulut yang besar
sekali.
Begitu
pear dilemparkan ke dalam sumur, raksasa itu mengunyahnya menjadi lumat dan
tiba-tiba Safia menyadari bahwa dirinya tumbuh sedikit demi sedikit dan dia
kembalike bentuknya semula dan penyihir yang keji itu mati. Kuda orange membawa Safia kembali ke
persimpangan jalan. Dan sebelum Safia mengucapkan terima kasih tiba-tiba ada
sinar kilat menyambar dan kuda itu menghilang dari pandangan mata.
Safia
cepat-cepat kembali ke istana. Dia menuju ke ruangan tempat penyimpanan
boneka ayah dan ibunya. Safia menemukan Ayah dan ibunya dalam bentuk normal
tetapi mereka bingung ketika menyadari bahwa mereka di dalam lemari. Safia
buru-buru menceritakan semuanya. "Panggil
kepala prajurit" Perintah sang raja. "Seharusnya penyihir itu di
penjara dan kepalanya di penggal!!" tambah sang raja.
Tetapi ketika prajurit
sampai di kamar penyihir. mereka menemukan penyihir itu telah mati.
Hari
itu menjadi hari yang penuh kegembiraan dan Safia pergi berterima kasih
kepada wanita bijaksana yang tinggal di rongga pohon. Tetapi sesampainya
disana dia tidak menemukan apapun. Di pohon itu seperti tidak pernah menjadi
tempat tinggal. Safia tidak percaya dengan penglihatannya. Dia mencari-cari
dengan kebingungan. Dan tiba-tiba seorang pemuda tinggi, tampan, dan berpakai
bagus mendekati Safia.
"Hormat saya bagi
tuan putri" sapa sang pemuda, "Dahulu saya adalah sang tikus , yang
melubangi lemari tempat tuan putri di sekap, tuan putri akhirnya dapat
melarikan diri dan melakukan perjalanan untuk menemukan buah pear yang berisi
jiwa penyihir.
"Jadi semuanya itu
benar, dan ini bukan mimpi!!" sahut Safia sambil terisak. "Aku
datang ke sini untuk bertemu wanita bijaksana tapi dia telah pergi."
"Wanita bijaksana
tinggal di pohon yang indah sekali" jelas sang pemuda "dan sekarang
mungkin dia telah pindah ke pohon yang lain tanpa meninggalkan jejak"
tambah sang pemuda
"Ikutlah
denganku agar ayahku dapat mengucapkan terima kasih kepadamu" Safia
memohon kepada sang pemuda.
Akhirnya samg pemuda
ikut dengan putri, sesampainya di istana pemuda itu menceritakan bahwa dia
adalah pangeran yang telah disihir menjadi tikus.
"Maukah kamu
tinggak disini dan menikahi putriku, dan kemudian kamu menjadi raja sebagai
penggantiku karena aku tidak memiliki putra" pinta sang raja
Dan akhirnya tibalah
waktu yang di tunggu-tunggu. Upacara pernikahan Safia dan pangeran selama 7
hari 7 malan, akhirnya Safia dan suaminya hidup bahagia selamanya.
(SELESAI)
|
|
Hewan Peliharaan
Oleh :
Aries Novitasari (06101413069)
Pada suatu hari, ketika Meva sedang
bermain dengan teman-temannya tiba-tiba terdengar suara rintihan kucing, “ meong-meong”.
Kemudian Meva pun mencari arah suara kucing tersebut. Meva pun menemukan
seorang anak kucing sedang terlika dan kesakitan. Meva merasa iba dan kasihan
melihat anak kucing yang sedang terluka dan kesakitan. Dimana induk anak kucing
ini, tanya Meva dalam hati. Kasihan sekali kucing ini, tidak mempunyai induk.
Kemudian Meva pun bergegas membawa kucing itu pulang ke rumahnya.
Meva merawatnya dengan baik. Meva
mulai menyayangi kucing itu. Kucing itu mulai tumbuh dengan baik. Kucing itu
tumbuh besar dan sehat. Meva kini pun sangat menyayang kucingnya. Kucingnya ia
beri nama Milly. Milly adalah seekor kucing betina. Kini Milly sangat dekat dan
jinak dengan Meva. Meva pun tak pernah membiarkan Milly merasa kesepian dan
terlantar lagi.
Saat itu, Meva mengajak Milly
jalan-jalan mencari udara segar. Mereka bermain dan berlari-lari di taman.
Ketika mereka sedang bermain di taman, tiba-tiba benda yang Meva pegang jatuh.
Milly dengan tulus mengambilkannya untuk Meva. Milly juga sangat menyayangi
Meva. Karena Meva yang telah mengurus dan memeliharanya sampai saat ini.
Kemudian mereka berlari-lari lagi di taman itu. Tak lupa Meva membawa makanan
buat Milly. Kemudian Meva memberi makan Milly. Agar Milly tak merasa kelaparan.
Hari sudah siang, Meva pun bergegas
mengajak Milly pulang. Mereka pun pulang. Sampai di rumah, Meva langsung
mengajak Milly untuk mencuci tangan dan kakinya. Setelah mencuci tangan dan
kakinya, Meva mengajak Milly untuk makan siang bersamanya.
Setelah selesai makan siang, Meva
mengajak Milly untuk beristirahat siang. Milly begitu tunduk pada Meva. Ketika
Meva sedang tidur, Milly suka menggoda Meva. Tapi, Meva tak merasa marah dan
benci pada Milly. Justru Meva merasa senang karena Milly begitu sayang dan
peduli pada Meva.
Suatu ketika, saat Meva sedang
tidur, Milly menarik selimut Meva dan membangunkan Meva. Meva langsung
terbangun dan bergegas mendekati Milly. Meva mengerti maksud Milly
membangunkannya. Meva langsung menuju kamar mandi lalu memberi makan Milly.
Milly merasa senang karena Meva begitu menyayangi dan peduli kepadanya. Kini,
Milly tak pernah merasa kelaparan lagi. Meva langsung menuju kamar mandi dan
bergegas mandi. Setelah selesai mandi Meva mengajak Milly bermain di rumahnya.
Meva membelai Milly dengan penuh kasih sayang.
Siang itu, saat Meva sedang libur,
Meva bermaksud membawa Milly ke dokter hewan dan bermaksud untuk memeriksakan
kesehatan Milly. Dokter pun memeriksa Milly dan memberi sedikit suntikan ke
tubuh Milly untuk memastikan kalau Milly tidak menderita penyakit apa-apa.
Dokter berkata, Milly dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit pa-apa
kepada Meva. Meva merasa senang karena Milly sehat, berarti Meva telah
mengurusnya dengan baik, sehingga Milly tak kekurangan suatu apapun.
Setelah membawanya ke dokter, Meva
mengajak Milly berbelanja untuk membeli keperluan Milly dan juga Meva. Meva pun
membeli beberapa assesoris untuk menghiasi tubuh Milly agar terlihat lebih
cantik. Kemudian, Meva membeli kebutuhan untuknya. Setelah selesai berbelanja,
Meva bergegas mengajak Milly pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Meva mencoba
berbagai assesoris untuknya dan juga buat Milly. Meva memakaikan assesoris yang
telah ia beli tadi kepada Milly. Meva senang Milly terlihat lebih cantik
memakai assesoris yang ia beli tadi. Milly pun merasa riang karena majikannya
begitu memperhatikannya.
Sesudah itu, Meva kembali mengajak
Milly bercengkerama di ruang keluarga. Keluarga Meva juga sangai menyukai hewan
peliharaan, termasuk Milly. Milly sudah begitu dekat dengan keluarga Meva. Ibu
Meva juga sangat menyayangi dan sangat memperhatikan Milly. Jika Meva tidak
ada, Ibu Meva yang mengurus Milly. Ibu Meva juga yang memberi Milly makan kalau
Milly lapar. Milly juga sangat manja kepada Ibu Meva dan seluruh keluarga Meva.
Karena keluarga Meva begitu menyayangi Milly. Milly juga sering mengajak adik
Meva yang berumur 6 tahun untuk bermain.
Ketika Meva sedang sendirian, Milly
selalu mendekatinya dan menghibur Meva. Begitupun kalau Meva sedang sedih.
Milly tidak tega melihat majikannya yang begitu menyayanginya sedih. Milly pun
selalu menghiburnya, ketika Meva sedang merasa sedih dan sendirian.
Suatu ketika, Milly bermain
sendirian, Milly bermain di halaman dekat rumah Meva. Milly mengejar sesuatu di
halaman. Semakin Milly mengejarnya, semakin jauh Milly mengejarnya. Milly pun
tidak tahu jalan menuju halaman dekat rumah majikannya itu. Milly kebingungan
dan tak tahu mau pergi kemana. Di perjalanan, ada seseorang yang melihat Milly
sedang kebingungan. orang itu sangat baik dan membawanya pulang ke rumah orang
tersebut. Milly merasa sedih karena tidak bisa pulang ke rumah majikannya lagi,
yaitu Meva. Tapi, Milly merasa sedikit lega karena ia menemukan orang yang baik
yang mau membawanya pulang ke rumah orang tersebut.
Pada waktu Milly hilang dan beberapa
hari tidak pulang, Meva mulai bingung mencari Milly. Meva merasa sangat
kehilangan karena tidak bisa menemukan Milly. Meva mencari Milly kemana-mana
tapi tidak ketemu juga. Meva mulai putus asa mencari Milly. Meva sedih karena
kucing kesayangannya hilang dan tidak bisa mengajak Milly bermain-main seperti
biasanya.
Hari itu, hari libur, Meva pergi ke
taman dekat rumahnya, Meva teringat pada Milly saat dia sedang bermain-main
disitu. Meva pun kembali merasa sedih mengingat Milly. Saat itu pula, orang yang
telah menemukan Milly di jalan membawa Milly pergi bermain dan jalan-jalan di
halaman dekat rumah Meva. Meva pun melihat Milly. Tetapi Milly tidak melihat
Meva. Meva terkejut melihat Milly bersama orang lain. Meva tahu dan sangat
yakin kalau kucing yang ia lihat itu adalah Milly.
Tak sengaja Milly pun melihat Meva
duduk sendirian di halaman dekat rumah Meva. Milly tahu kalau itu adalah
majikannya yang dulu sangat menyayangi dan memeliharanya dengan baik. Milly
melihat Meva sedang sedih. Milly pun berlari menghampiri Meva dan memeluk Meva.
Meva sangat merindukan kucingnya itu. Begitupun dengan Milly. Meva pun memeluk
kucingnya itu yang ia cari-cari. Meva merasa sangat senang dan bahagia Milly
bisa kembali ke pelukannya lagi.
Orang yang telah menemukan Milly itu
menghampiri Milly dan Meva dan bertanya, apakah ini kucing Anda? Ya, ini kucing
saya yang hilang yang selama ini saya cari-cari, jawab Meva. Kemudian orang itu
berkata, saya menemukan kucing Anda di jalan dan saya lihat sedang kebingungan
tidak tahu arah. Kemudian saya membawanya pulang ke rumah saya. Saya tidak tahu
kalu ini kucing Anda. Tidak apa-apa, saya justru berterima kasih telah merawat
dan menjaga kucing saya dengan baik, ucap Meva sambil berjabat tangan tanda
terima kasih Meva. Sama-sama, saya justru merasa senang bisa merawat dan
menjaga kucing kesayangan Anda, jawab orang itu. Oh ya, perkenalkan, nama saya
Meva sambil memeprkenalkan dirinya. Dan ini kucing saya, namanya Milly. Saya
vera, jawab orang itu. Senang bisa berkenalan dengan Anda.
Mereka bermain dan bercakap-cakap di
halaman itu. Di sana rumah saya, sambil menunjuk rumah Meva. Oh ya, dengan
senang hati, lain kali saya akan berkunjung ke rumah Meva sambil menjenguk
Milly. Tentu, dengan senang hati, ucap Meva. Meva pun membawa Milly pulang ke
rumahnya. Meva kini pun bahagia bersama Milly dan keluarganya. Sekian.
Selo Sang Lebah
Oleh: Dwi Rohmah Nurmasari (06101413070)
Taman yang indah. Pemandangannya hijau dan udaranya terasa segar. Banyak
pohon-pohon besar dan rumput yang tumbuh di sana. Di dekat kolam ikan terdapat
sebuah pohon mangga yang tinggi. Terlihat benda hitam besar tergantung di pohon
mangga itu. Benda itu terlihat sangat mengerikan. Ternyata itu sarang lebah.
Ada beratus-ratus lebah yang tinggal di sana.
Sarang lebah terbentuk dari susunan segienam yang mereka buat sendiri. Di
masing-masing segienam, mereka menyimpan madu.
Di setiap sarang terdapat beratus-ratus lebah pekerja dan satu ratu
lebah. Lebah pekerja bertugas mencari makanan dan membuat sarang, sedangkan
ratu lebah bertugas mengurus anak.
Di dalam sarang, lebah-lebah pekerja sibuk menyimpan madu yang telah
mereka dapatkan. Seekor lebah pekerja datang menghampiri ratu. “Ratu... Saya
membawa madu dari bunga asoka,” kata sang lebah pekerja. “Dan katanya, madu
bunga asoka ini dapat menyembuhkan luka pada sayap kita,” sambungnya. “Terima
kasih Gobi. Saya yakin madu ini dapat menyembuhkan luka pada sayap Selo,” jawab
sang ratu.
Di sebuah ruang yang kecil, Selo tertidur dengan pulasnya. Selo adalah
lebah termuda di sarang ini. Ia sedang beristirahat karena sayapnya sedang
terluka dan butuh pengobatan. Sang ratu membangunkan Selo. Ia pun berkata,
“Selo... Ini ibu bawakan obat untukmu.” “Obat apa itu, Bu?” tanya Selo. “Ini
madu bunga asoka untuk menyembuhkan luka pada sayapmu. Paman Gobi yang
mencarikannya tadi. Kamu harus minum madu ini sampai habis ya!” “Baiklah, Bu,”
jawab Selo.
Selo sangat menyayangi ibunya dan ia termasuk anak yang baik. Namun, ia
sering berbuat kesalahan. Ia ceroboh dan sering tidak berhati-hati. Pagi tadi
saja ia tertusuk duri kaktus. Saat itu, ia terbang dan berniat mencari teman
bermain. Karena menghindari kaktus, tidak sengaja sayapnya terkena duri-duri
kaktus sehingga sayapnya pun robek. Untuk mengembalikan kesehatannya lagi, Selo
harus beristirahat dengan cukup. Ibu tidak memarahinya, ibu hanya menasehati
Selo agar selalu berhati-hati. Ibu melarang dirinya untuk mencari teman di luar
sarang lagi. Karena menurut ibu, di sarang ada banyak lebah pekerja yang bisa
dijadikan teman bermain.
“Ibu melarang kamu untuk mencari teman di luar lagi. ibu tidak mau lagi
melihat kamu sakit,” pinta sang ratu. Selo pun menjawab, “Tapi, Bu. Saya merasa
kesepian. Tidak ada yang bisa menjadi teman bermain untuk saya di sarang ini.
Saya ingin berteman dengan hewan-hewan lain. Kucing, belalang, ataupun ikan.”
“Tapi itu bisa membahayakan jiwamu, Nak! Kau terlau kecil untuk mereka.”
“Mereka semua terlihat baik kok, Bu,” ucap Selo. Sang ratu berpikir sejenak. Ia pun berkata,
“Baiklah. Syaratnya kamu harus sembuh dahulu dari sakitmu ini.” “Baiklah Ibu.
Saya akan beristirahat dengan baik dan saya yakin saya akan segera sembuh,”
kata Selo.
*
Dua hari pun telah berlalu. Wajah Selo terlihat segar kembali. Selo
terbang ke sana kemari, mengepakkan sayapnya sambil bernyanyi. Ia memang periang dan pandai bernyanyi. Selo
mendekati sebuah pohon mangga. Ia hendak
mengambil madu dari bunga di pohon mangga itu. Saat Selo akan
meninggalkan bunga tadi, ia melihat banyak sekali ulat yang memenuhi batang dan
daun pohon mangga.
“Hei ulat berbulu! Mengapa kalian ada di batang ini? Sepertinya kalian
yang telah merusak pohon-pohon mangga di sini.”
“Inilah tempat tinggal kami dan kami bisa dengan mudah mendapatkan
makanan di sini.”
“Bukannya pekerjaan kalian adalah merusak tanaman-tanaman? Kalian sangat
merugikan,” jawab Selo dengan nada kesal. “Bukannya kau juga begitu. Setiap
hari lebah-lebah sepertimu mengambil madu di tanaman-tanaman ini. Kau telah
membunuh dan mencuri makanannya,” tuduh sang ulat bulu.
“Kau salah paham ulat! Kami tidak membunuh ataupun mencuri makanan
bunga-bunga itu. Justru kami saling membantu.” Ulat-ulat bulu tersebut terlihat
bingung dan kesal. Satu dintaranya berkata, “Saling membantu? Tapi kami tidak
melihat itu terjadi.”
“Baiklah, saya akan menjelaskannya. Kami mengambil madu dari bunga-bunga
untuk makanan kami dan juga sebagai bahan pembangunan sarang kami. Namun,
bunga-bunga yang kami ambil madunya tidak mengalami kerugian. Justru mereka
merasa diberi kemudahan karena dengan itu kami telah membantu mereka dalam
melakukan penyerbukan. Penyerbukan akan menghasilkan bunga-bunga yang muda
lagi.” Ulat-ulat bulu itu terdiam.
“Ternyata kami yang salah. Kami lah yang telah berbuat kesalahan. Kami
merusak batang tanaman-tanaman di sini. Tetapi tenanglah lebah kecil! Oh ya.
Namamu siapa lebah kecil?”
“Nama saya Selo.”
“Nama saya Pau. Saya pemimpin ulat-ulat bulu di sini. Tenanglah Selo!
Sebentar lagi kami akan menjadi sebuah kepompong dan kemudian akan berubah
menjadi kupu-kupu yang tidak akan mengganggu tanaman-tanaman lagi.”
“Ya... Saya percaya kepada kalian. Kalian akan segera meninggalkan batang
ini dan berjanji untuk tidak merusak lagi.”
“Terima kasih Selo. Kau lebah kecil yang bijaksana.”
“Terima kasih kembali paman Pau.”
Selo pun tersenyum gembira. Selo melanjutkan perjalanannya untuk pulang
ke sarang. Tubuh kecilnya tidak cukup kuat untuk membawa madu sebanyak itu.
Namun, karena dirinya sangat bersemangat, madu itu pun dapat di bawanya sampai
ke sarangnya.
‘Ibu... Setelah ini Saya ingin bermain lagi. Ibu mengizinkan, kan?”
“Tentu Selo. Namun, kamu harus selalu berhati-hati ya!”
“Baiklah, Bu.”
Selo terbang ke sana kemari sambi bernyanyi. Ia memang pandai bernyanyi,
namun suaranya tidak begitu merdu. Sesekali ia menoleh ke kanan, lalu ke kiri.
Selo masih bingung. Kemana ia akan berkunjung. Dari semak-semak rumput yang
telah terbakar terdengar nyanyian yang indah.
Matahari bersinar... Bunga
tumbuh... Tanah yang basah menjadi kering. La... La... La... .
“Suara siapa itu,” katanya dalam hati. Selo pun mendekati semak-semak
dengan rumput yang warnanya kecoklatan itu. Di sana ia melihat seekor cacing
sedang menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
“Hai... ,” sapa Selo. Cacing sedikit terkejut, namun ia menjawab
panggilan Selo tadi. “Hai juga. Siapa kau? Sedang apa kau di sini?” kata sang
cacing.
“Perkenalkan nama saya Selo. Suaramu terdengar merdu sekali.”
“Terima kasih. Nama saya Melodi. Senang bisa berkenalan denganmu.”
Selo melihat sekeliling semak. Sepi. Tidak ada cacing-cacing yang lain.
Di sana hanya ada Melodi. Selo bertanya, “Mengapa di sini sepi? Di mana cacing
yang lain? Keluarga atau teman-temanmu?” “Tidak ada. Saya hanya sendiri di
sini. Saya dan keluarga saya terpisah saat terjadinya banjir. Dan teman-teman.
Mereka mati karena tidak dapat bertahan hidup.”
Tempat itu terlihat tidak hijau. Rumput-rumput berwarna kecoklatan.
Terlihat seperti habis terbakar.
Ternyata tiga hari yang lalu telah terjadi kebakaran di sana. Karena
cacing-cacing tanah seperti Melodi membutuhkan tempat yang lembab, hal ini
merupakan bencana bagi mereka. Banyak cacing-cacing yang mati. Sehingga kini
hanya tinggal Melodi seorang diri.
“Biasanya kami berkumpul dan bernyanyi bersama di sini. Tetapi semua
hanya kenangan,” ungkap Melodi. Ia terlihat sedih, namun ia tetap tegar.
“Sudahlah. Saya yakin kamu tetap bisa hidup dengan baik di sini. Karena banyak
hewan-hewan lain yang baik hatinya dan bisa menjadi temanmu,” kata Selo. “Oh
ya... Bagaimana kamu bisa bernyanyi dengan indah seperti tadi? Saya ingin
belajar bernyanyi darimu, Melodi,” kata Selo.
“Ini semua anugerah dari Tuhan. Saya juga sering berlatih bernyanyi
bersama teman-teman. Kapan-kapan kita bisa berlatih bersama.”
“Sungguh? Dengan senang hati. Saya akan bermain ke sini lagi besok.”
“Saya tunggu kedatanganmu, Selo.”
Selo terbang meninggalkan Melodi dan tempat itu. Ia pulang dengan hati
yang riang. Sesampainya di rumah ibu menyampaikan sesuatu. “Selo... Dua hari
lagi lebah-lebah sarang pohon jambu akan mengadakan pesta besar. Mereka
mengundang kita ke acara pesta itu. Mereka pun meminta kamu untuk bernyanyi.”
“Benarkah itu, Bu? Dengan senang hati. Kita pasti datang ke sana dan bernyanyi
untuk mereka,” jawab Selo.
*
Keesokan harinya Selo kembali berkunjung ke sarang Melodi. Mereka belajar
bernyanyi bersama. Sebelum pulang, Selo menyampaikan kabar undangan lebah
sarang pohon jambu. Selo meminta Melodi untuk datang bersamanya dan bersama
lebah-lebah lain di sarangnya. Namun, Melodi menolaknya. Ia merasa malu karena
ia bukan seekor lebah. Selo terus memohon kepadanya. Karena menurutnya, ratu
lebah sarang pohon jambu akan sangat senang jika tamunya bisa bernyanyi denga
suara yang sangat merdu. Dan akhirnya Selo berhasil membujuknya. Melodi
bersedia datang ke pesta itu.
“Bagaimana bisa saya menaiki pohon? Saya ini cacing tanah, Selo.”
“Kamu tenang saja. Besok saya akan datang untuk menjemputmu. Kita akan
pergi bersama.”
“Baiklah.”
*
Hari pesta pun tiba. Sebelumnya Selo telah meminta izin kepada ibunya
untuk mengajak Melodi—sahabatnya untuk ikut hadir dan bernyanyi di sana. Selo
meminta lebah pekerja untuk membantunya membawa Melodi ke pohon jambu. Selo
yang dibantu empat lebah pekerja memetik daun yang akan dijadikan kendaraan
bagi Melodi. Melodi akan dibawa menuju pohon jambu dengan sehelai daun. Empat
lebah pekerja memegang sisi-sisi daun dan kemudian terbang.
Sesampainya di sana, Selo memperkenalkan Melodi kepada ratu lebah sarang
pohon jambu. Ia juga meminta izin agar Melodi diperbolehkan bernyanyi
bersamanya. Dengan senang hati ratu mengizinkannya.
Selo dan Melodi bernyanyi bersama. Mereka bernyanyi dengan sangat baik.
Lagunya indah dan suaranya terdengar merdu. Semenjak itu Selo dan Melodi
bersahabat. Kini Selo sudah memiliki teman bermain dan Melodi tidak merasa
kesepian lagi.
***
Hasan dan Kucing
Oleh : Muhammad Teddy Febrianto
(06101413071)
Pada sebuah desa,
tinggallah sebuah keluarga, keluarga Pak Rahmat namanya. Pak Rahmat mempunyai
tiga orang anak, yaitu Nida, Hasan, dan Husein. Semua putra pak Rahmat sudah
bersekolah. Nida kelas 4 SD, Hasan kelas 2 SD, dan Husein kelas 1 SD. Dari
ketiga bersaudara tersebut Hasan mempunyai sifat yang cukup berbeda dari dua
saudaranya. Ia suka berbuat usil. Ia mempunyai kebiasaan mengganggu hewan
peliharaan tetangga. Setiap kali ia lewat atau berjalan-jalan , dan menemui
hewan selalu menggertak dan mengusirnya. “Heyya…! Huss…! Pergi kalian! Jagoan
mau lewat!” teriakan Hasan membuat hewan-hewan yang didekatnya lari ketakutan.
Saat sedang bermain ia juga suka mengganggu hewan-hewan seperti, kucing atau
ayam. Semua hewan di sekitar rumahnya takut dengannya. Hasan pernah dijewer
mbok Pinah gara-gara ayam mbok Pinah mati karena jatuh kedalam sumur setelah
dikejar-kejar Hasan.
Beberapa hari kemudian,
pak Rahmat mengawasi anaknya yang bermain. Hasan bermain di halaman rumah pak
Sholeh bersama teman-temannya yaitu Budi, Dodi, dan Tono. Mereka sedang bermain
sepakbola. Suara mereka bising, sehingga menganggu tetangga di sekitar rumah
pak Sholeh. Ketika sedang bermain, seekor kucing hitam datang melintas di dekat
mereka. Tanpa pikir panjang, Hasan segera mengincarnya. Ia menendang bola
dengan sekuat tenaga diarahkan ke kucing hitam tersebut.
“Buk!” suara bola
sangat keras mengenai kucing hitam tersebut.
“Meoong!” kucing hitam
menjerit terkena bola tendangan Hasan. Suaranya melengking kesakitan, dan jatuh
terpental berguling-guling di tanah.
“Ha..ha..ha..!Horee..!
” Hasan tertawa merasa puas dengan yang dilakukannya.
Dari jauh pak Rahmat
menyaksikan kelakuan anaknya, menggeleng-gelengkan kepala. Akibat ulahnya
banyak tanaman yang berada di sekitar rumah pak Sholeh rusak. Bahkan suatu
ketika tendangan bolanya mengenai gerobak penjual bakso yang berakibat nampan,
beberapa mangkuk pecah berantakan jatuh ke tanah. Hasan dan teman-temannya
langsung lari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan teriakan penjual bakso.
“Ya Allah, berikan
kesabaran padaku, dan berikan hidayah pada anak-anak tersebut. Amin!” gumam
penjual bakso dalam hati. Begitulah sifat dan kelakuan Hasan setiap hari.
Meskipun kedua orang tuanya selalu menasehati, tidak juga ia jera. Ia selau
mengganggu semua hewan yang ia jumpai.
Hari itu, hari Jum’at.
Seperti biasanya setelah pulang sekolah Hasan bermain bersama teman-temannya.
Kebiasaan Hasan menggaggu hewan masih terus berlanjut setiap hari. Hari itu
Hasan bermain cukup lama hampir menjelang maghrib ia baru pulang. Sampai di
rumah ia langsung mandi kemudian persiapan shalat maghrib. Tidak seperti
biasanya, setelah shalat maghrib biasanya ia berdzikir dan berdo’a tapi kali
ini Hasan langsung pergi ke kamar. Menjelang Isya’ Husein mencari kakaknya
tersebut untuk diajak shalat. Ia menuju kamar kakaknya tersebut.
“Kak, ayo shalat!”
panggil Husein.
“Ya, kakak sudah tidur
!” gumam Husein yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan kakaknya yang
sudah tidur.
“Bu, kak Hasan sudah
tidur!” lapor Husein.
“Ya sudah, biar nanti
ibu yang membangunkan untuk shalat, mungkin ia kecapean main seharian!” jawab
ibu.
Dalam tidurnya, Hasan
bermimpi menjadi seorang pemburu. Ia membayangkan dirinya menjadi seorang
jagoan yang tidak terkalahkan. Semua hewan penghuni hutan dapat ia taklukkan.
Saat ia berburu, tanpa sengaja salah satu anak panahnya mengenai seekor ular
naga yang sangat besar dan ganas. Ular naga tersebut sangat marah dan menoleh
ke arah Hasan. Ular naga membuka mulutnya lebar-lebardan menyemburkan hawa
panas. Tiba-tiba tubuh Hasan terasa ringan dan tersedot masuk kedalam mulut
ular naga tersebut. Hasan berusaha keras untuk melepaskan diri namun selalu
gagal.
“Tolong …tolong…!”
Hasan berteriak ketakutan. Teriakan Hasan sampai terdengar pak Rahmat. Pak
Rahmat bergegas ke kamar Hasan dan membangunkannya.
“Hasan…Hasan…bangun!”
“Kamu mimpi buruk ya!” Coba sekarang kamu ingat, apa kamu pernah melakukan kesalahan
sehingga kamu mimpi buruk.
“Hasan tadi juga belum
shalat isya kan!”
“Ayo shalat dulu, nanti tidur lagi!” ajak ayahnya. Hasan masih duduk termenung
dan masih teringat mimpi yang tadi ia alami.
Siang itu, ketika
keluar kamar, Hasan melihat seekor kucing hitam. Tanpa pikir panjang sifat
usilnya langsung keluar. Ia mengambil bola dan menendangnya ke arah kucing
tersebut. Kucing terpental dan menabrak guci hingga pecah. Bolanya terus
melayang dan mengenai jendela sampai pecah. Hasan ketakutan dan lari keluar
rumah. Tanpa ia sengaja, Hasan menginjak seekor kucing hitam yang berada di
depan pintu. “Meoong…!” Kucing langsung mencakar dan menggigit kaki Hasan.
Hasan terjatuh kaget dan tidak dapat menahan kesimbangan.
“Tolong…tolong…!”
teriak Hasan. Kaki Hasan luka dan mengucurkan darah. Ibu yang berada di
belakang segera mendatanginya. Hasan kemudian dibawa ke rumah sakit.
“Ayah …Ibu…, badan
Hasan sakit semua!” rintih Hasan.
“Hasan bersyukurlah,
lukamu tidak terlalu parah. Makanya jangan suka usil lagi. Jangan suka
mengganggu hewan dan menakalinya!” Pak Rahmat menasehati putranya.
“Ya ayah, maafkan
Hasan. Hasan berjanji tidak akan usil lagi dan mengganggu hewan-hewan lagi!”
Hasan sekarang
memelihara kucing Persia pemberian ayahnya, kucing itu diberi nama Goldi.Hasan
begitu menyanyangi si goldi.
Kancil dan Siput
Oleh
: Azimi (06101413072)
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali.
Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak
sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika
menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa
kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya,
“Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di
hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si
Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu
dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak?
Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin
memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas,
cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan
yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana
mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita
lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si
Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok
pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput
segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya
berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil
memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba,
kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk
berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti
menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari
dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa
yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk
memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku
ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera
mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput
menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi
tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan
kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya
tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia
melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia
memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah
pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia
melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa
kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan
menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya.
“Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah
yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak
akan sombong lagi”, kata si kancil.
SEKIAN.
Asal-Muasal Nyamuk
Oleh : Yulius
Jhonson (06101413073)
Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani
sederhana bersama istrinya yang cantik. Petani itu selalu bekerja keras, tetapi
istrinya hanya bersolek dan tidak mempedulikan rumah tangganya. Mereka tinggal
di rumah yang sangat sederhana dan hidup dari hasil pertanian sebagaimana
layaknya keluarga petani.
Sang
istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah
selayaknya jika suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat
kecantikannya. Untuk memenuhi tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih
keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak mampu memenuhi tuntutan
istrinya. Selain minta dibelikan obat-obatan yang dapat menjaga kecantikanya,
istrinya juga suka minta dibelikan pakaian yang bagus-bagus --yang tentunya
sangat mahal.
“Bagaimana bisa kelihatan cantik kalau pakaianku buruk,” kata sang istri.
Karena hanya sibuk mengurusi penampilan, istri yang cantik itu tidak
memperhatikan kesehatannya. Dia jatuh sakit. Sakitnya makin parah hingga
akhirnya meninggal dunia. Suaminya begitu sedih. Sepanjang hari dia menangisi
istrinya yang kini terbujur tanpa daya. Karena tak ingin kehilangan, petani itu
tak mau mengubur tubuh istrinya yang amat dicintainya itu. Dia ingin
menghidupkan kembali istrinya.
Esok
harinya suami yang malang
itu menjual semua miliknya dan membeli sebuah sampan. Dengan sampan itu dia
membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju tempat yang diyakini sebagai
persemayaman para dewa. Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu
pikirnya.
Meskipun tak tahu persis tempat persemayaman para dewa, petani itu terus
mengayuh sampannya. Dia mengayuh dan mengayuh tak kenal lelah. Suatu hari,
kabut tebal menghalangi pandangannya sehingga sampannya tersangkut. Ketika
kabut menguap, di hadapannya berdiri sebuah gunung yang amat tinggi, yang
puncaknya menembus awan. Di sinilah tempat tinggal para dewa, pikir Petani. Dia
lalu mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.
Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua.
“Kau
pasti dewa penghuni kayangan ini,” seru si petani dengan gembira.
Dikatakannya maksud kedatangannya ke tempat itu.
Laki-laki tua itu tersenyum.
“Sungguh kau suami yang baik. Tapi, apa gunanya menghidupkan kembali istrimu?”
“Dia
sangat berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat. Maka hidupkanlah
dia kembali,” kata si petani.
Laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya.
“Baiklah
kalau begitu. Akan kuturuti permintaanmu. Sebagai balasan atas kebaikan dan
kerja kerasmu selama ini, aku akan memberimu rahasia bagaimana cara
menghidupkan kembali istrimu. Tusuk ujung jarimu, lalu percikkan tiga tetes
darah ke mulutnya. Niscaya dia akan hidup kembali. Jika setelah itu istrimu
macam-macam, ingatkan bahwa dia hidup dari tiga tetes darahmu.”
Petani itu segera melaksanakan pesan dewa itu.
Ajaib, istrinya benar-benar hidup kembali.
Tanpa pikir panjang, suami yang bahagia itu pun membawa pulang istrinya. Tapi,
sang istri tahu, selain sampan yang dinaiki mereka, kini suaminya tak punya
apa-apa lagi. Lalu, dengan apa dia merawat kecantikannya?
Suatu hari, sampailah suami-istri itu di sebuah pelabuhan yang sangat ramai.
Petani turun dari sampan dan pergi ke pasar untuk membeli bekal perjalanan dan
meninggalkan istrinya sendirian di sampan. Kebetulan, di sebelah sampan mereka
bersandar sebuah perahu yang sangat indah milik seorang saudagar kaya yang sedang
singgah di tempat itu. Melihat kecantkan istri si petani, pemiliik perahu itu
jatuh cinta dan membujuk perempuan cantik itu untuk ikut bersamanya.
“Kalau kau mau ikut denganku, akan aku belikan apa saja yang kau minta,” kata
sang saudagar.
Sang
istri petani tergoda. Dia lalu pergi dengan saudagar itu.
Pulang dari pasar Petani terkejut karena istrinya tak ada lagi di sampannya.
Dia mencari ke sana-kemari, tetapi sia-sia. Setahun kemudian, bertemulah dia
dengan istrinya, tetapi istrinya menolak kembali kepadanya. Petani lalu
teringat kepada dewa yang memberinya rahasia menghidupkan kembali istrinya.
“Sungguh kau tak tahu berterima kasih. Asal tahu saja, kau hidup kembali karena
minum tiga tetes darahku.”
Istrinya tertawa mengejek.
“Jadi, aku harus mengembalikan tiga tetes darahmu? Baiklah…”
Sang
istri pun menusuk salah satu jarinya dengan maksud memberi tiga tetes darahnya
kepada suaminya. Namun, begitu tetes darah ketiga menitik dari jarinya,
wajahnya memucat, tubuhnya lemas, makin lemas, hingga akhirnya jatuh tak
berdaya. Mati.
Setelah mati, dia menjelma menjadi nyamuk. Sejak itu, setiap malam nyamuk
jelmaan wanita cantik itu berusaha menghisap darah manusia agar dapat kembali
ke ujudnya semula.
Kelinciku malang, Kucing Ku Temui
Oleh : Marta Yani
(06101413074)
Persenjaan sore menjelang. Matahari rasanya enggan turun. Tapi sang malam
mulai menutupi senja mala mini. Firman masih memikirkan seekor kucing yang
sangat ia sayang. Ia kembali memutar otaknyai, apakah kucingnya hilang, apakah
kucingnya diambil orang, ataukah kucingnya mati. Ia masih tetap setia
termanggung didepan teras kamar. Sudah tiga hari belakang ini ia menatap senja
dengan tatapan penuh harap. Pikiran firman masih terpaku dengan kucing, kucing,
kucing., dan kucing kesayangannya. Ia jadi teringaat tiga tahun lalu saat ia
masih berumur 15 tahun ayah memberi
firman hadiah. Hadiah yang diberikan ayah yaitu kucing anggora. Kucing ini khusus
dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah special ulang tahun firman selain itu
firman juga berhasil mendapatkan juara satu dikelas. Firman termasuk anak yang
cerdas serta anak yang manja jadi apa yang firman inginkan dapat terpenuihi
dengan mudah. Tapi lain halnya ketika
firman merengek minta dibelikan kucing angora. Firman tidak merengek seperti
biasa ia malah membuat janji kepada ayahnya. Janji itu ketika ia berulang tahun
ke 15, ia meminta kucing angora apabila dia mendapatkan rangking satu
disemester kali ini. Ia juga ingin membuktikan kepada kakaknya bahwa dia bukan
anak manja lagi. Karena firman tahu permintaannya kali ini pasti sulit
dikabulkan. Itulah sebabnya firman berani memberikan syarat kepada ayahnya.
Sebenarnya sudah sejak lama firman minta dibelikan kucing angora, karean firman
orangnya ceroboh, ayah berpikir dua kali untuk mengabulkan permintaan firman
kali ini. Sebelumnya hewan peliharaan firman sudah ada yaitu kelinci. Firman
mempunyai kelinci sebanyak 2 ekor satu yang betina yang satunya lagi yang
jantan. Satu bulan pertama firman rajin mengurusinya, begitu juga dengan bulan
kedua ia masih rajin mengurusi kelinci-kelinci itu. Mulai dari memandikan,
member makan, membersihkan kandang bahkan setiap ia pulang sekolah firman
menyempatkan diri untuk bermain bersama kelinci-kelincinya. Setiap kali ia
selesai bermain dengan kelinci-kelinci itu firman lupa untuk mengembalikan
hewan kesayangannya ke kandang. Ibu ya
ibu yang selalu mengembalikan kelinci-kelinci itu ke kandang. Ibu juga
penyayang hewan peliharaan firman juga senantiasa memperhatikan hewan
peliharaan firman. Pernah
suatu ketika ibu repot mengurusi pekerjaan rumah karena di rumah ada acara
keluarga, ibu tidak memperhatikan anak bungsunya bermain dengan kelinci.
Seperti biasa firman yang ceroboh lupa untuk mengembalikan kelinci-kelincinya
ke kandang. Hari itu kelinci-kelinci firman tak terurus setelah bermain bersama
firman. Sore pun tiba, ayah yang baru pulang kerja menyapa kedua kakak firman
yang asyik daritadi membantu ibu didapur sekalian menyiapkan makan malam.
Assalamualaikum sapa ayah, walaikumsalam sahut ibu dan kedua kakak firman.
Tersentak ayah kaget dan langsung bertanya kepada ibu, “bu mana anak bungsu
ayah ? itu dibelakang yah”, biasa yah
sehabis puiasa yah sehabis pulang sekolah firman bermain bersama
kelinci-kelincinya sahut ibu. Oo ayah kira kemana bu ! tanpa bicara panjang
lebar ayah langsung melihat anak bungsunya dibelakang rumah. Di taman kecil
belakang rumah ayah mendengar firman sibuk memanggil-manggil kedua kelincinya.
Ayah bingung kenapa anak bungsuunya iini memangill-manggil kelinci-kelinci, tak
lama ayah menyapa firman “ nak kenapa kamu memanggil-manggil kelinci-kelinci
milikmu ? ” kata ayah. Sebentar yah tunggu firman hampir menemukan kelincinya sahut firman. Selang beberapa menit firman menghampiri
ayahnya dengan raut muka yang murung firman berkata “ yah “ !, “apa nak” sahut
ayah. “Firman tidak berhasil menemukan kelinci firman yah, “sudah dari dua
jam yang lalu firman mencari-cari taoi
tidak ketemu juga yah , sambung firman. Ayah cuma tersenyum, ayah sudah tahu
kebiasaan anak bungsunya ini.. jadi ayah tak heran kalau ceroboh anaknya ini
bias berakibat fatal. Yah dua ekor kelinci milik firman hilang entah kemana.
Dengan senyum hangat seorang ayah, ayah
merangkul firman yang sedang sedih bercampur kesal. Sembari ayah
merangkul firman ayah tak sadar ibu dan kedua kakak firman memperhatikan mereka
berdua. Firman dan ayah memang sangat dekat. Karena kedua kakak firman sudah
besar semua, jadi firmanlah yang setia menemani ayah setiap ada waktu luang.
Lain dengan kakak firman yang sibuk dengan pekerjaan dan kuliah mereka hanya
waktu-waktu tertentu pasti kedua kakak
firman menyempatkan berkumpul bersama ayah,ibu dan adik bungsu mereka. Kemudian
ibu menghampiri ayah dan firman dengan sifat khas seorang ibu, ibu menyuruh
ayah dan firman mandi semabari bersiap untuk shalat magrib. Waktu makan malam
pun tiba, mereka sekeluarga sudah berkumpul di meja makan tapi firman belum
terlihat di kursi makannya, ayah menyuruh abang untuk memanggil firman ke atas.
Sesampainya di atas , firman duduk termenung di teras kamar. Abang menegur
firman, “ dik, ayo kita makan ? kata abang. “bang firman tidak lapar. Sahut
firman. Abang tak berani membujuk firman, abang cuma berkata, “kalau lapar kamu
turun ke bawah ya dik, atau nanti panggil abang, abang yang antarkan makan
malam buat kamu. Lanjut abang, “ya bang ! sahut firman. Abang kembali ke bawah,
lalu berkata “yah , bu firman tidak lapar katanya “ , hm ayah tak tega ayah
tahu betul bagaimana firman. Kalau sudah sayang sama sesuatu apalagi itu hewan
kesayangan dia. Hilang entah dimana, huhuhh ayah hanya mengelus dada. Ayah tak
mau melihat anak bungsunya sedih. Ayah meminta ibu untuk menyiapkan makan malam
untuk firman. Ayah malam ini hanya makan sedikit, ayah buru-buru kekamar firman
mengantarkan makan malam untuk anak bungsunya. Di kamar firman, ayah melihat
anak bungsunya sudah terlelap di kasur empuk. Firman terlalu letih hari ini
pikir ayah. Ayah menyelimuti firman dan menutup jendela kamar firman. Ayah
menutup kamar firmn didepan kamar ada ibu yang ingin melihat firman, “ssstt
firman sudah tidur bu kata ayah! ” , hm ibu tersenyum. Di ruang keluarga ayah, ibu, dan kedua kakak firman sedang
mengobrol, mereka merencanakan minggu pagi besok akan mengajak firman
jalan-jalan pagi di sekitar rumah. Abang meminta kepada ibu agar memasak
makanan kesukaan firman. Tak lama kemudian obrolan terhenti dan semuanya
kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Esok
harinya kicauan burung sudah tedengar merrdu, tetesan air hujan menetes sedikit
demi sedikit sisa hjan tadi malam. Pagi hari yang cerah untuk jalan-jalan
sambil bersepeda di sekitar rumah. Ibu sudah siap dengan menu sarapan paginya,
ayah dan kedua kakak firman sedang pemanasan di teras rumah. Sementara itu ibu
naik ke atas. Di karma firman, ibu membuka jendela dan membangunkan anak
bungsunya. Walaupun manja, firman kalau dibangunkan tidur oleh ibunya pasti
langsung bangun tidak perlu waktu yang lama. Firman bangun dan membersihkan
wajahnya, mengosok gigi, berganti pakaina lalu turun ke bawah siap utnuk jalan
pagi ataupun bersepeda dengan kedua kakaknya tentu bersama ayah tercintan.
Berbeda dengan kemarin raut muka firman sudah tidak murung lagi. Firman memilih
bersepeda dengan ayahnya sementara itu kedua kakak firman mengikuti dengan
berlari mengiringi ayah dan firman. Di sepanjang perjalanan ayah dan firman
bersedagurau begitu juga dengan kedua kakak firman. Tiba di taman komplek
perumahan mereka beristirahat sejenak. Sembari beristirahat firman memainkan
air danau buatan di taman. Minggu ini banyak orang yang memilih taman sebagai
tempat untuk mengisi awal weekend. Satu per satu firman memperrhatikan orang
yang lewat didekatnya. Kemudian firman kembali melamun disela-sela canda tawa
ia bersama ayah dan kakaknya. Firman terpaku pada seorang anak kecil yang asyik
bermain bersama dua ekor kelinci. Ia seperti kenal dengan kelinci yang asyik
bermain bersama anak kecil itu. Sesekali firman memastikan kelinci itu, dalam
hatinya ia berkata “ kelinci itu mirip dengan kelinciku yang hilang kemarin.
Hey dik ! kata abang , “apa yang kamu perhatikan dari anak kecil itu”, lanjut
abang . hm tidak bang, tidak ada apa-apa shut firman. Firman tidak berani
memberitahu kepada abangnya. Tapi ketika ayah mengajak firman dan kedua
kakaknya utnuk melanjutkan perjalanan pagi ini dan langsung pulang kerumah,
firman menolak. Ayah tercengang, lalu ayah bertanya kepada firman. “nak kita
pulang yuk?” ibu sudah menuggu kita dirumah. ”Sebentar yah, kata firman. Firman
sedang memperhatikan dua ekor kelinci yang sedang berrmain bersama adik kecil
itu. Kelinci itu mirip sekali dengan kelinci firman yang hilang kemarin. Belum
puas dengan hanya memperhatikannya saja, firman memberanikan diri untuk mendekati
anak kecil itu. Firman menyapa adik kecil itu dengan penuh kasih sayang, “ pagi
dik,” kata firman. “Ia kak, kamu siapa yah kak ?” sahut adik itu. Firman tidak
mendapati mata anak itu memperhatikan firman yang sedang berrbicara. Firman
hanya melihat tatapan kosong dari anak itu. Firman kali ini memberanikan diri
untuk bertanya lagi, “dik boleh kakak bertanya? ” kata firman. “ya kak, kakak
mau bertanya apa?” jawab adik itu. Kamu mendapatkan kelinci itu darimana dik ?
maaf sebelumnya. “ oh kelinci-kelinci ini ka, kemarin ayah saya memungut sampah
dikomplek sekitar taman ini.”Ayah melihat dua ekor kelinci yang bermain
direrumputan di taman ini kak, ayah tidak mendapati pemilik kelinci ini kak
ayah saya sudah menunggu hamper tiga jam di taman ini. Akhirnya ayah saya
memutuskan untuk membawa pulang kelinci ini kak” dengan napas terengah-engah
adik ini menjelaskan kepada firman. “ ada apa kak? lanjut adik itu. Firman terdiam ia berpikir
lagi ya benar ini kelinci milik saya yang hilang kemarin. Lama firman tidak menjawab
pertanyaan adik itu. Firman kembali melihat mata adik yang ada didekatnya, ia
melihat adik ini buta ia tidak bias melihat. Tanpa pikir panjang firman
menjawab pertanyaan adik tadi,”tidak dik, kakak hanya bertanya saja. Ayah dan
kedua kakak firman hanya melihat firman. Firman berpamitan dengan adik itu, dan
langsung mengajak ayah beserta kedua kakaknya
untuk pulang kerumah. Dengan raut muka yang gembira ia mengatakan, ayah
, abang, kakak, firman berkata “ayo kita pulang firman sudah lapar ingin sarapan
pagi bersama ibu”! .
Hiu dan Lumba-lumba
Oleh : Karmila (06101413075)
Ikan hiu dan
ikan lumba-lumba mempunyai perangai yang berbeda, namun mereka tetap
bersahabat. Ikan hiu dikenal mempunyai sifat serakah, ganas, dan kejam. Berlawanan
dengan sifat ikan lumba-lumba yang penyabar dan bijak. Walaupun demikian mereka
selalu bersama bila mencari makan.
Suatu hari,
mereka beriringan mencari makan di lautan yang dalam. Ikan lumba-lumba senang
memangsa ikan-ikan yang kecil, sedangkan ikan hiu lebih suka memangsa ikan-ikan
yang besar. Ikan hiu mempunyai nafsu makan yang luar biasa.
Walaupun
telah mendapat ikan yang besar sekalipun, kadang ikan hiu masih suka menangkap
mangsa yang lain. Bahkan seringkali ikan hiu tidak menghabiskan mangsanya,
karena perutnya sudah tidak muat lagi untuk menampung.
Ketika sampai
di sebuah tempat, mereka segera mengejar-ngejar mangsa yang berada di
sekitarnya. Ikan hiu dengan buasnya melahap ikan-ikan yang besar, sedang ikan
lumba-lumba hanya memangsa ikan-ikan kecil yang berada di dekatnya. Ikan
lumba-lumba memang tidak berminat memakan ikan-ikan yang besar, walaupun
sebenarnya mudah didapat.
Tanpa
sepengetahuan ikan hiu dan ikan lumba-lumba, tiba-tiba saja sebuah perahu
nelayan berada tepat di atas mereka. Di atas perahu itu nampak dua orang
nelayan yang akan menjaring ikan. Tidak lama kemudian, kedua nelayan menebarkan
jaring-jaring perangkapnya.
Ikan hiu yang
sedang memangsa ikan, terkejut melihat jaring-jaring yang ditebarkan nelayan
itu. Namun dengan gerak cepat, ikan hiu dapat melesat dan menghindari
jaring-jaring itu.
“Awas
lumba-lumba! Ada
jaring perangkap!” teriak ikan hiu memperingatkan ikan lumba-lumba. Tetapi
sayang, karena gerakan ikan lumba-lumba tidak cepat, ia terperangkap.
“Tolong aku
hiu! Aku terperangkap!” jerit ikan lumba-lumba meminta bantuan.
Ikan hiu
mencoba memberikan pertolongan. Dengan gigi-giginya yang tajam ia berusaha
memutuskan tali jaring-jaring perangkap itu. Tetapi usahanya sia-sia, karena
kedua nelayan itu segera menarik jaring perangkapnya.
Saat menarik
hasil tangkapannya, kedua nelayan itu merasa keberatan. Dengan sekuat tenaga
perlahan-lahan hasil tangkapan itu dapat ditarik.
“Tampaknya
hasil tangkapan kita banyak sekali hari ini!” ucap salah seorang nelayan dengan
raut wajah gembira.
“Ya,
kelihatannya begitu. Beratnya dua kali lipat dari biasanya!” ujar nelayan yang
satunya lagi.
Lihat! Ada ikan yang besar
sekali!” teriak salah seorang nelayan begitu melihat hasil tangkapannya di
permukaan air.
“Pantas saja
berat sekali!” seru nelayan yang satunya lagi. Kemudian mereka mengangkat hasil
tangkapannya itu ke atas perahu.”Akan kita apakan ikan yang besar ini?” tanya
nelayan itu.
“Sebaiknya
kita jual saja bersama dengan ikan-ikan yang lain. Mungkin harganya lebih
mahal!” jawab nelayan satunya. Mendengar dirinya akan dijual di pasar, ikan
lumba-lumba hanya dapat menangis tersedu-sedu. Tubuhnya menggeliat kepanasan
karena terik matahari yang mulai menyengat.
Kedua nelayan
itu memperhatikan gerak-gerik ikan lumba-lumba yang menggeliat di atas perahu
mereka. Kulitnya mulai mengering karena panasnya sinar matahari. Air mata ikan
lumba-lumba mulai menetes dan membasahi seluruh tubuhnya.
“Lihatlah!
ikan besar itu menangis!” seru seorang nelayan.
“Ya, tampaknya ikan itu sedih mendengar dirinya akan dijual di pasar.” Jawab
nelayan yang satunya. “Bagaimana kalau ikan besar itu kita lepaskan kembali ke
laut? Aku tidak tega melihat ikan ini menangis terus.”
“Baiklah
kalau begitu, akupun tidak tega menjual ikan sebesar ini ke pasar. Kalau begitu
mari kita lepas ikan ini.” Ucap nelayan yang satu dengan hati terharu.
Mereka
mengangkat dan melepaskan ikan lumba-lumba ke laut. Ikan lumba-lumba berhenti
menangis, hatinya berubah gembira tak terkira karena selamat dan tidak jadi
dijual oleh nelayan itu. Sebagai tanda terima kasihnya, ikan lumba-lumba
berlompat-lompat di depan perahu mereka, dan bersiul tanda gembira. Kedua
nelayan itupun senang dan tersenyum melihat ikan lumba-lumba tidak bersedih
lagi. Kemudian nelayan itu pulang.
“Hai hiu! Aku
selamat!” sapa ikan lumba-lumba kepada ikan hiu dengan hati gembira.
“Bagaimana kau bisa lolos?” tanya ikan hiu keheranan.
“Nelayan-nelayan
itu yang melepaskanku. Mereka itu baik hatinya. Mereka tidak sampai hati
menjualku ke pasar. Padahal katanya, aku bisa dijual dengan harga mahal.”
Cerita ikan lumba-lumba pada ikan hiu.
“Ah tidak,
nelayan-nelayan itu serakah! Seharusnya aku yang mendapatkan ikan-ikan besar
tadi. Karena nelayan itu menjaringnya aku jadi tidak kebagian!” ujar ikan hiu
dengan hati kesal.
“Tidak kawan,
nelayan itu tidak serakah. Kalau mereka serakah, pasti aku sudah dijualnya
tadi.” Ucap ikan lumba-lumba menyangkal pendapat ikan hiu.
“Tidak, aku
tetap tidak suka dengan nelayan itu. Mereka tangkap semua ikan-ikan yang
seharusnya menjadi bagianku. Kelak suatu saat, bila ada perahu nelayan yang
hancur diterjang badai, aku akan memangsa mereka sebagai gantinya.” Demikian
ikan hiu bersumpah.
“Jangan
kawan, janganlah kamu berbuat begitu. Kamulah yang sebenarnya serakah. Tidak
puaskah kamu memakan ikan-ikan yang ada. Rasa-rasanya kita tidak akan
kekurangan makanan, walaupun nelayan-nelayan itu menangkapi ikan-ikan di sini
setiap hari.” Tutur ikan lumba-lumba menasihati.
“Bila kelak
ada manusia yang tertimpa musibah, aku pasti akan menolongya. Sebab aku merasa
berhutang budi kepada nelayan yang telah menolongku. Aku tak akan melupakan
budi baik mereka. Makanya aku berjanji akan selalu menolong manusia yang
kesusahan.” Begitulah janji ikan lumba-lumba untuk membalas kebaikan manusia.
Sampai di
sinilah kisah ikan hiu dan ikan lumba-lumba, dua tokoh yang berlainan sifatnya.
Ikan hiu yang mempunyai sifat buruk merasa dendam dengan manusia, lantas dia
membenci manusia. Sedangkan ikan lumba-lumba merasa berhutang budi kepada
manusia, sehingga ikan lumba-lumba berjanji akan selalu menolong manusia yang
tertimpa musibah.
Kucing yang Manis dan Lucu
Oleh : Novriyanti (06101413076)
Tina mempunyai kucing peliharaan, yang dia pelihara dari kelas XII
SMP.Sampai dengan sekarang . Saat ini kucingnya sudah berumur enam tahun. Tina
member nama Komeng, Komeng mempunyai tiga warna yaitu putih,kuning,dan hitam
Komeng suka memakan daging dan makanan yang mengandung minyak seperti :
kerupuk,nasi goreng, tempe goreng dll.Tina uga biasanyasering memberi komeng
sarapan dengan satu gelas susu.Dari cara merawatnya biasanya setiap hari libur
sekolah seperti hari minggu, Tina biasanya selalu memandikan Komeng dengan
sampo untuk anak bayi agar bulu-bulu Komeng tetap cantik dan menarik
Komeng adalah kucing jinak karena tidak karena tidak suka menggigit
orang-oreang walaupun orang orang tersebut belum mengenalnya dan Komeng adalah
kucing yang bisa diajak untuk bermain-main.Komeng juga termasuk kucing yang
tidak liar karena kalau komeng main tidak jauh dari sekitar rumah .Komeng juga
termasuk kucing yang bisa bersosialisasi dengan kucing –kucinglain.Disekitar
tempat tinggal
Tina sangat menyangi komeng setiap perkembangan selaludi
perhatikan.Setiap dy mo pergi sekolah komeng selalu menunaikan sampai Tina naik ke mobil angkot.Setiba pulang dari
sekolah Tina sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Komeng dan ingin memberinya
oleh-oleh dari sekolah berupa makan –makanan ringan , setelah sampai dirumah
Tina langsung memanggil komeng tapi komeng tidak muncul-muncul juga akhir Tina
memutuskan untuk mencari Komeng disekitar ruangan rumah tapi Komeng tidak juga
muncul-muncul akhirnya Tina mengganti baju akhirnya Tina melanjutkan untuk
mencari Komeng disekitar halaman rumah dan sekitar rumah-rumah tetangga setelah
satu jam mencari Komeng tapi belum juga ditemukannya.Tina sasngat sedih karena
Tina sangat menyayangi Komeng, baju Tina sudah dipenuhi oleh keringat tapi
tidak juga menemukannya . Akhirnya Tina dipanggil ibunya untuk disuruh pulang
kerumah dan Tinapun segera pulang kerumah,ibu Tina bertanya mengapa baju Tina
dipenuhi keringat akhirnya Tina menjelaskan bahwa dia mencari Komeng sudah satu
jam tapi juga tidak ditemukan dan Ibu Tina memberitahu bahwa Komeng sedang
tidurdibawah tempat tidurnya
Tina segera berjalan menuju tamannya karena tidak sabaran
untuk melihat komeng, setelah melihat komeng Tina sangat sedih karena melihat
komeng tidak berdaya dengan badan yang lemas dengan mata yang redup dan
tubuhnya berdarah dan kakinya pincang, saat itu juga langsung mengeluarkan air
mata sambil menggendong komeng dan menanyakan ke ibunya apa yang menyebabkan
komeng seperti ini? Tetapi ibu Tina juga tidak mengetahui apa penyebabnya
secara pasti tapi ibu Tina Cuma berbendapat mungkin komeng berkelahi dengan
kucing tetangga dan kucing tetangga terssebut kalah, jadi pemilik kkucing
tersebut memukul kaki komeng sehingga komeng menjadi pimcang, setelah mendengar
penjelasan dari ibunya akhirnya Tina member Komeng makan siang, setelah selesai
amkan siang Tina mengobati bagian tubuh Komeng yang terluka dan mengajaknya
beristirahat degan tidur siang.
Hari demi hari, akhirnya kondisi komeng sudah pulih
kembali dari kejadian tersebut Tina tidak membiarkan Komeng untuk bermai jauh-
jauh dan hanya sekitar rumahnya saja, agar tidak terulang kejadian tersebut untuk
ke dua kalinya karena Tina sangat menyayangi Komeng.
\
Anak Singa
Oleh : Fahrozi (06101413077)
Pada saat saya berburu rusa dengan ayah saya di sebuah hutan ada seekor singa yang mati setelah melahirkan anaknya.
Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan ibunya. Beberapa waktu
kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu
menggerakgerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor
kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah.
Dan kambing itu berniat untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.Sang kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan
membelai dengan penuh kehangatan dan sayang.
Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak mau berpisah
dengan sang kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi.
Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu. Hari berganti
hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup
dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak-anak
kambing lainnya.
Tingkah lakunya
juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu pun
mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan mengaum! la merasa
dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing lainnya. Ia sama
sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi
kegaduhan luar biasa. Seekor serigala masuk memburu kambing untuk dimangsa.
Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Kambing yang juga ketakutan
meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
“Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan
suaramu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata kambing pada
anak singa yang sudah tampak besar. tapi anak singa yang sejak kecil hidup di
tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung
di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar
dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman.
Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang
tak lain adalah
saudara sesusuannya
diterkam dan dibawa lari serigala.
Kambing
sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa
dengan perasaan nanar dan marah, “Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya
kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang
jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia
tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada
serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat sedih
karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Hari berikutnya
serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap.
Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua
kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat
induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan
nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang
melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya. Serigala
itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah
akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak
singa itu berteriak keras, “Emmbiiik!”
Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil
ancang ancang untuk menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu,
serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya
adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika
itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing
bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat anak singa itu
menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah
siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu
merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan
mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan
peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran,
kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa adalah raja
hutan?
Tanpa memberi ampun
sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala
itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk
kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang
serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa
muncul dengan auman yang dahsyat.
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut
takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit.
Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di
tengah-tengah kawanan kambing itu ada
seekor anak
singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain
langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia
heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa
itu dan berkata, “Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku
takkan memangsa anak singa!
Namun anak singa itu terus lari dan
lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing,
tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa
itu ketakutan,
“Jangan bunuh aku, ammpuun!”
“Kau anak singa, bukan anak kambing.
Aku tidak membunuh anak singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa itu
berkata, “Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak
keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main.
Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan
geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa
sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia
meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan
dengan singa dewasa. Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut,
“Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!” “Ya,
karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
“Jadi aku bukan kambing? Aku adalah
seekor singa!”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja
hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana
menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa. Singa dewasa lalu
mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa
itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero
hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan
mendengar auman anak singa itu.
Anak singa itu kembali berteriak penuh
kemenangan, “Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Singa dewasa tersenyum bahagia
mendengarnya.
B & B
(Bani dan Beo)
Oleh : Siti Fatima (06101413078)
“Aku punya
anjing kecil”
Kuberi nama Heli
Dia senang
bermain-main
Sambil berlari
–lari....
Heli,
Guk...Guk...Guk...
Kemari Guk, Guk,
Guk.
Ayo lari2....
Lagu “Heli” terdengar dari kamar Bani. Anak usia 8 tahun ini sangat
menyukai banyak hewan. Bani memiliki berbagai macam hewan peliharaan, ada
kucing, anjing, kelinci, burung beo, dan ikan mas koki. Namun ia sangat
menyayangi burung beonya. Beo adalah hadiah ulang tahun adari Ayahnya, saat Ia
berulang tahun ke 6 tahun. Saat itu Bani mlai menyukai hewan. Burung beo itu
Bani panggil dengan sebutan SI BEO. Si beo sangat pandai bernyayi, ternyata
lagu heli yang terdengar itupun merupakan lantunan suara beo. Bani menjadikan
si beo sahabat terbaiknya.
Diantara hewan peliharaannya yang lain, hanya beo yang sangkarnya didalam
kamar Bani. Bani membuat sangkar beo bersama Ayahnya. Sangkar itu berbentuk
seperti istana. Setiap pagi, sebelum berangkat kesekolah Bani selalu
menyempatkan diri untuk membersihkan sangkar si beo. Saat bani akan berangkat
kesekolah si beo selalu mengucapkan “Selamat tinggal...selamat
tinggal....Hati-hati...Hati-hati...!”. Si beo milik Bani sangat cerdas. Berbeda
dengan anak-anak lain yang suka bermain di luar bersama teman-teman sebayanya,
bani tidak begitu. Dia lebih memilih menghabiskan waktudengan bermain bersama
beo dan hewan peliharaanya yang lain.
Setiap sore, bani mengajak burung beonya untuk bermain di halaman
belakang rumahnya. Bani dan beo bermain bersama pupus si kucing, Doggy si
anjing, Bunny si kelinci, dan Fisi si ikam mas koki. Bani memberi makan pada
hewan-hewan peliharaanya. Bani dan beo bernyayi bersama.
Disini senang...
disana senang
Dimana-mana...mana-mana
hati ku senang
Lalaa...lalaa....lllaaa..
Di sini senang di sana senang dimana-mana hatiku
senang
Lalalala... lalalaa... lalaa...
Setelah
bernyani lagu di Sini Senang di Sana Senang Beo bernyanyi lagi agu-lagu
kesukaannya, seperti : Heli, pelangi-pelangi, dua mata saya, hujan
rintik-rintik.dan lagu burung kutilang.
Saat mereka sedang bermain di taman, tiba-tiba Bani melihat-lihat
selebaran mengenai kontes lagu beo. Bani memiliki ide yang bagus, dia ingin beo
mengikuti kompetisi itu. Dia optimis beo akan jadi pemenang pada kompetisi itu.
Setibanya di rumah, Bani mulai melatih Beo. Semua lagu yang telah diajarkan
Bani kepada Beo, diajarkan kembali. Bani sangat bersemangat melatih burung
kesayangannya itu. Hari demi hari telah berlalu. Tibalah saatnya Beo untuk
bertanding dengan suara merdunya. Latihan Beo selama ini membuat sebuah
keoptimisan untuknya dan Bani yang telah melatihnya dengan sungguh-sungguh.
Tibalah giliran Beo untuk memamerkan suara emasnya. Beo menyanyikan lagu
Burung kutilang. Bani merasadeg-degan, Bani yang tadinya begitu optimis
tiba-tiba merasakan kegugupan, karena mereka telah mendengarkan banyak
burung-burung peserta Kompetisi yang suaranya merdu. Beopun mulai bernyanyi.
Ketika Bani dan Beo naik ke atas panggung, Bani gemetaran.Saat Beo mulai
mengeluarkan suara, suasana senyap. “Beopun Bernyanyi lagu burung kutilang”
“Di pucuk pohon
cempaka
“Burung kutilang
berbunyi
“Bersiul-siul
sepanjang hari
“Dengan tak
jemu-jemu
“Sambil bersiul,
dia berseru.. Trilili...lilili...”
Lagu beo disambut antusias oleh para penonton, saat beo bernyanyi banyak
penonton yang mengikuti.Setelah selesai bernyanyi tepuk tangan yang riuh dari
para penonton mengiringi akhir lagu dari Beo.Dua puluh lima peserta telah
bernyanyi dan kini tiba saatnya untuk menentukan pemenang dari kontes itu. Bani
berdoa kepada Tuhan, agar Beo dapat menjadi juara. Satu persatu pemenang telah
diebutkan. Kini tiba saatnya pengumuman untuk menentukan juara pertama. Rasa
was-was menyelimuti Bani dan ungkin juga Beo. Setelah lima menit kemudian Juri
mengumumkan pemenangnya. Ternyata Beo menjadi juara pertama.
Namun saat Bani dan Beo menerima piala dan uang tunai sebesar satu juta
rupiah, tiba-tiba piagam yang bertuliskan nama beo terjatuh. Apakah ini firasat
buruk ?? Bani terus memikirkannya.Bani dan Beopun pulang ke rumah. Setelah
pulang ke rumah Bani menceritakan semua kepada ayah dan Ibu. Bani bangga
memiliki hewan piaraan seperti Beo. Bani berkata pada orang tuanya.
“yah, jadi dokter hewan enak gak ya ?.” tutur Bani
“Emangnya, Bani mau jadi dokter hewan ya nak ?” tanya ayah sambil
tersenyum.
“ Iya, ayah.. Bani kagum sama ayah, Bani juga mau terus bermain-main
denganhewan”.
Celoteh Bani, sambil menunjukkan rasa bangganya kepada ayahnya.
“Kalau begitu Bani harus Rajin Belajar, ya Nak”. Nasihat ayah kepada
Bani.
“Siaaaaaap bos, hheeeheee “ Bani tertawa.
Setelah selesai berbincang-bincang dengan Ayahnya, Bani dipanggil oleh
ibunya untuk makan malam bersama.
“ Bani, ayah... ayo makan yok ?,” Panggil ibu
“ Iya, buk... “ Sahut Bani dengan lantang
“ Emangnya Bani tadi bicara apa dengan Ayah?”..
“Ada Aja, rahasia laki-laki, buk.. hehe.. “ Jawab Bani dengan main-main
“ Oh ya sudah kalau begitu “. Ibu hanya tersenyum simpul.
Setelah selesai makan malam, Bani memutuskan untuk Tidur. Karena Besok
pagi dia harus berangkat ke sekolah. Jika besar nanti, Bani bercita-cita
menjadi seorang dokter hewan. Bani ingin menjadi seperti ayahnya yang juga
seorang dokter hewan. Dia bermimpi Beo terbng meninggalkannya. Esoknya dia
terus bertanya-tanya tentang mimpinya. Kebahagian Bani berubah menjadi
kesedihan karena sebuah peristiwa.
Sore itu, hari minggu awal bulan
januari. Bani berekreasi bersam kedua orang tuanya kesebuah pedesaan yang cukup jauh dari
kotanya. Mereka kedesa, karena tugas ayah untuk memelihara hewan-hewan
disuakamarga satwa di desa itu. Saat tiba di desa Bani bersama keluarga nya
beristirahat sejenak dan memulai kegiatan mereka. Saat mereka tiba
disuakanargasatwa, banyak sekali hewan-hewan disana mulai dari hewan jinak,
sampai hewan buas.
Karena asiknya melihat hewan-hewan,
burung beo Bani didalam sangkar nya tertinggal ditempat penangkaran hewan buas.
Harimau itu menerkamnya dan mencabik-cabik beo milik Bani. Beo nya pun mati.
Setengah jam kemudian Bani baru menyadari si beo telah hilang dari pegangan nya
seketika itu Bani menangis, dia menemui ayah nya. Bani terus mencari si beo.
Tak lama kemudian Bani mendapati sangkar beo yang telah hancur dan beo hanya
tertinggal tulang dan bulu-bulu ya g bertaburan saja. Bani hanya terrdiam,
sontak air mata nya mengalir dan menagngis sambil menjerit. Ia meneriakan nama
si beo. Ayah dan ibu hanya melihat dari kejauhan. Lalu tak lama kemudian ayah
dan ibu mendekati Bani. Ayah berjanji
akan membelikan Bani burung beo yang baryu untuk Bani namun baini terus
menangis.
Kisah Para Semut
Yang Rajin dan Rendah Hati
Oleh : Siti
Nurjanah (06101413079)
Pada akhir musim kemarau, iring-iringan
semut merah merambat naik ke pohon mangga. Mereka bernyanyi riang dengan suara
keras, menandakan semangat dan hati gembira.
Iring-iringan itu membentuk garis panjang
dan mereka berpisah dalam kelompok-kelompok menuju kumpulan daun lebat yang
menggantung di ranting-ranting pohon.
Rupanya hari ini adalah saatnya bagi semut
merah untuk membuat sarang. Sebentar lagi musim hujan, mereka tidak ingin
kedinginan dan kehujanan. Jadi, dalam beberapa hari, mereka akan sibuk membuat
tempat berlindung dan mengumpulkan makanan untuk persediaan selama hujan turun.
SETIBA DI ATAS pohon, mereka meniti
kumpulan daun mangga dan menetapkan daun yang tebal, lebar, dan saling
berdekatanlah yang paling cocok untuk dibuat sarang. Ini adalah saat yang
paling menyenangkan bagi mereka.
Terdengar nyanyian bersahut-sahutan.
Semut-semut itu bekerja giat dan sukacita. Tetapi tidak semuanya. Sima, seekor
semut pemalas, tidak ada dalam barisan. Sima asyik bermain dan tidak
menghiraukan ajakan teman-teman untuk membuat sarang.
Ketika para semut sibuk menjalin daun-daun
menjadi kuncup tertutup, Sima justru menghampiri dan membujuk mereka untuk
bermain.
”Hai teman-teman, sibuk amat. Capek ya membuat sarang? Pasti membosankan,
lebih baik ikut aku. Di pohon sebelah sana, ada buah yang merah, manis dan
lezat sekali.”
Beberapa temannya sempat tergoda. Tetapi
Pak Bijak, semut paling tua dan bijaksana, segera mengingatkan mereka.
”Aaahhh…, jangan dengarkan Sima. Kalian harus ingat, musim hujan sudah
dekat. Jangan bermalas-malasan. Pikirkan hari esok, bersiaplah untuk hujan
terbesar jika kalian ingin selamat dan makan berkecukupan!” teriak Pak Bijak.
MENDENGAR HAL INI, teman-teman Sima segera
sadar dan bekerja kembali.
”Hai, Sima. Kau seharusnya juga ikut bersiap-siap, musim hujan akan diawali
dengan hujan deras yang turun terus-menerus disertai angin kencang. Jika kau
hanya bermain-main dan tidak mau bergotong royong membuat sarang, kau tidak
akan memiliki tempat tinggal saat hujan benar-benar datang! Ayo, bekerja!” kata Pak Bijak menasihati Sima.
”Ahhh, Pak Bijak cerewet. Musim hujan tidak akan separah itu. Lihat, hari
ini cerah sekali. Lebih baik bersenang-senang, mencicipi berbagai buah yang
manis. Sayang jika dilewatkan, Pak.”
”Dasar pemalas. Terserah kau saja. Tetapi ingat, jika musim hujan datang,
kau pasti menyesal tidak membantu kami membuat sarang.” Pak Bijak berkata dengan marah dan meninggalkan Sima yang hanya tertawa-tawa.
KEESOKAN HARINYA, enam buah sarang yang
kokoh telah terbentuk. Ada celah kecil yang merupakan pintu bagi para semut
untuk keluar masuk sarang.
Kegiatan hari ini adalah mengumpulkan
persediaan makanan. Setiap kelompok semut ditugaskan mengangkat potongan kecil
buah yang bisa dibawanya.
Sejak pagi hari mereka sibuk naik turun
pohon mangga atau merambat ke pohon sebelahnya untuk membawa makanan dan
memasukkannya ke sarang.
Saat semua bekerja, Sima terlihat
bermalas-malasan di sehelai daun yang melambai perlahan tertiup angin. Ia hanya
mengawasi kawan-kawannya bekerja. Ketika terasa lapar, ia mencari buah yang
matang lalu memakannya hingga kekenyangan. Jika bosan, ia akan bernyanyi-nyanyi
dan kemudian tidur.
Teman-teman menggeleng-gelengkan kepala
melihat tingkah Sima. Seekor semut mengingatkan lagi agar Sima ikut membantu
membuat sarang. Ia menakut-nakuti jika Sima tidak ikut bekerja, mereka tidak
akan menerima Sima tinggal di sarang ketika hujan datang.
Tetapi Sima dengan sombong berkata, hujan tidak
membuatnya takut dan ia akan bersembunyi di bawah daun untuk melindungi diri
dari hujan.
MENJELANG SORE, semua makanan yang
diperlukan telah diangkat ke dalam sarang. Para semut berkumpul dan memasuki
sarang masing-masing. Langit bertambah gelap karena mendung tiba-tiba datang.
Udara terasa dingin dan angin mulai bertiup kencang.
Para semut merapatkan pintu sarang dengan
kuat agar angin tidak tembus ke dalam. Sima, yang saat itu sedang tertidur
pulas, mendadak bangun dan terkejut karena suara petir yang keras. Darrrr… gelegarrrr…!
Hati Sima terasa ciut. Mungkinkah hujan
datang seperti itu? Tak lama kemudian, butiran air hujan mulai turun, semakin
lama semakin deras disertai angin kencang.
Hujan membasahi Sima dan sekitarnya. Ia
mencoba berlindung di bawah sehelai daun, tetapi angin dengan kuat
mengguncang-guncang daun hingga putus dari rantingnya. Sima terlempar ke tanah.
DENGAN SUSAH PAYAH, Sima memanjat ke pohon
mangga. Dilihatnya sarang yang dibuat teman-teman terlindung kokoh dan aman.
Air deras dan angin menerjangnya berkali-kali.
Sima mencoba bertahan dan terus berusaha
merayap ke atas. Di bawah, air hujan mulai membanjiri tanah. Jika ia terpeleset dan jatuh, air akan
segera menenggelamkannya dan ia akan mati.
Ketika berhasil mencapai sebuah sarang,
Sima mengetuk-ngetuk pintu, tetapi tak ada yang membukakan. Ia mencoba ke sarang lain, tetapi tak ada
yang menjawab. Sima sangat ketakutan karena hari semakin gelap dan hujan tidak
kunjung reda.
Ia mulai menangis dan menyesali
kemalasannya. Ia terus berkata pada dirinya, ”Seharusnya aku mendengar
kata-kata Pak Bijak…, seharusnya aku tidak malas.”
Akhirnya Sima tiba di sarang terakhir yang
dihuni Pak Bijak dan teman-teman. Sima mengetuk pintu kuat-kuat. Sekuat tenaga,
ia berteriak minta tolong dan meminta maaf atas kesombongan dan kemalasannya.
TUBUH SIMA LEMAS dan kedinginan. Ketika
pegangan Sima mulai lemah dan nyaris jatuh ke bawah, tiba-tiba pintu sarang
terbuka dan beberapa tangan terulur meraih dan memasukkannya dengan cepat ke
dalam sarang. Kemudian semua menjadi hangat dan kering.
Hujan turun terus-menerus selama seminggu.
Para semut dapat tinggal di sarang yang nyaman dan cukup makanan karena mereka
mau bekerja keras.
Sima, yang akhirnya ditolong oleh Pak
Bijak dan teman-temannya, sangat malu dengan sikapnya yang sombong dan malas. Ia
menyesali perbuatannya dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan sombong
dan malas bekerja lagi.
Tarjo dan Binatang Kesayangannya
Oleh : Isdalia
(06101413080)
Di
suatu desa hiduplah seorang pengembala domba yang bernama Tarjo.Tarjo
mengembala dombah di hutan yang gelap
tidak jauh dari kampungnya dia mengembala dombah milik orang lain yaitu pak
Karyo setiap hari Tarjo selalu merawat domba mulai dari memandikan domba,mengasih
makan domba tersebut.Tarjo adalah pemuda yang berasal dari keluarga kurang
mampu sehingga Tarjo harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya meskipun
umurnya masih 12 tahun tarjo sudah menjadi tulang punggung keluarga karena
bapaknya sudah lama meninggal semenjak Tarjo berumur 3 tahun ibunya yang hanya
buru tani tidak sanggup membiayai kebutuhan mereka apa lagi membayar uang
sekolah Tarjo jadi untuk membantu ibunya sepulang sekolah Tarjo mengembala
domba milik pak karyo.sehari-hari itulah
yang di lakukan oleh Tarjo. Sesekali Tarjo selalu merasa bosan dengan
kehidupanya Tarjo juga pingin bermain seperti teman sebayanya .untuk menghibur
dirinya
Tarjo
selalu bermain dengan hewan peliharaanya,
anjing yang bernama Otong sambil bermain seruling miliknya dengan pandainya
tarjo memainkan seruling miliknya
bersama anjing kesayangan nya sekali tarjo mengelus elus Otong.Tarjo
sangat menyayangi Otong setiap Tarjo
mengembala Tarjo selalu membawa Otong untuk menghibur hatinya yang sepi.
Suatu
hari ketika dia mengembalakan dombanya di dekat hutan ,Tarjo mulai berpikir
dengan apa yang di lakukanya apabila dia melihat serigala .Tarjo merasa
terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana untuk mengerjai warga kampung
karena tuanya pak karyo perna bilang kalau ada serigala yang ingin mengganggu
mereka maka panggil warga kampung maka warga akan datang. Tarjo berpikir
bagaimana cara mengelabui warga dengan otak jahilnya dia berhasil mengelabui
warga dengan berpura-pura kalau serigala datang akan memakan domba. Akhirnya
Tarjo melakukan itu dia berteriak “serigala-serigala”kemudian warga datang
ternyata tidak ada satu pun serigala
warga pun kecewa tapi Tarjo senang sudah mengelabui warga itu bisa
membuat hatinya lebih tenang dan senang.ketika dia sedang mengajak Otong
bermain-main sambil menunggu domba makan dengan asyikya Tarjo bermain dengan Otong (anjing kesayanganya) tak lama
kemudian dia berniat ingin memandikan domba ternyata domba yang di gembalakanya
itu hilang tali yang di gunakan untuk
mengikat domba itu lepas sehingga domba itu menghilang.tarjo sudah berusaha
untuk mencari domba tapi tidak bertemu yang ada di pikirkan Tarjo bagaimana
kalau pak karyo tau pasti marah besar,sedangkan dia tidak ada uang untuk
mengganti domba tersebut.
Tarjo
bingung harus bagaimana terselip di pikiranya untuk menjual Otong anjing
kesayangannya itu karena anjing tersebut termasuk anjing yang pintar dan bagus
,banyak sekali yang berminat dengan anjing tersebut tapi Tarjo tidak mau
menjual anjingnya karena dia sangat menyayanginya, tapi di sisi lain Tarjo
takut dengan pak Karyo di tengah kebingungan datang lah seekor burung,burung
itu berkata hay Tarjo kenapa kamu Tarjo menjawab” domba milik pak Karyo yang
saya gembala setiap hari hilang saya tidak tahu harus bagaimana untuk
menggantinya saya tidak punya uang”. Lalu burung berkata saya bisa membantu mu
dengan wajah yang berseri-seri karena senang sekali Tarjo langsung menerima
tawaran dari burung tersebut.
Berhari-hari
Tarjo tidak pulang karena mencari domba dengan anjing dan burung tersebut,ibu Tarjo cemas kalau
nantinya Tarjo di makan binatang buas di hutan, setelah tahu kabar bahwa Tarjo
tidak pulang-pulang semua warga mencari Tarjo di dalam hutan bersama-sama .
setelah beberapa hari warga mencari Tarjo akhirya Tarjo di temukan dengan rasa
senang ibunya memeluk Tarjo. Tarjo pun juga senang tapi di tengah keharuan
tersebut tiba-tiba Tarjo melepaskan pelukan ibunya semua warga heran kanapa
Tarjo seperti ketakutan ternyata pak Karyo datang, Tarjo takut nantinya pak
Karyo marah, makin lama pak
Karyo
makin mendekat dan kemudian sampai di hadapan Tarjo ,pak Karyo berkata”Tarjo
kenapa kamu tidak pulang-pulang”,Tarjo menjawab saya takut pak Karyo marah( sambil tersenyum dan memegag
kepala Tarjo) pak Karyo pun berkata “siapa bilang pak Karyo marah “dengan wajah
senang Tarjo berkata “berarti pak Karyo
tidak marah ,ya tidak la lain kali kalau ada masala ngomong jangan sampai kamu
bikin ibu kamu cemas nanti kamu akan bapak kasih domba lagi tapi jangan sampai
lalai lagi ya(ujar pak karyo).ya pak lain kali saya tidak akan
mengulanginya.Karyo pun pulang bersama Otong dan burung tersebut.Burung
tersebut di jadikanya teman bermainya sekarang teman Tarjo tidak hanya Otong
melainkan burung itu juga.
Lalu
Tarjo berkata untung saya tidak menjual kamu tong kalau saya menjual kamu saya
tidak tahu harus bagaimana karena selama ini teman saya hanya kamu.akhirya
setiap hari sepulang sekolah Tarjo mengembala domba sambil bermain bersama
Otong dan burung. Dua binatang kesayangan Tarjo, sambil memainkan seruling
dengan merdu.