Sabtu, 17 November 2012

Anak Berkebutuhan Khusus


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs)
membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Model bimbingan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus seyoganya difokuskan dahulu terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini dapat diterapkan melalui upaya-upaya pengondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1.2.1  Bagaimanakah karakteristik anak berkelainan fisik ?
1.2.2  Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan mental emosional ?
1.2.1  Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan akademik ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1.2.1  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan fisik
1.2.2  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan mental emosional
1.2.1  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan akademik
























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Anak Berkelainan Fisik

Anak –anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarunggu dan tunadaksaha. Adapun karaketistik kelainan fisik meliputi :
  1. Karakteristik Tunanetra
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfurigsian organ penglihatan atau mata seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunanetra, diantaranya adaiah:
o    Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
o    Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
o    Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
o    Sosial/emosianal, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetap  tidak tahu nyatanya

  1. Karakteristik Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidak fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adaiah:
o    Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
o    Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak normal pada umumnya
o    Motorik, sering anak tunarunggu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik
o    Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung.


3. Karakteristik Tunadaksa
Anak Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau otak, dengan karakteristik sebagai berikut:
o    Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik maupun motorik
o    Kemempuan akademik untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya sedangkan untuk tuna daksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
o    Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
o    Sosial – emosional , anak tuna daksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.














2.2 Karakteristik Anak Berkelainan Mental Emosional

Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional, yaitu anak tunagrahita, dan tunalaras.

1. Karakteristik Tunagrahita
Karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. mampudidik
Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan untuk mengelompokan tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitas intelegensi antara 50-70 pada skala Binet maupun Weschler. Anak mampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapat pelayanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak mampudidik dapat lulus Sekolah dasar. Tunagrahita mampudidik umumnya tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan lahiriah anak mampudidik tidak berbeda dengan anak normal sebaya, bahkan sering anak mampudidik dikenal dengan terbelakang mental 6 jam, hal ini dikarenakan anak terlihat terbelakang mental sewaktu mengiuti pelajaran akademik di sekolah saja, yang mana jam sekolah adalah 6 jam setiap hari.
b. Mampulatih
Tunagrahita mampu latih secara fisik sering memiliki atau diserati dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan dengan tipe klinik masuk dalam kelompok mampulatih sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampulatih memiliki kapasitas intelegensi (IQ) berkisar 30-50, kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun atau kelas 2 SD. Kemampuan akademik anak mampulatih tidak dapat mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhana seperti membaca, menulis dan berhitung. Anak mampulatih hanya mampu dilatih dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitas kehidupan sehari-liari.
c. Perlu rawat
Anak perlu rawal adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika pada istilah kedokteran disebut dengan idiot Anak perlu rawat memiliki kapasitas inteligensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilan. Anak ini hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan sehiri-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.
2. Karakteristik Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalani aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:
a. Karakteristik umum
•        Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak   mau   bekerjasama,   sok   aksi,   ingin   menguasai   orang lain.
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.
•        Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,
tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering
menangis, malu, dan sebagainya.
•        Kurang    dewasa,     suka    berfantasi,    berangan-angan,    mudah
dipengaruhi,   kaku,   pasif,   stika   mengantuk,   mudah   bosan,   dan
sebagainya
•        Agresif; suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
b    Sosial /emosi
•        Sering melanggar norma masyarakat
•        Sering mengganggu dan bersifat agresif
•        Secara emosional sering merasa rendah diri mengalami kecemasan
c. karakteristik akademik
•        Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata
•        Sering tidak naik kelas
•        Sering membolos sekolah
•        Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas







2.3           Karakteristik Anak Berkelainan Akademi
Anak-anak berkelainan akademik terdiri dari anak berbakat dan anak berkesulitan belajar. Adapun karaketistik kelainan akademik meliputi :
  1. Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya anak berkelainan mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau ciri yang menenjol pada anak berbakat meliputi:
1.      Karakteristik Intelektual, cepat dalarn belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.
2.      Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership)
terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa
serta mampu mengontrol emosi.
3.      Kaiakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki daya
tahan tabuh yang baik terhadap penyakit. dapat memelihara penampilan
fisik yang bersih dan rapi.
2. Karakteristik Anak Berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional.
Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya pada dasarnya dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:
o    Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
o    Adanya disfungsi minimal otak
o    Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
o    Adanya kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar dapat dibagimenjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra sekolah dan kesulitan akademik bagi anak usia sekolah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Karakteristik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi.

3.2 Saran
Saran ini ditujukan kepada para pembaca dan pihak-pihak yang terlibat di dunia pendidikan agar memberikan perhatian dan pelayanan secara khusus mengingat karakteristik dari anak berkemampuan khusus itu bermacam-macam dan memerlukan pelayanan yang optimal seperti layaknya anak normal. Pelayanan yang diberikan dapat berupa pengetahuan, bimbingan dan fasilitas-fasilitas sesuai dengan karakteristik masing-masing anak berkemampuan khusus.






Daftar Pustaka

Azwandi,Yosfan. 2007. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

http://www.google.com/karakteristik anak berkebutuhan khusus.

























PEMBAHASAN UNIT 4
                                                                                                

Macam-macam karakteristik anak berkebutuhan khusus :


1.Anak dengan  Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Anak dengan  gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan  khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan (low vision) diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar.
2. Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.
3.  Anak dengan Gangguan Intelektual (Tunagrahita)
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata,  sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

4. Anak dengan Gangguan Gerak Anggota Tubuh  (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi,otot]. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].
Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.

5.Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras)

Anak dengan gangguan prilaku (Tunalaras) adalah anak    yang    berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan   dan pendidikan secara khusus.
6. Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan tinggi (giftted) dan Anak yang memiliki Bakat Istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus.
7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar  80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama disbanding dengan sebayanya.  Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Anak berkesulitan belajar adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman,  gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.
9.Anak Autis
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dengan  demikian  dapat diartikan  seorang anak yang hidup dalam dunianya.  Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar