BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs)
membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program
pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki
pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik
spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat
perkembangannya.
Anak berkebutuhan
khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan
gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak
berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa,
SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Model bimbingan terhadap peserta didik
berkebutuhan khusus seyoganya difokuskan dahulu terhadap perilaku nonadaptif
atau perilaku menyimpang sebelum mereka
melakukan kegiatan program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini dapat
diterapkan melalui upaya-upaya pengondisian lingkungan yang dapat mencapai
perkembangan optimal dalam upaya mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai
dengan tugas-tugas perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1.2.1
Bagaimanakah karakteristik anak berkelainan fisik ?
1.2.2
Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan mental emosional ?
1.2.1
Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan akademik ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1.2.1 Untuk
mengetahui karakteristik anak berkelainan fisik
1.2.2 Untuk
mengetahui karakteristik anak berkelainan mental emosional
1.2.1 Untuk
mengetahui karakteristik anak berkelainan akademik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Anak Berkelainan Fisik
Anak –anak berkelainan
fisik terdiri dari tunanetra, tunarunggu dan tunadaksaha. Adapun karaketistik
kelainan fisik meliputi :
- Karakteristik Tunanetra
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi
ketidakfurigsian organ penglihatan atau mata seseorang anak. Kondisi ini
menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak
normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunanetra, diantaranya adaiah:
o
Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
o
Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada
umumnya.
o
Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
o
Sosial/emosianal, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu
dapat bicara tetap tidak tahu nyatanya
- Karakteristik Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidak
fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan
mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal pada
umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adaiah:
o
Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
o
Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak
normal pada umumnya
o
Motorik, sering anak tunarunggu kurang memiliki keseimbangan
motorik dengan baik
o
Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang
berlebihan, mudah tersinggung.
3. Karakteristik
Tunadaksa
Anak Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami
kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada
di syaraf pusat atau otak, dengan karakteristik sebagai berikut:
o
Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik maupun
motorik
o
Kemempuan akademik untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan
anak-anak normal pada umumnya sedangkan untuk tuna daksa berat terutama bagai
anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan
keterbelakangan mental.
o
Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik
motorik kasar maupun motorik halus.
o
Sosial – emosional , anak tuna daksa memiliki kecenderungan rasa
rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.
2.2 Karakteristik Anak Berkelainan Mental Emosional
Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan
mental-emosional, yaitu anak tunagrahita, dan tunalaras.
1. Karakteristik
Tunagrahita
Karakteristik anak
tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. mampudidik
Mampudidik merupakan
istilah pendidikan yang digunakan untuk mengelompokan tunagrahita ringan.
Mampudidik memiliki kapasitas intelegensi antara 50-70 pada skala Binet maupun
Weschler. Anak mampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12
tahun atau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapat pelayanan dan bimbingan
belajar yang sesuai maka anak mampudidik dapat lulus Sekolah dasar. Tunagrahita
mampudidik umumnya tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun
motoris, sehingga kesan lahiriah anak mampudidik tidak berbeda dengan anak
normal sebaya, bahkan sering anak mampudidik dikenal dengan terbelakang mental
6 jam, hal ini dikarenakan anak terlihat terbelakang mental sewaktu mengiuti
pelajaran akademik di sekolah saja, yang mana jam sekolah adalah 6 jam setiap
hari.
b. Mampulatih
Tunagrahita mampu
latih secara fisik sering memiliki atau diserati dengan kelainan fisik baik
sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan dengan
tipe klinik masuk dalam kelompok mampulatih sehingga sangat mudah untuk
mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya (kesan lahiriah)
berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampulatih memiliki kapasitas
intelegensi (IQ) berkisar 30-50, kemampuan tertingginya setara dengan anak
normal usia 8 tahun atau kelas 2 SD. Kemampuan akademik anak mampulatih tidak
dapat mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhana
seperti membaca, menulis dan berhitung. Anak mampulatih hanya mampu dilatih
dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitas kehidupan sehari-liari.
c. Perlu rawat
Anak perlu rawal
adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika pada istilah
kedokteran disebut dengan idiot Anak perlu rawat memiliki kapasitas inteligensi
di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilan. Anak ini hanya mampu
dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan sehiri-hari. Seumur hidupnya
tidak dapat lepas dari orang lain.
2. Karakteristik
Tunalaras
Anak tunalaras adalah
anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalani aktivitas
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada
hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal,
atau tidak berada di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak terjadi pada
perilaku sosialnya.
Beberapa karakteristik
yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan
perilaku sosial ini adalah:
a. Karakteristik umum
•
Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai orang lain.
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai orang lain.
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.
•
Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,
tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering
menangis, malu, dan sebagainya.
tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering
menangis, malu, dan sebagainya.
•
Kurang dewasa, suka
berfantasi, berangan-angan, mudah
dipengaruhi, kaku, pasif, stika mengantuk, mudah bosan, dan
sebagainya
dipengaruhi, kaku, pasif, stika mengantuk, mudah bosan, dan
sebagainya
•
Agresif; suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
b
Sosial /emosi
•
Sering melanggar norma masyarakat
•
Sering mengganggu dan bersifat agresif
•
Secara emosional sering merasa rendah diri mengalami kecemasan
c. karakteristik
akademik
•
Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata
•
Sering tidak naik kelas
•
Sering membolos sekolah
•
Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas
2.3
Karakteristik Anak Berkelainan Akademi
Anak-anak berkelainan
akademik terdiri dari anak berbakat dan anak berkesulitan belajar. Adapun
karaketistik kelainan akademik meliputi :
- Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya anak berkelainan
mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau
ciri yang menenjol pada anak berbakat meliputi:
1.
Karakteristik Intelektual, cepat dalarn belajar, rasa ingin
tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif
tinggi.
2.
Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan
diri
dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership)
terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa
serta mampu mengontrol emosi.
dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership)
terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa
serta mampu mengontrol emosi.
3.
Kaiakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki
daya
tahan tabuh yang baik terhadap penyakit. dapat memelihara penampilan
fisik yang bersih dan rapi.
tahan tabuh yang baik terhadap penyakit. dapat memelihara penampilan
fisik yang bersih dan rapi.
2. Karakteristik Anak
Berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar
merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya
kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan
dengan mengikuti pembelajaran konvensional.
Berkesulitan belajar
spesifik pada dasarnya pada dasarnya dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:
o
Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
o
Adanya disfungsi minimal otak
o
Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
o
Adanya kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar
dapat dibagimenjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra sekolah dan
kesulitan akademik bagi anak usia sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Karakteristik anak berkebutuhan khusus pada
umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik
spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif,
kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
sosial, serta kreativitasnya.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan
berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi.
3.2 Saran
Saran ini ditujukan
kepada para pembaca dan pihak-pihak yang terlibat di dunia pendidikan agar
memberikan perhatian dan pelayanan secara khusus mengingat karakteristik dari
anak berkemampuan khusus itu bermacam-macam dan memerlukan pelayanan yang
optimal seperti layaknya anak normal. Pelayanan yang diberikan dapat berupa
pengetahuan, bimbingan dan fasilitas-fasilitas sesuai dengan karakteristik
masing-masing anak berkemampuan khusus.
Daftar Pustaka
Azwandi,Yosfan. 2007. Media Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.
http://www.google.com/karakteristik
anak berkebutuhan khusus.
PEMBAHASAN UNIT 4
Macam-macam
karakteristik anak berkebutuhan khusus :
1.Anak dengan
Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Anak dengan
gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan khusus dalam
pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam
pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan
huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan (low vision)
diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba
dan didengar atau diperbesar.
2. Anak dengan
Gangguan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah anak
yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami
gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan
dengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan
khusus.
3. Anak dengan
Gangguan Intelektual (Tunagrahita)
Tunagrahita (retardasi
mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan
pendidikan khusus.
4. Anak dengan
Gangguan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah anak
yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang,
sendi,otot]. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau
gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].
Pengertian anak
Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.
5.Anak dengan gangguan
Prilaku dan Emosi (Tunalaras)
Anak dengan gangguan
prilaku (Tunalaras) adalah anak yang
berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi
pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan
sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan,
maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan
pendidikan secara khusus.
6. Anak dengan
Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)
Anak yang memiliki
potensi kecerdasan tinggi (giftted) dan Anak yang memiliki Bakat Istimewa
(talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),
kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas
anak-anak seusianya ( anak normal ), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya,
diperlukan pelayanan pendidikan khusus.
7. Anak Lamban Belajar
( Slow Learner)
Lamban belajar (slow
learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak
normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ
sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau
keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi,
tetapi lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu
belajar lebih lama disbanding dengan sebayanya. Sehingga mereka
memerlukan layanan pendidikan khusus.
8. Anak Berkesulitan
Belajar Spesifik
Anak berkesulitan
belajar adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis
dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang
dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman,
gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis,
berhitung, atau keterampilan sosial.
9.Anak Autis
Autis dari kata auto,
yang berarti sendiri, dengan demikian dapat diartikan seorang
anak yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan
dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar