Filsafat
Analitik
Filsafat
analitik adalah aliran filsafat yang muncul dari kelompok filsuf yang menyebut
dirinya lingkaran Wina. Filsafat analitik lingkaran Wina itu berkembang dari
Jerman hingga ke luar, yaitu Polandia dan Inggris. Pandangan utamanya adalah
penolakan terhadap metafisika. Bagi mereka, metafisika tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi filsafat analitik memang mirip dengan
filsafat sains.
Di
Inggris misalnya, gerakan Filsafat analitik ini sangat dominan dalam bidang
bahasa. Kemunculannya merupakan reaksi keras terhadap pengikut Hegel yang
mengusung [idealisme]] total. Dari pemikirannya, filsafat analitik merupakan
pengaruh dari rasionalisme Prancis, empirisisme Inggris dan kritisisme Kant.
Selain itu berkat empirisme John Locke pada abad 17 mengenai empirisisme, yang
merupakan penyatuan antara empirisisme Francis Bacon, Thomas Hobbes dan
rasionalisme Rene Descartes. Teori Locke adalah bahwa rasio selalu dipengaruhi
atau didahului oleh pengalaman. Setelah membentuk ilmu pengetahuan, maka akal
budi menjadi pasif. Pengaruh ini kemudian merambat ke dunia filsafat Amerika
Serikat, Rusia, Prancis, Jerman dan wilayah Eropa lainnya.
Setelah
era idealisme dunia Barat yang berpuncak pada Hegel, maka George Edward Moore
(1873-1958), seorang tokoh dari Universitas Cambridge mengobarkan anti
Hegelian. Bagi Moore, filsafat Hegel tidak memiliki dasar logika, sehingga
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akal sehat. Kemudian pengaruhnya
menggantikan Hegelian, yang sangat terkenal dengan Filsafat bahasa, filsafat
analitik atau analisis logika.
Tokoh
yang mengembangkan filsafat ini adalah Bertrand Russell dan Ludwig
Wittgenstein. Mereka mengadakan analisis bahasa untuk memulihkan penggunaan
bahasa untuk memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat terhadap
logika bahasa. Hal inilah yang ditekankan oleh Charlesworth. Penekanan lain
oleh Wittgenstein adalah makna kata atau kalimat amat ditentukan oleh
penggunaan dalam bahasa, bukan oleh logika.
Analisis Filosofis dalam Pendidikan
Filsuf
mulai menganalisis konsep-konsep seperti pengajaran, penanaman nilai, belajar,
, pelatihan, prestasi, dan banyak lagi. Kadang-kadang juga, analisis filosofis
berkontribusi terhadap pengabaian pada proses mengajar yang ditandai dengan
hasil tertentu.
Walaupun
banyak filsuf pendidikan kembali ke analisis sebagai penyesuaian tugas
filosofis,yang lain terus bekerja dalam cara yang lebih dekat dan berhubungan
dengan metafisika. Metafisika. Metafisika adalah cabang filsafat yang
mengangganggap bahwa kealamian itu merupakan kenyataan. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan,seperti: Apakah alam semesta pada dasarnya terdiri dari pikiran /
ide, atau partikel, fisik dan materi ? Para filsuf selalu memulai dengan
pendekatan metafisika, katakanlah, idealisme, dan kemudian mencoba membuktikan
pendapatnyadan disesuaikan dengan pendidikan. Dalam filsafat utama, tentu saja,
masih banyak argument berpaham idealis yang membela, dan kemudian mencoba untuk
menunjukkan pendapat mereka dalam pendidikan. Dalam filsafat utama, tentu saja,
masih banyak argument berpaham idealis membela paham realism (atau, lebih
sering dikenal dengan paham materialis), rasionalisme terhadap empirisme, dan
monisme terhadap pluralisme. Namun kembali lagi pada pendekatan awal. Lebih
sering, mereka adalah deskripsi rinci tentang konteks pendidikan apa yang
"Guru Realis," Guru Idealis, dan Guru pragmatis. lakukan ketika mereka mengajar dan bagaimana
cara mengajar
mereka dapat dibedakan dari jenis
aktivitasnya.
Analisis Pengajaran
Mengajar
bisa dibandingkan dengan komoditas penjualan. Tak seorang pun bisa menjual
tanpa seseorang yang membeli.Kita harus menertawai pedagang yang mengatakan
bahwa ia telah menjual banyak barang sementara tak ada seorang pun yang
membeli.Tetapi, barangkali ada guru-guru yang berpikir, mereka sudah bisa
mengajar dengan baik tanpa harus bergantung dengan apa yang telah orang-orang
pelajari. Ada penyamaan antara mengajar dan belajar serta antara menjual dan
membeli.
Scheffler berpendapat bahwa pembelajaran memiliki tiga
kriteria, yaitu:
1.
Guru
bertujuan untuk membawa (intensionalitas
criteria)
2.
Strategi yang
dipilih oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (reasonableness criterion)
3.
Apa yang guru harus
lakukan dalam batasan tunduk pada aturan yang berlaku? (criterion of manner)
Satu-satunya
cara untuk meningkatkan pembelajaran siswa adalah
dengan meningkatkan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang nyata. karena belajar adalah sesuatu
yang harus muridl akukan sendiri dan untuk dirinya sendiri. Guru
adalah pengurus dan pengarah,guru sebagai perahu atau petunjuk,tetapi tenaga
yang mendorong perahu itu harus datang dari murid.
Analisis-Analisis
Saat Mengajar
Filsuf pendidikan masih terlibat dalam analisis, dan mereka terus menerapkan metode analisis
untuk pengajaran konsep. CJB Macmillan dan James Garrison telah memperkenalkan
sebuah pengajaran "erotetic"
konsep pengajaran. Mereka menulis: "Untuk
mengajarkan sesuatu
pada seseorang adalah dengan menjawab pertanyaan orang itu tentang beberapa materi pelajaran."
Mereka menggunakan poin-poin "erotetic"
untuk
pertanyaan-pertanyaan logika.
Macmillan dan Garrison tidak bermaksud memberi batasan seorang guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswanya. Sebaliknya, mereka berniat
untuk membuka pengetahuan yang besar dan menarik siswa untuk menganalisis. Mereka percaya bahwa dalam pengajaran
mereka, guru harus menjawab pertanyaan,dan siswa harus bertanya.
Macmillan dan Garrison mengatakan bahwa pengajaran erotetic dapat memacu motivasi siswa untuk belajar.Dengan menjanjikan imbalan untuk pekerjaan yang
baik. Atau hukuman untuk pekerjaan
yang buruk, guru dapat memotivasi siswa dengan menangani kemampuan intelektual mereka dan membantu untuk melepaskan rasa bingunng siswa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, jadi siswa dituntut untuk bertanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar